Berokan: Penjaga Tradisi, Simbol Penolak Bala Cirebon
Di tengah pesatnya laju modernisasi, masih banyak pusaka budaya yang kokoh berdiri, menjadi penjaga identitas dan kearifan lokal suatu bangsa. Salah satu permata tak ternilai dari kekayaan budaya Indonesia, khususnya dari wilayah Cirebon dan Indramayu, Jawa Barat, adalah Berokan. Seni pertunjukan rakyat ini bukan sekadar tontonan biasa; ia adalah jembatan penghubung antara dunia manusia dan alam spiritual, perwujudan mitos purba, serta ekspresi kegembiraan dan harapan masyarakat. Melalui topengnya yang unik, gerak tarinya yang dinamis, dan iringan musik gamelan yang magis, Berokan menuturkan kisah panjang tentang kepercayaan, perlawanan terhadap keburukan, dan doa untuk kesejahteraan. Artikel ini akan menyelami setiap lapisan Berokan, dari akar sejarahnya yang mendalam hingga perannya di era kontemporer, mengungkap esensi mengapa Berokan tetap relevan dan dicintai hingga kini.
1. Asal-Usul dan Sejarah Berokan: Jejak Sang Penjaga dari Masa Lalu
Untuk memahami Berokan, kita harus kembali jauh ke belakang, menyusuri jejak-jejak sejarah dan mitologi yang melingkupinya. Akar Berokan sangat kental dengan tradisi animisme dan dinamisme masyarakat Jawa kuno, khususnya di pesisir utara Jawa Barat. Kepercayaan terhadap kekuatan alam, roh penjaga, dan upaya untuk menolak bala (mara bahaya) adalah pondasi utama yang melahirkan seni ini.
1.1. Mitologi dan Legenda Penciptaan Berokan
Ada beberapa versi legenda mengenai asal-usul Berokan, namun umumnya melibatkan entitas mistis berbentuk singa atau harimau. Salah satu kisah yang paling populer mengaitkan Berokan dengan keberadaan Sunan Kalijaga, salah satu Walisongo yang menyebarkan Islam di Jawa. Diceritakan bahwa pada masa awal penyebaran Islam, Sunan Kalijaga menghadapi banyak tantangan, termasuk dari roh-roh jahat atau makhluk halus yang mengganggu masyarakat.
Dalam versi ini, Berokan diyakini sebagai jelmaan dari seekor singa atau harimau mitos yang berhasil ditaklukkan oleh Sunan Kalijaga. Setelah ditaklukkan, makhluk ini tidak dimusnahkan, melainkan "diislamkan" atau diberi peran baru sebagai penjaga kebaikan. Transformasi ini melambangkan adaptasi dan akulturasi budaya lokal dengan ajaran Islam yang dibawa oleh para wali. Makhluk buas yang semula ditakuti, kini berubah menjadi pelindung yang dihormati.
Versi lain menyebutkan Berokan sebagai representasi dari arwah leluhur atau penjaga desa yang berwujud buas. Keberadaannya dipercaya dapat mengusir roh jahat, penyakit, atau musibah yang mengancam komunitas. Karakteristik buas pada topeng Berokan, dengan taring yang menonjol dan mata yang melotot, bukanlah untuk menakuti manusia, melainkan untuk menakuti entitas gaib yang berniat jahat.
Dalam konteks ritual agraris, Berokan juga dikaitkan dengan kesuburan tanah dan keberlimpahan hasil panen. Ia adalah simbol kekuatan alam yang dapat memberikan kemakmuran sekaligus melindungi dari hama dan bencana alam. Pertunjukan Berokan seringkali menjadi bagian dari upacara adat seperti Nadran (sedekah laut) atau Sedekah Bumi (syukuran hasil bumi), di mana ia berperan sebagai "pembersih" dan "pemberi berkah."
1.2. Perkembangan dari Ritual ke Pertunjukan Rakyat
Awalnya, Berokan murni bersifat ritualistik. Pertunjukannya dilakukan dalam konteks upacara adat yang sakral, seringkali hanya pada waktu-waktu tertentu yang dianggap keramat atau saat terjadi musibah. Para pelakunya adalah orang-orang tertentu yang memiliki kemampuan spiritual atau diyakini memiliki hubungan dengan roh-roh penjaga.
Seiring berjalannya waktu, dan dengan semakin kuatnya pengaruh Islam serta perubahan sosial, Berokan mulai mengalami pergeseran. Meskipun elemen ritualnya tidak sepenuhnya hilang, ia mulai beradaptasi menjadi bentuk seni pertunjukan yang lebih inklusif dan menghibur. Pergeseran ini memungkinkan Berokan untuk dinikmati oleh khalayak yang lebih luas, tidak hanya mereka yang terlibat dalam ritual.
Transformasi ini juga dipengaruhi oleh kebutuhan masyarakat akan hiburan. Di pedesaan, pertunjukan seni menjadi salah satu sarana hiburan utama, terutama pada perayaan-perayaan penting. Berokan, dengan geraknya yang lincah dan penampilannya yang menarik, menemukan tempatnya sebagai daya tarik dalam berbagai acara, mulai dari pesta pernikahan, khitanan, hingga festival desa.
