Tradisi bertahlil, atau yang lebih dikenal dengan sebutan tahlilan, adalah salah satu praktik keagamaan yang sangat mengakar kuat dalam masyarakat Muslim di Indonesia, serta di beberapa wilayah Asia Tenggara lainnya. Ia merupakan sebuah majelis zikir dan doa yang dibacakan secara berjamaah, umumnya ditujukan untuk mendoakan arwah orang yang telah meninggal dunia. Namun, lebih dari sekadar ritual mendoakan, tahlil juga menjadi medium perekat sosial, sarana pendidikan spiritual, dan pengingat akan esensi kehidupan dan kematian.
Artikel ini akan mengupas tuntas tentang tahlil, mulai dari sejarah dan perkembangannya, dalil-dalil yang mendasarinya, tata cara pelaksanaannya, hingga nilai-nilai filosofis dan sosial yang terkandung di dalamnya. Kita juga akan menelaah berbagai pandangan ulama serta bagaimana tradisi ini menyatu dengan kearifan lokal, membentuk identitas keagamaan yang khas di Nusantara.
Sejarah dan Perkembangan Tradisi Tahlil
Untuk memahami tahlil secara utuh, penting untuk menelusuri akar sejarah dan bagaimana praktik ini berkembang menjadi bentuknya yang dikenal saat ini. Tahlil sebagai rangkaian zikir, doa, dan bacaan Al-Qur'an sejatinya merupakan kompilasi dari ajaran-ajaran Islam yang bersifat universal. Namun, pengorganisasiannya menjadi sebuah 'acara' atau 'majelis' khusus, terutama dalam konteks mendoakan arwah, memiliki jejak sejarah yang menarik.
Secara etimologi, kata "tahlil" berasal dari bahasa Arab, hallala-yuhallilu-tahlilan, yang berarti mengucapkan kalimat La ilaha illallah
(Tiada Tuhan selain Allah). Kalimat ini adalah inti dari ajaran tauhid dalam Islam dan merupakan salah satu zikir paling agung. Pengucapan kalimat tauhid ini sudah ada sejak zaman Rasulullah SAW dan para sahabat.
Akar Historis dan Pengaruh Sufisme
Praktik zikir berjamaah dan mendoakan kaum Muslimin, baik yang masih hidup maupun yang telah wafat, sebenarnya telah ada sejak zaman Rasulullah SAW. Beliau menganjurkan umatnya untuk memperbanyak zikir, membaca Al-Qur'an, dan berdoa. Rasulullah sendiri seringkali menziarahi makam dan mendoakan penghuninya. Namun, bentuk tahlilan seperti yang kita kenal sekarang, dengan rangkaian bacaan yang spesifik dan tata cara yang terstruktur, mulai populer dan berkembang pesat di Nusantara seiring dengan masuk dan meluasnya ajaran Islam, khususnya melalui peran para wali dan ulama sufi.
Pada masa itu, para ulama sufi memperkenalkan metode-metode zikir berjamaah (halaqah zikir) yang bertujuan untuk membersihkan hati dan mendekatkan diri kepada Allah. Dalam tarekat-tarekat sufi, zikir dengan pengulangan kalimat La ilaha illallah
merupakan inti dari praktik spiritual mereka. Tradisi ini kemudian berakulturasi dengan budaya lokal yang sudah memiliki kebiasaan berkumpul untuk ritual-ritual keagamaan atau adat istiadat. Para Wali Songo di Jawa, misalnya, dikenal sangat bijaksana dalam menyebarkan Islam dengan tidak serta merta menghapus tradisi lama, melainkan mengislamkannya dengan menyisipkan ajaran tauhid dan syariat.
Tahlil menjadi jembatan antara ajaran Islam yang dibawa para ulama dengan tradisi masyarakat setempat yang sudah terbiasa dengan ritual komunal. Zikir dan doa yang mulanya bersifat individu, kemudian dilembagakan menjadi kegiatan kolektif yang memberikan nuansa persaudaraan dan solidaritas. Penggunaan bahasa Arab dalam bacaan tahlil tetap dipertahankan, namun esensinya diterjemahkan dan dijelaskan dalam konteks budaya lokal.