Proses akulturasi dan adaptasi inilah yang membuat Berokan tetap hidup dan berkembang hingga saat ini. Ia berhasil menjaga esensi spiritual dan filosofisnya, sembari membuka diri terhadap interpretasi dan fungsi baru dalam masyarakat yang terus berubah.
1.3. Pengaruh Islam dan Tradisi Lokal
Islam, yang datang ke tanah Jawa membawa ajaran tauhid, tidak serta merta menghapus kepercayaan lokal yang sudah mengakar. Sebaliknya, Islam di Nusantara seringkali berakulturasi dengan budaya yang ada, menciptakan sinkretisme yang unik. Berokan adalah salah satu contoh nyata dari akulturasi ini.
Meskipun memiliki akar animistik, Berokan tidak dianggap bertentangan dengan ajaran Islam oleh sebagian besar masyarakat Cirebon. Para ulama lokal atau tokoh masyarakat seringkali memberikan tafsir yang mengaitkan fungsi Berokan sebagai penolak bala dengan konsep doa dan perlindungan dari Tuhan. Topeng Berokan bukan disembah, melainkan sebagai media atau simbol doa kolektif masyarakat.
Pengaruh Islam juga terlihat dalam beberapa aspek pertunjukan atau ritual yang menyertainya. Misalnya, sebelum pertunjukan dimulai, seringkali dilakukan doa-doa sesuai ajaran Islam. Ada pula pemahaman bahwa kekuatan Berokan berasal dari "barokah" atau berkah yang diberikan oleh Allah SWT, bukan dari kekuatan intrinsik topeng itu sendiri.
Dengan demikian, Berokan menjadi representasi hidup dari harmoni antara tradisi pra-Islam dan nilai-nilai Islam, menunjukkan bagaimana budaya dapat beradaptasi dan menemukan makna baru tanpa kehilangan identitasnya yang hakiki. Ini adalah bukti kekayaan intelektual leluhur dalam mengelola perubahan sosial dan kepercayaan.
2. Wujud Fisik dan Simbolisme Berokan: Anatomi Sang Penjaga
Salah satu aspek paling mencolok dari Berokan adalah wujud fisiknya, terutama topengnya yang ikonik. Setiap detail pada topeng dan kostum Berokan memiliki makna dan filosofi yang mendalam, menceritakan karakternya sebagai penjaga sekaligus entitas spiritual.
2.1. Topeng Berokan: Detail dan Makna
Topeng Berokan adalah inti dari pertunjukan ini. Ia tidak hanya berfungsi sebagai penutup wajah penari, tetapi sebagai perwujudan roh atau entitas yang ingin disampaikan. Topeng ini umumnya terbuat dari kayu ringan, seperti kayu jaran atau kayu randu, yang diukir dan dicat dengan detail.
- Bentuk dan Karakteristik: Topeng Berokan memiliki bentuk menyerupai kepala singa, harimau, atau makhluk mitologi dengan ciri-ciri buas. Ciri khasnya adalah mata yang melotot, hidung yang besar, mulut yang lebar dengan gigi dan taring yang menonjol keluar, serta rambut atau bulu di bagian atas dan samping kepala yang seringkali terbuat dari ijuk, serabut kelapa, atau rumbai-rumbai kain. Warna dominan pada topeng ini biasanya merah, hitam, kuning, dan putih, yang masing-masing memiliki simbolisme tersendiri.
- Mata Melotot: Melambangkan kewaspadaan dan kemampuan melihat hal-hal gaib, serta kekuatan untuk menakut-nakuti roh jahat.
- Taring dan Gigi Menonjol: Menunjukkan kekuatan, keberanian, dan sifat protektif. Ini adalah senjata visual Berokan untuk mengusir bala.
- Warna Merah: Seringkali mendominasi topeng, melambangkan keberanian, energi, dan semangat juang. Merah juga bisa menjadi simbol kekuatan magis.
- Warna Hitam: Melambangkan kekuatan misterius, ketegasan, dan kadang-kadang juga dikaitkan dengan dunia gaib atau kegelapan yang berhasil ditaklukkan.
- Warna Kuning/Emas: Melambangkan kemuliaan, keberkahan, dan kemakmuran. Sering digunakan pada hiasan atau detail-detail tertentu.
- Rumbai-rumbai/Ijuk: Memberikan kesan rambut atau bulu yang dinamis, menambah kesan garang namun juga lincah.
Topeng Berokan dirancang untuk memberikan kesan menyeramkan namun sekaligus agung, sebuah paradoks yang menunjukkan dualitasnya sebagai pelindung yang tangguh. Desainnya yang khas membuat Berokan mudah dikenali dan membedakannya dari topeng-topeng lain di Nusantara.
2.2. Kostum dan Atribut Lainnya
Selain topeng, kostum dan atribut lain yang dikenakan oleh penari Berokan juga memiliki peran penting dalam membentuk citra keseluruhan dan menyampaikan maknanya.
- Kostum Penari: Penari Berokan mengenakan pakaian yang longgar dan berwarna cerah, seringkali dominan merah atau hitam, dihiasi dengan kain-kain berumbai atau selendang berwarna-warni. Kostum ini dirancang untuk memungkinkan gerakan yang bebas dan dinamis, serta memberikan kesan meriah pada pertunjukan.
- Baju Kurung atau Baju Koko: Terkadang, penari juga mengenakan baju kurung atau baju koko sebagai lapisan dasar, menunjukkan sentuhan budaya Islam yang telah menyatu.
- Celana Pangsi: Celana longgar berwarna gelap yang memungkinkan fleksibilitas gerakan kaki.
- Selendang (Sampur): Selendang panjang yang disampirkan di bahu atau diikat di pinggang, seringkali digunakan sebagai properti tari untuk menambah dinamika gerakan dan estetika visual.
- Kain Batik atau Jarik: Terkadang digunakan sebagai bawahan atau hiasan, menunjukkan kekayaan motif batik khas Cirebon.
- Hiasan Kepala: Selain topeng, kadang ada hiasan tambahan di kepala penari yang terbuat dari bulu atau ijuk, menambah volume dan kesan garang.
- Kerincingan/Genta: Beberapa penari Berokan juga mengenakan kerincingan atau genta kecil di pergelangan kaki atau tangan. Suara gemerincing ini tidak hanya menambah elemen audio pada tarian, tetapi juga dipercaya dapat mengusir roh jahat melalui getaran suaranya yang khas.
Keseluruhan penampilan Berokan, mulai dari topeng hingga ujung kaki, adalah sebuah kesatuan yang utuh, dirancang untuk memproyeksikan kekuatan spiritual, kelincahan, dan peran sentralnya dalam menjaga keseimbangan antara dunia nyata dan gaib.
3. Pertunjukan Berokan: Harmoni Gerak, Musik, dan Mantra
Pertunjukan Berokan adalah sebuah orkestrasi yang apik antara seni tari, musik, dan elemen spiritual. Setiap elemen dirajut sedemikian rupa untuk menciptakan pengalaman yang memukau dan penuh makna bagi penonton.
3.1. Struktur Pertunjukan: Pembuka, Inti, Penutup
Sebuah pertunjukan Berokan biasanya mengikuti struktur tertentu, meskipun dapat bervariasi tergantung kelompok dan konteks acara:
- Persiapan dan Ritual Awal: Sebelum pertunjukan dimulai, seringkali dilakukan serangkaian ritual kecil oleh dalang atau pemimpin kelompok. Ini bisa berupa pembakaran kemenyan, pembacaan doa-doa, atau sesajen sederhana untuk memohon restu dan perlindungan. Tujuannya adalah untuk "memanggil" energi spiritual Berokan dan memastikan kelancaran pertunjukan.
- Pembukaan (Bubar Gending): Pertunjukan dibuka dengan iringan musik gamelan yang energik, seringkali dengan tempo yang bersemangat. Ini berfungsi untuk menarik perhatian penonton dan membangun suasana. Penari Berokan mungkin belum muncul di awal, namun irama musik sudah mengisyaratkan kehadirannya.
- Kemunculan Berokan: Penari Berokan kemudian muncul dengan gerak yang khas, bisa perlahan dan mengintai, atau langsung melompat dan berputar-putar dengan lincah. Kemunculannya seringkali dramatis dan menjadi puncak perhatian.
- Gerak Inti (Ngelayung, Ngleyang): Bagian inti pertunjukan adalah saat Berokan menunjukkan tarian-tarian khasnya. Gerakannya sangat dinamis, seringkali menggabungkan kelincahan hewan buas, gerak akrobatik, dan interaksi dengan penonton. Ini adalah saat Berokan "beraksi" mengusir bala atau memberkati.
- Interaksi dengan Penonton: Salah satu ciri khas Berokan adalah interaksinya yang erat dengan penonton. Berokan seringkali mendekati penonton, "mengendus-endus," mengusap kepala anak-anak, atau bahkan "mengejar" penonton yang mencoba menghindar. Interaksi ini bukan hanya hiburan, tetapi juga bagian dari ritual penolak bala, di mana Berokan dipercaya dapat mengambil energi negatif dari orang yang disentuhnya.
- Penutup: Pertunjukan diakhiri dengan tarian yang mereda, diiringi musik yang melambat. Berokan biasanya akan "pamit" atau kembali ke tempat asalnya (seringkali digambarkan dengan masuk kembali ke area tertutup). Doa penutup kadang juga dibacakan untuk mengakhiri rangkaian ritual.
3.2. Gerak Tari dan Koreografi Berokan
Gerakan tari Berokan sangat unik, memadukan unsur-unsur animalistik dengan sentuhan manusiawi. Gerakannya menggambarkan kekuatan, kelincahan, dan sifat protektif.
- Gerak Animalistik: Penari menirukan gerak-gerik singa atau harimau, seperti mengintai, melompat, mengaum, mengibaskan kepala, dan berputar-putar. Gerakan ini harus dilakukan dengan energi yang tinggi dan ekspresif.
- Ngelayung (Melayang): Ini adalah salah satu gerakan ikonik Berokan, di mana penari melompat tinggi dan melayang sejenak di udara, memberikan kesan ringan meskipun topeng dan kostumnya cukup berat. Gerakan ini membutuhkan kekuatan dan kelincahan fisik yang luar biasa.
- Ngleyang (Berputar-putar): Gerakan berputar-putar yang cepat dan lincah, seringkali diikuti dengan kibasan topeng yang dramatis. Ini menambah kesan dinamis dan memukau.