Tahlil di Nusantara
Di Indonesia, tahlil umumnya diadakan pada momen-momen tertentu yang berkaitan dengan wafatnya seseorang, seperti pada hari ke-3, ke-7, ke-40, ke-100, hingga haul (peringatan kematian tahunan). Tradisi ini juga seringkali diadakan pada acara-acara syukuran atau peringatan hari besar Islam lainnya, menunjukkan fleksibilitas dan adaptasinya dalam berbagai konteks sosial dan keagamaan.
Para ulama Ahlussunnah wal Jama'ah di Indonesia, terutama dari kalangan Nahdlatul Ulama (NU), secara historis menjadi garda terdepan dalam melestarikan dan mempertahankan tradisi tahlil. Mereka berpendapat bahwa tahlil bukan hanya merupakan bentuk ibadah zikir dan doa, tetapi juga mengandung nilai-nilai kebersamaan (ukhuwah), silaturahmi, dan kepedulian sosial, yang semuanya dianjurkan dalam Islam.
Tujuan dan Makna Bertahlil
Bertahlil tidak hanya sekadar membaca serangkaian kalimat zikir dan doa. Di baliknya, terkandung berbagai tujuan mulia dan makna yang mendalam, baik secara spiritual, sosial, maupun personal.
1. Mendoakan Almarhum/Almarhumah
Ini adalah tujuan utama yang paling dikenal. Dengan tahlil, keluarga dan kerabat yang ditinggalkan mendoakan ampunan dosa, rahmat, dan ketinggian derajat bagi orang yang telah wafat di sisi Allah SWT. Keyakinan bahwa doa orang hidup dapat bermanfaat bagi orang yang telah meninggal adalah bagian integral dari ajaran Islam yang didasari oleh beberapa dalil dan interpretasi ulama.
- Pengiriman Pahala (Ishol Ats-Tsawab): Sebagian besar ulama berpandangan bahwa pahala dari bacaan Al-Qur'an, zikir, dan sedekah yang diniatkan untuk almarhum akan sampai kepadanya, asalkan dilakukan dengan ikhlas.
- Pengharapan Syafaat: Doa-doa yang dipanjatkan juga merupakan bentuk permohonan syafaat agar Allah meringankan hisab dan siksa kubur, serta menempatkan almarhum di tempat terbaik di akhirat.
2. Mengingat Kematian dan Akhirat
Momen tahlil adalah pengingat yang kuat bagi setiap individu yang hadir tentang hakikat kehidupan dunia yang fana dan kepastian datangnya kematian. Dengan mengingat kematian, diharapkan setiap Muslim termotivasi untuk memperbanyak amal kebaikan, menjauhi maksiat, dan mempersiapkan diri untuk kehidupan abadi di akhirat.
- Muhasabah Diri: Setiap bacaan dan doa dalam tahlil seolah mengajak hadirin untuk merenungkan kembali tujuan hidup dan bagaimana cara terbaik untuk mengisinya.
- Zuhud Dunia: Kesadaran akan kefanaan dunia dapat menumbuhkan sifat zuhud, yaitu tidak terlalu terikat pada gemerlap dunia, namun tetap produktif dan bermanfaat bagi sesama.
3. Mempererat Tali Silaturahmi dan Ukhuwah Islamiyah
Tahlil seringkali menjadi ajang berkumpulnya keluarga besar, tetangga, dan masyarakat sekitar. Pertemuan ini tidak hanya bersifat ritual, tetapi juga sosial. Di sinilah terjalin komunikasi, saling menguatkan, dan berbagi rasa duka maupun suka. Ini adalah manifestasi dari anjuran Islam untuk menjaga silaturahmi.
- Solidaritas Sosial: Kehadiran dalam tahlil menunjukkan empati dan dukungan kepada keluarga yang sedang berduka, membantu mereka merasa tidak sendirian dalam menghadapi cobaan.
- Penguatan Komunitas: Tradisi ini memperkuat ikatan antarwarga, menciptakan rasa kebersamaan dan gotong royong dalam masyarakat.
4. Penguatan Keimanan dan Pendidikan Spiritual
Rangkaian bacaan tahlil, mulai dari istighfar, syahadat, Al-Fatihah, surah-surah pendek, ayat Kursi, hingga kalimat tauhid La ilaha illallah
secara berulang-ulang, merupakan bentuk pendidikan spiritual yang sangat efektif. Ini mengingatkan peserta akan kebesaran Allah, kemuliaan Rasulullah, dan ajaran-ajaran pokok Islam.
- Peningkatan Zikir: Melalui tahlil, seseorang terbiasa melafalkan zikir yang sarat makna, yang dapat menenangkan hati dan jiwa.
- Tadarus Al-Qur'an: Pembacaan surah Yasin atau surah-surah lain adalah bentuk tadarus yang dilakukan secara kolektif.
5. Penghormatan terhadap Kiai atau Ulama
Dalam banyak tradisi tahlil, kehadiran dan pimpinan seorang kiai atau ulama sangat dihormati. Ini juga menjadi ajang bagi masyarakat untuk belajar, mendengarkan nasihat, dan mengambil berkah dari para pewaris Nabi. Kiai seringkali memberikan ceramah singkat (mau'izhah hasanah) setelah tahlil, yang berisi nasihat keagamaan, penguatan iman, dan pesan-pesan moral.
Dalil dan Landasan Syar'i Tahlil
Pertanyaan mengenai dalil dan landasan syar'i tahlil seringkali muncul, terutama di tengah keragaman pandangan dalam Islam. Penting untuk dicatat bahwa tahlil sebagai sebuah tradisi kompilasi, bukan merupakan satu ibadah tunggal yang disebutkan secara eksplisit dalam Al-Qur'an atau Hadits dengan nama "tahlil". Namun, elemen-elemen yang terkandung di dalamnya, seperti zikir, doa, bacaan Al-Qur'an, dan bersedekah, memiliki landasan kuat dalam syariat Islam.
1. Dalil Umum tentang Zikir dan Doa Berjamaah
Islam sangat menganjurkan umatnya untuk memperbanyak zikir dan doa. Allah SWT berfirman dalam Al-Qur'an:
- QS. Al-Ahzab [33]: 41:
Hai orang-orang yang beriman, berzikirlah (dengan menyebut nama) Allah, zikir yang sebanyak-banyaknya.
Ayat ini jelas menganjurkan zikir tanpa batasan jumlah. - QS. Al-Baqarah [2]: 152:
Karena itu, ingatlah kamu kepada-Ku niscaya Aku ingat (pula) kepadamu, dan bersyukurlah kepada-Ku, dan janganlah kamu mengingkari (nikmat)-Ku.
- Hadits tentang Majelis Zikir: Rasulullah SAW bersabda,
Tidaklah suatu kaum duduk dalam suatu majelis yang di dalamnya mereka berzikir kepada Allah, melainkan mereka akan dikelilingi oleh malaikat, diliputi rahmat, diturunkan ketenangan kepada mereka, dan Allah menyebut-nyebut mereka di hadapan makhluk yang ada di sisi-Nya.
(HR. Muslim). Hadits ini menunjukkan keutamaan berkumpul untuk berzikir.
2. Dalil tentang Doa untuk Orang Meninggal
Mendoakan orang yang telah wafat adalah ajaran yang disepakati oleh seluruh ulama Islam. Banyak ayat Al-Qur'an dan Hadits yang menganjurkannya:
- QS. Al-Hasyr [59]: 10:
Dan orang-orang yang datang sesudah mereka (Muhajirin dan Anshar), mereka berdoa: 'Ya Tuhan kami, ampunilah kami dan saudara-saudara kami yang telah mendahului kami dengan membawa iman, dan janganlah Engkau jadikan dalam hati kami kedengkian terhadap orang-orang yang beriman; Ya Tuhan kami, sesungguhnya Engkau Maha Penyantun lagi Maha Penyayang.'
Ayat ini menunjukkan bahwa doa untuk orang yang telah meninggal adalah sunnah para sahabat. - Hadits tentang Anak Saleh: Rasulullah SAW bersabda,
Apabila seorang manusia meninggal dunia, maka terputuslah segala amalnya kecuali tiga hal: sedekah jariyah, ilmu yang bermanfaat, atau anak saleh yang mendoakannya.