- Sikil Jabung (Jejak Kaki Singa): Gerakan kaki yang kuat dan menghentak, seolah-olah singa sedang berjalan atau mengintai mangsa, menunjukkan kekuatan dan dominasi.
- Interaksi Lisan dan Non-Verbal: Meskipun topeng Berokan tidak memungkinkan ekspresi wajah, penari seringkali mengeluarkan suara-suara khas seperti geraman, auman, atau lolongan untuk menambah kesan buas. Bahasa tubuh sangat penting untuk menyampaikan emosi dan narasi.
Penari Berokan harus memiliki stamina yang prima, kelenturan tubuh, dan kemampuan menjiwai karakter yang dibawakan. Pelatihan untuk menjadi penari Berokan biasanya turun-temurun dan membutuhkan dedikasi tinggi.
3.3. Iringan Musik Gamelan Berokan
Musik adalah jiwa dari pertunjukan Berokan. Gamelan yang mengiringinya bukanlah gamelan sembarangan, melainkan memiliki karakter dan repertoar khusus yang disesuaikan dengan gerak dan nuansa Berokan.
- Alat Musik Utama:
- Kendang: Sebagai pemimpin irama, kendang memainkan peran krusial dalam mengatur tempo dan dinamika pertunjukan. Kendang dapat terdiri dari kendang indung (besar) dan kendang anak (kecil) yang saling bersahutan.
- Saron: Alat musik pukul dari bilah-bilah logam yang menghasilkan melodi utama atau balungan. Ada saron barung dan saron panerus yang mengisi melodi dengan ritme yang lebih cepat.
- Bonang: Terdiri dari deretan gong kecil yang disusun horizontal, bonang memberikan hiasan melodi dan aksen ritmis yang kaya.
- Kenong: Alat musik pukul mirip gong kecil yang disusun tegak, berfungsi sebagai penanda struktur melodi.
- Gong: Sebagai penanda siklus irama dan penutup frase melodi, bunyi gong yang agung memberikan kesan sakral.
- Kethuk dan Kempyang: Alat pukul kecil yang memberikan ketukan repetitif dan mengisi ruang ritmis.
- Terbang/Rebana: Kadang juga disertakan, terutama dalam konteks yang lebih religius, memberikan sentuhan islami.
- Karakteristik Musik: Musik gamelan Berokan cenderung energik, cepat, dan ritmis, dengan banyak improvisasi dari kendang untuk mengikuti gerak lincah Berokan. Ada bagian-bagian yang syahdu dan mistis, namun ada pula yang sangat bersemangat dan ceria. Pola-pola ritmisnya seringkali repetitif namun dinamis, menciptakan hipnotisme yang menarik.
- Fungsi Musik: Selain mengiringi tari, musik gamelan juga berfungsi untuk menciptakan suasana, membangun emosi, dan memandu narasi pertunjukan. Suara-suara alat musik dipercaya dapat menarik perhatian roh penjaga dan mengusir roh jahat.
3.4. Narasi dan Cerita yang Dibawakan
Meskipun tidak selalu ada dialog verbal, Berokan menceritakan narasi melalui gerak, musik, dan interaksi. Tema utamanya adalah:
- Penolak Bala: Ini adalah narasi paling sentral. Berokan hadir sebagai entitas yang mengusir penyakit, bencana, atau roh jahat yang mengganggu masyarakat atau individu.
- Pemberi Berkah: Berokan juga membawa keberkahan, kesuburan, dan kemakmuran, terutama dalam konteks pertanian dan nelayan.
- Penjaga Tradisi: Secara implisit, Berokan adalah penjaga nilai-nilai luhur dan identitas budaya masyarakat.
Kadang-kadang, ada pula figur lain yang muncul bersama Berokan, seperti sosok manusia yang berperan sebagai pawang atau penuntun, yang berinteraksi dengan Berokan dan penonton, memberikan penjelasan atau bimbingan.
3.5. Interaksi dengan Penonton: Lebih dari Sekadar Hiburan
Interaksi Berokan dengan penonton adalah salah satu bagian yang paling hidup dan unik. Ini bukan hanya gimmick untuk menarik perhatian, tetapi memiliki makna ritualistik yang kuat.
- Mengusap Kepala/Mengendus: Berokan seringkali mendekati penonton, terutama anak-anak, dan "mengusap" kepala mereka dengan topeng atau tangannya. Ini dipercaya sebagai ritual mentransfer energi positif atau mengambil energi negatif, melindungi dari penyakit atau nasib buruk.
- Mengejar Penonton: Kadang Berokan mengejar penonton yang "nakal" atau yang menarik perhatiannya. Ini seringkali berakhir dengan tawa dan kegembiraan, namun juga bisa menjadi simbol "pengusiran" energi negatif secara simbolis.
- Menari Bersama: Dalam beberapa kesempatan, penonton diajak untuk menari bersama atau berinteraksi secara lebih langsung, menciptakan suasana kebersamaan dan partisipasi aktif dalam ritual.
Interaksi ini menunjukkan bahwa Berokan bukan pertunjukan satu arah, melainkan sebuah peristiwa komunal di mana batas antara penampil dan penonton menjadi kabur, semuanya terlibat dalam pengalaman spiritual dan budaya yang sama.