(HR. Muslim). Meskipun hadits ini menyebut anak saleh, sebagian ulama memahami bahwa doa dari Muslim manapun yang tulus juga akan sampai. - Shalat Jenazah: Shalat jenazah itu sendiri adalah bentuk doa berjamaah yang paling utama untuk orang yang meninggal. Ini menunjukkan prinsip bahwa doa kolektif bermanfaat.
3. Dalil tentang Pengiriman Pahala (Ishol Ats-Tsawab)
Mengenai sampainya pahala bacaan Al-Qur'an atau zikir kepada orang meninggal, ada perbedaan pandangan di kalangan ulama. Namun, mayoritas ulama Ahlussunnah wal Jama'ah (termasuk Imam Syafi'i, sebagian Imam Hanafi, Imam Maliki, dan Imam Ahmad dalam beberapa riwayat) berpendapat bahwa pahala tersebut bisa sampai. Mereka berhujjah dengan beberapa poin:
- Analogi dengan Sedekah dan Haji Badal: Jika pahala sedekah dan haji badal (mewakili orang lain) bisa sampai, maka pahala bacaan Al-Qur'an dan zikir pun bisa sampai, asalkan diniatkan.
- Hadits Umum tentang Doa: Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu, dan rahmat-Nya meliputi segala sesuatu. Jika seseorang mendoakan dan menghadiahkan pahala bacaannya, maka tidak ada yang mustahil bagi Allah untuk menyampaikannya.
- Praktik Salafus Shalih: Beberapa riwayat menunjukkan bahwa sebagian sahabat dan tabi'in juga membaca Al-Qur'an di kuburan atau mendoakan orang meninggal dengan bacaan tertentu.
Dalam konteks tahlil, niat yang tulus untuk mendoakan almarhum dan berzikir kepada Allah adalah kunci. Adanya perbedaan pendapat di kalangan ulama adalah hal yang wajar dalam khazanah keilmuan Islam, dan hal tersebut seharusnya menjadi rahmat, bukan penyebab perpecahan.
Tata Cara Pelaksanaan Tahlil
Meskipun ada sedikit variasi di berbagai daerah, struktur umum pelaksanaan tahlil memiliki pola yang relatif konsisten. Berikut adalah urutan bacaan dan tahapan yang lazim dilakukan dalam sebuah majelis tahlil:
1. Pembukaan
- Muqaddimah (Pendahuluan): Acara biasanya dibuka oleh seorang tuan rumah atau perwakilan keluarga yang mengucapkan terima kasih kepada hadirin dan menyampaikan tujuan diselenggarakannya tahlil.
- Pembacaan Al-Fatihah Pembuka: Dipimpin oleh seorang kiai, ustadz, atau tokoh masyarakat, biasanya diawali dengan
Ila Hadhratin Nabiyyil Musthofa Muhammadin SAW, wa ila jami'il anbiya'i wal mursalin...
yang kemudian diikuti dengan pembacaan Surah Al-Fatihah, diniatkan untuk Nabi Muhammad SAW, para nabi dan rasul, sahabat, ahli bait, ulama, guru, dan kemudian kepada orang yang meninggal dunia.
2. Rangkaian Bacaan Tahlil Inti
Urutan bacaan ini adalah bagian inti dari tahlil:
- Istighfar:
Astaghfirullahal 'adzim
(Aku memohon ampun kepada Allah Yang Maha Agung) – Dibaca 3x. - Kalimat Syahadat:
Asyhadu an la ilaha illallah wa asyhadu anna Muhammadan abduhu wa Rasuluh
(Aku bersaksi tiada Tuhan selain Allah dan aku bersaksi bahwa Muhammad adalah hamba dan utusan-Nya) – Dibaca 1x. - Shalawat Nabi:
Allahumma shalli 'ala sayyidina Muhammad, wa 'ala ali sayyidina Muhammad
(Ya Allah, berikan rahmat kepada junjungan kami Nabi Muhammad dan kepada keluarga Nabi Muhammad) – Dibaca 3x atau lebih. - Surah Al-Fatihah: Dibaca secara lengkap.