4. Makna dan Fungsi Berokan: Simbolisme yang Mendalam
Di balik penampilan yang meriah dan energik, Berokan menyimpan lapisan makna dan fungsi yang sangat kaya bagi masyarakat pendukungnya. Ia adalah cerminan dari pandangan dunia dan nilai-nilai yang dijunjung tinggi.
4.1. Sebagai Ritual Penolak Bala
Fungsi utama Berokan, yang paling mendasar dan diyakini secara luas, adalah sebagai penolak bala atau penangkal bahaya. Bala yang dimaksud bisa bermacam-macam: penyakit (terutama wabah), musibah alam (banjir, kekeringan), gagal panen, roh jahat, atau energi negatif yang mengganggu ketentraman hidup.
Kehadiran Berokan dipercaya memiliki kekuatan magis untuk mengusir entitas-entitas negatif tersebut. Gerakan tariannya yang bertenaga, topengnya yang garang, serta iringan musik gamelan yang dinamis, semuanya bersinergi menciptakan atmosfer yang dapat membersihkan dan memurnikan lingkungan dari gangguan spiritual. Masyarakat percaya bahwa dengan mengundang Berokan, mereka akan terlindung dari mara bahaya dan mendapatkan kembali harmoni dalam kehidupan.
Dalam konteks desa, Berokan seringkali menjadi bagian dari upacara pembersihan desa atau ruwatan, di mana ia berkeliling kampung untuk "mengambil" energi-energi negatif dari setiap sudut. Anak-anak yang diusap kepalanya oleh Berokan diyakini akan terhindar dari penyakit dan dilindungi dari roh jahat. Ini adalah bentuk praktik kepercayaan yang telah turun-temurun, di mana seni dan spiritualitas menyatu.
4.2. Sebagai Lambang Kesuburan dan Kesejahteraan
Selain penolak bala, Berokan juga memiliki fungsi sebagai lambang kesuburan dan kesejahteraan. Dalam masyarakat agraris dan maritim di Cirebon dan Indramayu, keberkahan alam adalah segalanya. Kehadiran Berokan dalam upacara seperti Sedekah Bumi (syukuran hasil panen) atau Nadran (sedekah laut) menguatkan fungsi ini.
Makhluk buas yang digambarkan oleh Berokan dapat diinterpretasikan sebagai representasi kekuatan alam yang liar namun juga subur. Ia adalah simbol vitalitas, kekuatan reproduksi, dan keberlimpahan. Melalui pertunjukannya, masyarakat berharap agar tanah mereka subur, hasil panen melimpah, ikan di laut berlimpah, dan ternak berkembang biak dengan baik. Berokan menjadi perantara doa dan harapan untuk kehidupan yang makmur dan sejahtera.
Beberapa gerak tarian Berokan yang dinamis dan berputar-putar juga dapat diartikan sebagai simbol siklus kehidupan dan kesuburan yang terus berputar, memberikan energi positif bagi alam dan manusia.
4.3. Sebagai Media Hiburan Rakyat
Di luar fungsi ritualistiknya, Berokan juga merupakan salah satu bentuk hiburan rakyat yang sangat digemari. Dalam masyarakat pedesaan, pertunjukan seni adalah momen kebersamaan dan kegembiraan. Berokan, dengan geraknya yang kocak namun penuh tenaga, mampu menghadirkan gelak tawa dan decak kagum.
Interaksi langsung dengan penonton, gerak akrobatik yang memukau, dan iringan musik gamelan yang energik, membuat Berokan menjadi daya tarik utama dalam berbagai perayaan. Dari pesta pernikahan, khitanan, hingga perayaan hari besar desa, Berokan selalu dinanti. Kehadirannya mampu mencairkan suasana dan memberikan kebahagiaan bagi seluruh lapisan masyarakat, dari anak-anak hingga orang dewasa.
Fungsi hiburan ini menjadi penting karena membantu Berokan tetap relevan di tengah perubahan zaman. Tanpa elemen hiburan, sulit bagi seni tradisional untuk bertahan hanya dengan fungsi ritualnya semata. Kemampuan Berokan untuk menghibur menjadikannya lebih mudah diterima dan terus diwariskan dari generasi ke generasi.
4.4. Sebagai Penjaga Identitas Budaya
Lebih dari sekadar ritual atau hiburan, Berokan adalah penjaga identitas budaya masyarakat Cirebon dan Indramayu. Ia adalah cerminan dari sejarah panjang, kepercayaan, dan kearifan lokal yang telah membentuk karakter masyarakatnya.
Melalui Berokan, generasi muda dapat belajar tentang nilai-nilai leluhur, mitos-mitos yang membentuk komunitas, dan pentingnya menjaga keseimbangan dengan alam dan spiritualitas. Ia menjadi warisan tak benda yang menghubungkan masa lalu dengan masa kini, mengingatkan akan akar budaya yang kuat.
Di tengah gempuran budaya global, Berokan menjadi simbol perlawanan dan pelestarian. Setiap pertunjukannya adalah deklarasi bahwa budaya lokal masih hidup dan bersemangat, sebuah pengingat akan keunikan dan kekayaan identitas Cirebon. Ini memperkuat rasa bangga dan kepemilikan masyarakat terhadap warisan leluhur mereka.