- Ayat Kursi: (QS. Al-Baqarah [2]: 255) – Dibaca 1x. Ayat ini memiliki keutamaan yang sangat besar.
- Surah Al-Ikhlas: Dibaca 3x.
- Surah Al-Falaq: Dibaca 1x.
- Surah An-Nas: Dibaca 1x.
- Surah Al-Baqarah [2]: 163:
Wa ilahukum ilahun wahidun la ilaha illa huwar-rahmanur-rahim
(Dan Tuhanmu adalah Tuhan Yang Maha Esa; tidak ada tuhan melainkan Dia Yang Maha Pemurah lagi Maha Penyayang). - Kalimat Tasbih dan Tahmid:
Subhanallahi walhamdulillahi wa la ilaha illallahu wallahu akbar
(Maha Suci Allah, segala puji bagi Allah, tiada Tuhan selain Allah, dan Allah Maha Besar). - Tahlil (La ilaha illallah): Bagian terpenting. Biasanya dibaca berulang-ulang, bisa 33x, 100x, atau jumlah tertentu lainnya. Puncaknya ditutup dengan
La ilaha illallah Muhammadur Rasulullah
. - Kalimat Tamjid (Memuji Allah):
Allahumma shalli 'ala sayyidina Muhammadin wa 'ala alihi wa sahbihi ajma'in
(Ya Allah, berikan rahmat kepada junjungan kami Nabi Muhammad, beserta keluarga dan sahabat-sahabatnya semuanya). - Tahlil Lanjutan:
La ilaha illallah, La ilaha illallah, La ilaha illallah Muhammadur Rasulullah
(Diulang beberapa kali sebagai penutup zikir tahlil).
3. Doa Tahlil
Setelah rangkaian zikir selesai, dilanjutkan dengan pembacaan doa tahlil yang panjang, dipimpin oleh kiai atau orang yang ditunjuk. Doa ini berisi permohonan ampunan, rahmat, dan keselamatan bagi almarhum, serta keselamatan dan keberkahan bagi keluarga yang ditinggalkan dan seluruh hadirin. Doa ini biasanya menggunakan bahasa Arab dan diakhiri dengan pujian kepada Allah dan shalawat Nabi.
Beberapa poin penting dalam doa tahlil:
- Permohonan ampunan dosa bagi almarhum/almarhumah.
- Permohonan agar diterima amal ibadahnya dan ditempatkan di tempat terbaik di sisi Allah.
- Permohonan rahmat dan keberkahan bagi keluarga yang ditinggalkan.
- Permohonan kebaikan dunia dan akhirat bagi seluruh hadirin.
- Doa untuk keselamatan umat Islam secara umum.
4. Penutup
Acara ditutup dengan salam dan ucapan terima kasih dari tuan rumah, serta bisa dilanjutkan dengan hidangan makanan ringan atau berat sebagai bentuk sedekah dan jamuan kepada tamu.
Perlu dicatat bahwa tata cara di atas adalah bentuk yang paling umum. Variasi mungkin terjadi, seperti penambahan pembacaan Surah Yasin secara penuh sebelum rangkaian tahlil inti, atau penambahan doa-doa khusus lainnya sesuai dengan adat atau keyakinan setempat.
Manfaat dan Hikmah Bertahlil
Tradisi tahlil bukan sekadar ritual tanpa makna. Di dalamnya terkandung berbagai manfaat dan hikmah yang mendalam, baik bagi individu yang terlibat maupun bagi komunitas secara keseluruhan.
1. Ketenangan Batin dan Penguatan Spiritual
Melafalkan zikir La ilaha illallah
secara berulang-ulang, apalagi dalam suasana kebersamaan, memiliki efek menenangkan jiwa. Zikir adalah penawar kegelisahan dan sarana untuk mendekatkan diri kepada Allah. Bagi keluarga yang berduka, tahlil memberikan dukungan spiritual dan psychological healing, membantu mereka untuk pasrah dan tabah menghadapi takdir Allah.
- Penghapusan Dosa: Zikir dan istighfar adalah sarana untuk memohon ampunan dosa, baik bagi yang hidup maupun yang didoakan.
- Peningkatan Iman: Mengingat Allah dan hari akhirat secara rutin akan menguatkan keimanan dan keyakinan akan kebenaran janji-janji Allah.