5. Proses Pembuatan dan Kekriyaan Berokan: Dari Kayu Menjadi Jiwa
Topeng dan kostum Berokan bukanlah sekadar properti, melainkan hasil karya seni tinggi yang melibatkan proses kreatif dan filosofis. Di baliknya ada tangan-tangan terampil para pengrajin dan seniman yang menghidupkan karakter Berokan.
5.1. Pembuatan Topeng: Bahan dan Teknik
Pembuatan topeng Berokan adalah proses yang membutuhkan ketelitian, keahlian ukir, dan pemahaman mendalam tentang karakter yang ingin diwujudkan.
- Pemilihan Bahan Kayu: Kayu yang dipilih biasanya adalah kayu yang ringan namun kuat, seperti kayu jaran (kapuk randu), kayu albasia, atau kayu pule. Kayu-kayu ini mudah diukir dan tidak terlalu berat saat dikenakan oleh penari. Pemilihan kayu juga seringkali tidak lepas dari kepercayaan bahwa jenis kayu tertentu memiliki energi atau "isi" yang lebih cocok untuk karakter Berokan.
- Proses Pengukiran:
- Pemotongan Balok: Kayu dipotong sesuai ukuran dan bentuk dasar kepala Berokan.
- Pembentukan Awal: Menggunakan pahat dan palu, pengrajin mulai membentuk kontur kasar topeng, termasuk rongga mata, hidung, dan mulut. Ini adalah tahap paling krusial untuk menentukan karakter utama topeng.
- Detail Ukiran: Setelah bentuk dasar tercipta, dilanjutkan dengan pengukiran detail seperti taring, gigi, guratan-guratan wajah yang menyerupai bulu, dan ekspresi mata yang melotot. Setiap guratan memiliki tujuan untuk memberikan ekspresi garang namun berwibawa.
- Penghalusan: Permukaan topeng dihaluskan dengan amplas agar siap untuk pewarnaan.
- Pewarnaan dan Finishing:
- Pemberian Warna Dasar: Topeng dicat dengan warna dasar, seringkali merah atau hitam, yang menjadi kanvas utama.
- Detail Warna: Kemudian ditambahkan warna-warna lain seperti kuning (untuk gigi/taring atau hiasan), putih (untuk mata), dan hitam (untuk pupil atau guratan). Warna-warna ini tidak hanya estetis tetapi juga simbolis.
- Aplikasi Rumbai/Ijuk: Di bagian atas atau samping topeng, ditempelkan rumbai-rumbai dari ijuk, serabut kelapa, atau untaian kain berwarna. Ini memberikan kesan rambut atau bulu yang dinamis saat topeng digerakkan.
- Pelapisan Akhir: Terakhir, topeng dilapisi dengan pernis atau cat bening untuk melindunginya dan memberikan kilau.
Setiap topeng Berokan adalah unik, mencerminkan gaya dan interpretasi sang pembuatnya, namun tetap mempertahankan ciri khas yang melekat pada karakter Berokan.
5.2. Perlengkapan Kostum Lainnya
Pembuatan kostum Berokan juga melibatkan proses yang cukup detail, meskipun tidak serumit topengnya.
- Pemilihan Kain: Kain yang digunakan harus nyaman, tidak panas, dan memiliki warna cerah. Seringkali menggunakan kain katun atau satin untuk menciptakan efek kilau dan warna yang menarik.
- Penjahitan: Kostum dijahit longgar agar penari dapat bergerak bebas. Detail seperti lengan yang lebar, kerah, dan bagian bawah celana seringkali dibuat agar tidak menghambat gerakan akrobatik.
- Aplikasi Hiasan: Kostum dihiasi dengan berbagai elemen, seperti:
- Rumbai-rumbai: Dijahit di ujung lengan, bagian bawah baju, atau pinggang untuk menambah dinamika visual.
- Mote/Payet: Kadang ditambahkan untuk memberikan efek berkilau saat terkena cahaya.
- Kain Batik/Jarik: Beberapa kelompok menggunakan kain batik Cirebon sebagai bagian dari kostum, mengikatnya di pinggang atau sebagai penutup celana untuk menambah sentuhan lokal.
- Pembuatan Kerincingan/Genta: Jika digunakan, kerincingan atau genta kecil dibuat dari logam dan diikatkan pada tali atau kain yang kemudian dipakai di pergelangan kaki atau tangan penari.
Keseluruhan proses pembuatan ini adalah bukti dari kekayaan kekriyaan dan keahlian tradisional yang diwariskan turun-temurun, menjadikan Berokan tidak hanya sebagai seni pertunjukan tetapi juga sebagai warisan seni rupa dan kriya.
6. Pelestarian dan Tantangan Masa Kini: Menjaga Api Berokan Tetap Menyala
Berokan, seperti banyak seni tradisional lainnya, menghadapi tantangan besar di era modern. Namun, berbagai upaya dilakukan untuk memastikan bahwa api tradisi ini tetap menyala dan terus diwariskan kepada generasi mendatang.
6.1. Upaya Regenerasi dan Pewarisan
Salah satu kunci utama pelestarian Berokan adalah regenerasi. Tanpa adanya generasi penerus yang tertarik dan mau mempelajarinya, seni ini akan terancam punah. Berbagai upaya dilakukan:
- Sanggar Seni Tradisional: Di Cirebon dan Indramayu, banyak sanggar seni yang secara aktif mengajarkan tari Berokan kepada anak-anak dan remaja. Ini adalah wadah formal untuk mempelajari teknik tari, musik, dan filosofi Berokan.