2. Solidaritas dan Kebersamaan Sosial
Tahlil menjadi wadah untuk memperkuat ikatan silaturahmi antarwarga. Masyarakat berkumpul, saling menyapa, berbagi empati, dan merasakan kebersamaan dalam suka maupun duka. Ini adalah manifestasi dari ajaran Islam yang sangat menekankan pentingnya ukhuwah (persaudaraan) dan tolong-menolong.
- Dukungan Emosional: Kehadiran tetangga dan kerabat memberikan dukungan moral yang besar bagi keluarga yang sedang berduka.
- Pencegahan Individualisme: Tradisi komunal seperti tahlil melawan arus individualisme, mengingatkan bahwa manusia adalah makhluk sosial yang saling membutuhkan.
- Wujud Kedermawanan: Menjamu tamu dalam tahlil adalah bentuk sedekah dan kedermawanan yang dianjurkan dalam Islam.
3. Pelestarian Budaya dan Identitas Keislaman Nusantara
Tahlil telah menyatu dengan kebudayaan Indonesia. Ia menjadi bagian dari identitas keislaman khas Nusantara yang kaya akan toleransi dan akulturasi. Melalui tahlil, nilai-nilai lokal seperti musyawarah, gotong royong, dan penghormatan kepada orang tua (termasuk yang telah wafat) tetap lestari dalam bingkai ajaran Islam.
- Jembatan Tradisi: Tahlil berhasil menjembatani tradisi pra-Islam dengan ajaran Islam, menjadikannya lebih mudah diterima oleh masyarakat.
- Pendidikan Akhlak: Interaksi dalam tahlil, seperti etika bertamu, menghormati yang lebih tua, dan menjaga lisan, secara tidak langsung mendidik akhlak hadirin.
4. Pengingat akan Hakikat Kehidupan
Setiap kali tahlil dilaksanakan untuk seseorang yang telah wafat, ia adalah pengingat bagi yang hidup bahwa giliran untuk menghadap Ilahi pasti akan tiba. Ini mendorong refleksi diri, muhasabah, dan motivasi untuk berbuat kebaikan selama masih diberi kesempatan hidup.
- Persiapan Diri: Kesadaran akan kematian mendorong seseorang untuk mempersiapkan bekal akhirat.
- Penilaian Hidup: Memikirkan kematian membantu seseorang mengevaluasi prioritas hidupnya.
Kontroversi dan Pandangan Berbeda
Meskipun tahlil adalah tradisi yang sangat populer di Indonesia, perlu diakui bahwa ada berbagai pandangan di kalangan Muslim mengenai praktik ini. Kontroversi seputar tahlil umumnya berpusat pada pertanyaan mengenai apakah tradisi ini memiliki dasar yang kuat dalam syariat Islam, ataukah termasuk dalam kategori bid'ah (inovasi dalam agama) yang tidak dianjurkan.
1. Pandangan yang Mendukung Tahlil
Mayoritas ulama Ahlussunnah wal Jama'ah di Indonesia, khususnya dari kalangan Nahdlatul Ulama (NU), berpendapat bahwa tahlil adalah praktik yang baik dan memiliki landasan syar'i. Argumen mereka meliputi:
- Dalil Umum Zikir dan Doa: Sebagaimana dijelaskan sebelumnya, Al-Qur'an dan Hadits sangat menganjurkan zikir dan doa. Tahlil adalah bentuk pengorganisasian zikir dan doa.
- Ishol Ats-Tsawab (Sampainya Pahala): Mereka meyakini bahwa pahala dari bacaan Al-Qur'an, zikir, dan sedekah yang diniatkan untuk almarhum akan sampai kepadanya. Pandangan ini didukung oleh banyak ulama dari madzhab Syafi'i, Hanafi, dan sebagian Maliki serta Hanbali.
- Aspek Sosial dan Kemaslahatan: Tahlil memiliki banyak manfaat sosial seperti mempererat silaturahmi, solidaritas, dan dukungan moral bagi keluarga yang berduka. Dalam kaidah fikih, hal-hal yang membawa kemaslahatan dan tidak bertentangan dengan syariat dasar dianggap mubah (diperbolehkan).