- Pewarisan Informal: Banyak seniman Berokan yang mengajarkan langsung kepada anak, cucu, atau murid-murid di lingkungan keluarga dan komunitas. Pewarisan ini seringkali menjadi yang paling otentik karena dilakukan dalam suasana kekeluargaan.
- Festival dan Lomba: Penyelenggaraan festival seni dan lomba tari tradisional seringkali menjadi motivasi bagi generasi muda untuk terlibat. Ini juga menjadi ajang untuk menunjukkan bakat dan kreativitas mereka.
- Program Pendidikan: Beberapa sekolah atau institusi pendidikan lokal mulai memasukkan pengenalan Berokan dalam kurikulum seni dan budaya mereka, sebagai bagian dari pendidikan karakter dan pelestarian warisan.
Regenerasi tidak hanya terbatas pada penari, tetapi juga meliputi pemusik gamelan, pembuat topeng, dan para pemimpin ritual yang memahami filosofi Berokan secara mendalam.
6.2. Adaptasi dan Inovasi
Agar tetap relevan, Berokan juga perlu beradaptasi dan berinovasi tanpa kehilangan esensinya. Inovasi dapat dilakukan dalam berbagai bentuk:
- Koreografi Kontemporer: Beberapa seniman mencoba menggabungkan elemen tari Berokan dengan koreografi modern, menciptakan pertunjukan yang lebih segar dan menarik bagi audiens baru.
- Pencampuran Musik: Eksplorasi musik dengan memadukan gamelan Berokan dengan instrumen modern atau genre musik lain, menciptakan suara yang unik dan menarik.
- Media Digital: Pemanfaatan media sosial, video, dan platform digital untuk memperkenalkan Berokan kepada khalayak yang lebih luas, baik di tingkat nasional maupun internasional. Dokumentasi digital menjadi sangat penting.
- Penciptaan Karya Baru: Mengembangkan cerita atau narasi baru dalam pertunjukan Berokan yang relevan dengan isu-isu kontemporer, namun tetap berpegang pada nilai-nilai dasar Berokan.
Adaptasi ini penting untuk memastikan Berokan tidak hanya menjadi artefak masa lalu, tetapi juga seni yang hidup dan berdialog dengan zaman.
6.3. Tantangan Globalisasi dan Modernisasi
Tantangan terbesar bagi Berokan adalah globalisasi dan modernisasi. Gempuran budaya populer asing, pergeseran minat generasi muda, dan tekanan ekonomi seringkali membuat seni tradisional sulit bersaing.
- Minat Generasi Muda: Anak-anak dan remaja saat ini lebih terpapar pada hiburan modern seperti game, film, dan musik pop. Menarik minat mereka untuk belajar seni tradisional membutuhkan pendekatan yang kreatif dan menarik.
- Ekonomi Seniman: Banyak seniman tradisional yang menghadapi kesulitan ekonomi. Penghargaan finansial yang rendah untuk karya seni tradisional seringkali menjadi hambatan bagi mereka untuk mendedikasikan hidup sepenuhnya pada Berokan.
- Kurangnya Dokumentasi: Dokumentasi yang sistematis tentang gerak, musik, sejarah, dan filosofi Berokan masih terbatas. Ini menyulitkan upaya studi dan pewarisan yang lebih terstruktur.
- Degradasi Lingkungan: Beberapa bahan alami yang digunakan dalam pembuatan topeng dan kostum mungkin semakin sulit didapatkan karena perubahan lingkungan.
6.4. Peran Pemerintah dan Komunitas
Peran pemerintah dan komunitas sangat vital dalam menjaga kelangsungan Berokan:
- Dukungan Kebijakan: Pemerintah daerah (Pemda) Cirebon dan Indramayu dapat memberikan dukungan melalui kebijakan pelestarian budaya, pendanaan untuk sanggar seni, atau memasukkan Berokan dalam agenda pariwisata daerah.
- Pendidikan dan Promosi: Mengadakan program pendidikan dan promosi yang masif, baik melalui sekolah maupun media massa, untuk meningkatkan kesadaran dan kecintaan masyarakat terhadap Berokan.
- Kolaborasi Komunitas: Komunitas seniman, budayawan, dan masyarakat umum harus berkolaborasi untuk mengidentifikasi tantangan dan merumuskan solusi bersama.
- Dukungan Internasional: Mencari pengakuan dan dukungan dari lembaga-lembaga internasional seperti UNESCO untuk menetapkan Berokan sebagai Warisan Budaya Tak Benda, yang dapat meningkatkan profil dan dukungan pelestariannya.
Dengan dukungan yang komprehensif, Berokan dapat terus menjadi lentera yang menerangi jejak budaya dan spiritual masyarakat Cirebon.
7. Berokan dalam Konteks Budaya Cirebon: Mozaik Seni yang Harmonis
Berokan tidak berdiri sendiri dalam kekayaan budaya Cirebon. Ia adalah bagian dari mozaik seni yang saling terkait, menciptakan lanskap budaya yang harmonis dan unik.