- Bukan Bid'ah Dhallalah: Para pendukung tahlil membedakan antara bid'ah hasanah (inovasi baik) dan bid'ah dhallalah (inovasi sesat). Tahlil dianggap bid'ah hasanah karena elemen-elemennya berasal dari ajaran Islam yang sahih (zikir, doa, bacaan Al-Qur'an) dan tidak menentang syariat, melainkan mengemasnya dalam bentuk yang mudah diterima masyarakat.
2. Pandangan yang Mengkritik Tahlil
Kelompok Muslim lainnya, terutama dari kalangan yang menekankan pemurnian ajaran Islam (salafiyah atau sebagian kelompok Wahabi), cenderung mengkritik atau bahkan menolak tradisi tahlil. Alasan utama mereka adalah:
- Tidak Ada Contoh dari Rasulullah dan Sahabat: Mereka berpendapat bahwa tahlil dengan tata cara spesifik dan waktu-waktu tertentu (hari ke-3, ke-7, dst.) tidak pernah dicontohkan secara langsung oleh Rasulullah SAW maupun para sahabat. Oleh karena itu, mereka menganggapnya sebagai bid'ah.
- Sampainya Pahala Bacaan: Sebagian ulama dari kelompok ini berpandangan bahwa pahala bacaan Al-Qur'an dan zikir tidak akan sampai kepada orang meninggal, kecuali yang berasal dari amal jariyah, ilmu bermanfaat, atau doa anak saleh. Mereka berpegang pada QS. An-Najm [53]: 39,
Dan bahwasanya seorang manusia tiada memperoleh selain apa yang telah diusahakannya.
- Kekhawatiran Bid'ah: Mereka khawatir bahwa praktik tahlil, karena tidak ada dalam sunnah Nabi secara eksplisit, dapat mengarah pada penambahan dalam agama yang tidak disyariatkan, sehingga dikhawatirkan termasuk bid'ah yang sesat.
- Pemborosan dan Takalluf: Terkadang, tahlil juga dikritik jika pelaksanaannya memberatkan keluarga yang berduka secara finansial karena harus menyiapkan hidangan mewah atau mengeluarkan biaya besar.
3. Sikap Moderat dan Saling Menghargai
Dalam menghadapi perbedaan pandangan ini, sikap yang paling bijaksana adalah saling menghormati dan menghargai. Kedua belah pihak memiliki dasar argumentasi masing-masing yang bersumber dari interpretasi terhadap dalil-dalil syar'i dan pemahaman tentang agama.
- Bagi yang meyakini kebolehan tahlil, lakukanlah dengan ikhlas dan niat yang benar, serta hindari pemborosan.
- Bagi yang tidak meyakini kebolehan tahlil, hendaknya tidak mencela atau merendahkan mereka yang melakukannya, karena ini adalah masalah khilafiyah (perbedaan pendapat) yang sudah ada sejak lama di kalangan ulama.
- Penting untuk fokus pada esensi ajaran Islam, yaitu tauhid, ibadah, akhlak mulia, dan persatuan umat.
Perbedaan pandangan dalam masalah furu'iyah (cabang-cabang agama) seharusnya tidak menjadi alasan untuk berpecah belah, melainkan sebagai kekayaan khazanah Islam yang memperlihatkan keluasan cara pandang para ulama dalam memahami dan mengamalkan syariat.
Peran Tahlil dalam Kehidupan Beragama Masyarakat Modern
Di tengah arus modernisasi dan globalisasi, tradisi tahlil tetap relevan dan bahkan mengalami adaptasi. Ia terus menjadi bagian penting dalam kehidupan beragama masyarakat Muslim di Indonesia.
1. Tahlil dan Digitalisasi
Era digital membuka ruang baru bagi pelaksanaan tahlil. Tahlil online atau virtual, terutama saat pandemi COVID-19, menjadi solusi bagi mereka yang tidak bisa berkumpul secara fisik. Melalui platform video conference, zikir dan doa bersama tetap dapat dilaksanakan, menjangkau kerabat yang berada jauh.
- Aksesibilitas Luas: Teknologi memungkinkan partisipasi dari mana saja, bahkan lintas negara.
- Fleksibilitas: Memungkinkan penyesuaian jadwal yang lebih mudah.
Meskipun demikian, tahlil fisik tetap dianggap memiliki keutamaan tersendiri, terutama dalam membangun interaksi sosial dan merasakan kebersamaan secara langsung.
2. Tahlil sebagai Sarana Edukasi
Para ulama dan dai dapat memanfaatkan majelis tahlil sebagai kesempatan untuk memberikan edukasi keagamaan. Nasihat-nasihat yang disampaikan setelah tahlil seringkali lebih mudah diterima karena hadirin berada dalam suasana yang kondusif untuk merenung dan menerima ilmu.
- Penyampaian Nilai: Mengajarkan pentingnya ikhlas, sabar, tawakal, dan menjaga hubungan baik dengan sesama.
- Literasi Keagamaan: Memperkenalkan makna dari setiap bacaan zikir dan doa dalam tahlil, sehingga tidak hanya melafalkan tetapi juga memahami.
3. Tahlil dan Penguatan Karakter Bangsa
Nilai-nilai yang terkandung dalam tahlil, seperti kebersamaan, toleransi, gotong royong, dan penghormatan kepada sesama, sangat relevan dengan upaya penguatan karakter bangsa. Tahlil dapat menjadi salah satu medium untuk menanamkan nilai-nilai luhur tersebut kepada generasi muda.
- Pembentukan Komunitas Moderat: Tradisi tahlil yang inklusif dapat mendukung pembentukan masyarakat Muslim yang moderat dan harmonis.
- Penjaga Tradisi: Membantu menjaga tradisi keagamaan yang sudah mengakar, sekaligus mengajarkan adaptasi yang sehat terhadap modernitas.
4. Tantangan dan Adaptasi
Meskipun relevan, tahlil juga menghadapi tantangan, seperti perubahan gaya hidup masyarakat yang lebih individualistis, kesibukan, atau perbedaan pandangan yang bisa menyebabkan friksi. Oleh karena itu, tahlil perlu terus beradaptasi:
- Penyederhanaan: Tidak semua tahlil harus panjang dan meriah. Bentuk yang lebih sederhana dan fokus pada esensi zikir dan doa juga dapat diterima.
- Fokus pada Substansi: Mengedepankan makna dan kekhusyukan dibandingkan formalitas atau aspek materi semata.
- Keterlibatan Generasi Muda: Mengajak generasi muda untuk berpartisipasi dan memahami makna tahlil agar tradisi ini terus berlanjut.
Kesimpulan
Bertahlil adalah sebuah tradisi keagamaan yang kaya akan nilai dan makna dalam masyarakat Muslim, khususnya di Indonesia. Lebih dari sekadar ritual mendoakan arwah, tahlil adalah manifestasi dari zikir kepada Allah, pengingat akan kematian dan akhirat, perekat tali silaturahmi, serta sarana pendidikan spiritual.
Akar sejarahnya yang melibatkan akulturasi budaya dan peran para ulama sufi, menunjukkan bagaimana Islam dapat menyatu harmonis dengan kearifan lokal. Meskipun ada perbedaan pandangan di kalangan ulama mengenai landasan syar'i tahlil, mayoritas ulama Ahlussunnah wal Jama'ah berpendapat bahwa praktik ini dibolehkan dan memiliki banyak kemaslahatan, asalkan dilaksanakan dengan niat yang ikhlas dan tidak berlebihan.
Di era modern, tahlil terus beradaptasi, bahkan memanfaatkan teknologi digital untuk menjaga relevansinya. Ia tetap menjadi pilar penting dalam menjaga solidaritas sosial, menguatkan keimanan, dan melestarikan identitas keislaman Nusantara yang moderat dan toleran. Pada akhirnya, tahlil mengajarkan kita tentang pentingnya mengingat Allah, mendoakan sesama, dan mempererat ukhuwah dalam menjalani kehidupan yang fana menuju keabadian.
Semoga artikel ini memberikan pemahaman yang komprehensif tentang bertahlil dan menginspirasi kita untuk terus mengambil hikmah dari setiap tradisi baik yang ada dalam Islam.