7.1. Hubungan dengan Seni Tradisional Lainnya
Cirebon terkenal dengan berbagai bentuk seni tradisionalnya. Berokan memiliki hubungan erat dengan beberapa di antaranya:
- Tari Topeng Cirebon: Berokan seringkali disandingkan dengan Tari Topeng Cirebon yang lebih klasik. Meskipun memiliki perbedaan karakter (Tari Topeng Cirebon lebih fokus pada karakter manusia dan estetika gerak yang halus, sedangkan Berokan lebih animalistik dan ritualistik), keduanya sama-sama menggunakan topeng sebagai media utama dan berakar pada tradisi yang sama. Beberapa penari tari topeng juga dapat membawakan Berokan.
- Wayang Golek Cirebon: Seni pewayangan dengan boneka kayu ini juga berbagi elemen cerita rakyat dan mitologi yang sama. Karakternya, meskipun berbeda media, seringkali mencerminkan nilai-nilai dan kepercayaan masyarakat yang serupa.
- Tarling (Gitar, Suling, Kendang): Musik tarling, yang merupakan musik khas pantura Cirebon, seringkali dimainkan dalam konteks perayaan yang sama dengan Berokan. Meskipun iringan musik Berokan lebih ke gamelan, keduanya adalah ekspresi seni rakyat yang meriah.
- Seni Lukis Kaca dan Batik Cirebon: Motif-motif yang terinspirasi dari Berokan, singa barong, atau makhluk mitologis lain seringkali ditemukan dalam seni lukis kaca dan motif batik Cirebon, menunjukkan bagaimana Berokan telah menginspirasi berbagai bentuk seni rupa.
Keterkaitan ini menunjukkan betapa terintegrasinya Berokan dalam sistem budaya Cirebon secara keseluruhan, saling melengkapi dan memperkaya satu sama lain.
7.2. Berokan dalam Upacara Adat
Kehadiran Berokan dalam upacara adat adalah bukti paling nyata dari perannya sebagai penjaga tradisi dan spiritualitas.
- Nadran (Sedekah Laut): Upacara syukuran bagi nelayan di pesisir Cirebon. Berokan seringkali diundang untuk "membersihkan" dan memberkahi perahu-perahu atau area pelabuhan, memohon keselamatan dan hasil tangkapan yang melimpah. Ia bergerak mengitari perahu, mengusir bala dari laut.
- Sedekah Bumi: Upacara syukuran hasil panen bagi petani. Berokan hadir untuk memberkahi ladang, sawah, dan hasil bumi, melindungi dari hama dan penyakit tanaman, serta memohon kesuburan tanah. Pertunjukannya bisa dilakukan di tengah sawah atau di area perkumpulan desa.
- Perayaan Haul/Nazar: Dalam beberapa komunitas, Berokan diundang sebagai bagian dari perayaan haul (peringatan wafatnya tokoh penting) atau untuk memenuhi nazar (janji) atas terkabulnya suatu keinginan. Kehadirannya diyakini membawa keberkahan dan menolak gangguan.
- Khitanan dan Pernikahan: Meskipun tidak selalu bersifat ritual inti, Berokan seringkali diundang sebagai hiburan dan simbol keberkahan dalam acara-acara keluarga penting ini, mendoakan keselamatan dan kebahagiaan bagi yang punya hajat.
Dalam setiap upacara ini, Berokan tidak hanya sebagai penampil, tetapi juga sebagai partisipan aktif, sebuah entitas yang memiliki peran spiritual dan sosial yang diakui dan dihormati oleh masyarakat.
Penutup: Berokan, Lentera Abadi Budaya Cirebon
Berokan adalah lebih dari sekadar tarian topeng atau pertunjukan rakyat. Ia adalah sebuah narasi hidup, sebuah kearifan lokal yang diwariskan melalui gerak, suara, dan rupa. Dari mitos penciptaannya sebagai penjaga yang ditaklukkan, hingga perannya sebagai penolak bala dan pembawa berkah, Berokan merangkum perjalanan panjang kepercayaan dan adaptasi budaya masyarakat Cirebon dan Indramayu.
Dalam setiap gerak dinamisnya, dalam setiap irama gamelan yang menggelegar, dan dalam setiap tatapan mata topengnya yang garang namun melindungi, Berokan mengajak kita untuk merenungkan kembali hubungan antara manusia dengan alam, antara yang tampak dan yang tak tampak. Ia adalah simbol kekuatan, kelincahan, dan kebijaksanaan yang terus relevan, sebuah pengingat akan pentingnya menjaga keseimbangan dalam hidup.
Di tengah hiruk pikuk modernitas, upaya pelestarian Berokan bukan hanya tentang menjaga sebuah kesenian, melainkan tentang menjaga jiwa sebuah komunitas. Dengan terus mewariskan Berokan kepada generasi mendatang, kita tidak hanya melestarikan warisan budaya, tetapi juga memperkuat identitas, mengajarkan nilai-nilai luhur, dan memastikan bahwa lentera budaya Cirebon akan terus menyala terang, menerangi masa depan dengan cahaya tradisi yang abadi.
Semoga Berokan terus hidup, menari, dan memberkahi, menjadi kebanggaan bagi Nusantara dan inspirasi bagi dunia.