Menggali Makna dan Keutamaan Bertarawih di Bulan Suci
Bulan Ramadan adalah bulan yang penuh berkah, rahmat, dan ampunan. Di antara sekian banyak ibadah yang disyariatkan dalam bulan suci ini, shalat Tarawih menempati posisi yang sangat istimewa. Bukan hanya sekadar ritual malam, tetapi juga sebuah perjalanan spiritual yang mendalam, membersihkan jiwa, dan mendekatkan diri kepada Sang Pencipta. Mengapa bertarawih begitu penting? Apa saja keutamaan yang terkandung di dalamnya? Dan bagaimana cara melaksanakannya dengan benar sesuai tuntunan syariat? Artikel ini akan mengupas tuntas semua pertanyaan tersebut, memberikan pemahaman yang komprehensif tentang bertarawih.
Bertarawih secara harfiah berarti "duduk atau istirahat sebentar". Istilah ini merujuk pada praktik shalat malam berjamaah yang dilakukan umat Islam di bulan Ramadan, biasanya diselingi dengan istirahat singkat setiap beberapa rakaat. Ibadah ini, meskipun sunnah, memiliki bobot pahala yang luar biasa dan menjadi salah satu ciri khas spiritual bulan puasa. Ia adalah momen di mana masjid-masjid dipenuhi oleh jamaah yang haus akan ampunan dan keberkahan, menciptakan suasana kebersamaan dan kekhusyukan yang tak tertandingi.
Lebih dari sekadar melaksanakan gerakan shalat, bertarawih adalah kesempatan emas untuk merenungkan kebesaran Allah, memperbanyak doa, membaca Al-Qur'an, dan memperkuat tali silaturahmi antar sesama Muslim. Ini adalah waktu di mana hati terasa lebih lapang, pikiran lebih jernih, dan jiwa lebih tenang dalam mendekatkan diri kepada-Nya. Mari kita selami lebih dalam setiap aspek dari ibadah mulia ini.
Sejarah dan Hukum Shalat Tarawih
Untuk memahami kedudukan shalat Tarawih, penting untuk menelusuri sejarahnya dan mengetahui hukum syar'i-nya. Sejarah shalat Tarawih berawal pada masa Rasulullah ﷺ. Beliau melaksanakan shalat malam di bulan Ramadan secara berjamaah di masjid pada beberapa malam. Namun, beliau kemudian tidak melanjutkannya secara rutin berjamaah karena khawatir shalat Tarawih akan diwajibkan bagi umatnya, dan hal itu akan memberatkan mereka. Rasulullah ﷺ sangat memperhatikan kemudahan bagi umatnya, sehingga beliau memilih untuk melaksanakannya secara munfarid (sendirian) di sisa malam-malam Ramadan.
Setelah wafatnya Rasulullah ﷺ dan pada masa kekhalifahan Abu Bakar Ash-Shiddiq, shalat Tarawih masih dilaksanakan secara munfarid atau berkelompok kecil tanpa imam resmi. Kondisi ini berlanjut hingga awal kekhalifahan Umar bin Khattab radhiyallahu 'anhu. Suatu malam, Umar melihat orang-orang shalat Tarawih terpencar-pencar di masjid; ada yang shalat sendirian, ada yang shalat berjamaah dengan kelompok kecil. Beliau kemudian berinisiatif untuk menyatukan mereka di bawah satu imam. Maka, beliau menunjuk Ubay bin Ka'ab radhiyallahu 'anhu sebagai imam untuk memimpin shalat Tarawih bagi seluruh jamaah di Masjid Nabawi.
Keputusan Umar ini diterima dengan baik oleh para sahabat dan terus diamalkan hingga kini. Tindakan Umar bin Khattab ini dianggap sebagai "sunnah khulafaur rasyidin" yang sangat dianjurkan untuk diikuti. Rasulullah ﷺ bersabda: "Hendaklah kalian berpegang teguh pada sunnahku dan sunnah khulafaur rasyidin yang mendapat petunjuk sesudahku." (HR. Abu Dawud dan Tirmidzi). Dengan demikian, shalat Tarawih berjamaah di masjid merupakan amalan yang memiliki dasar kuat dalam sejarah Islam.
Hukum Shalat Tarawih: Sunnah Muakkadah
Para ulama Ahlussunnah wal Jama'ah sepakat bahwa hukum shalat Tarawih adalah sunnah muakkadah, yaitu sunnah yang sangat ditekankan atau dianjurkan. Ini berarti bahwa umat Islam sangat dianjurkan untuk melaksanakannya, namun tidak wajib. Barangsiapa yang melaksanakannya akan mendapatkan pahala yang besar, dan barangsiapa yang meninggalkannya tidak berdosa, meskipun ia kehilangan kesempatan untuk meraih keutamaan yang agung.
Shalat Tarawih disebut juga dengan Qiyam Ramadhan (shalat malam Ramadan). Keutamaan hukumnya datang dari banyak hadits, di antaranya sabda Rasulullah ﷺ:
"Barangsiapa shalat malam (Tarawih) pada bulan Ramadan karena iman dan mengharap pahala dari Allah, niscaya diampuni dosa-dosanya yang telah lalu." (HR. Bukhari dan Muslim)
Hadits ini secara jelas menunjukkan keutamaan besar bagi mereka yang melaksanakan shalat Tarawih. Frasa "karena iman" berarti meyakini akan kebenaran perintah Allah dan Rasul-Nya, sedangkan "mengharap pahala dari Allah" berarti ikhlas dalam beribadah, semata-mata mengharapkan ridha-Nya, bukan pujian manusia atau tujuan duniawi lainnya. Ini adalah landasan spiritual yang harus dimiliki setiap muslim ketika bertarawih.
Perbedaan Pendapat tentang Jumlah Rakaat
Salah satu aspek yang sering menjadi pertanyaan adalah jumlah rakaat shalat Tarawih. Terdapat perbedaan pendapat di kalangan ulama mengenai hal ini, namun perlu dipahami bahwa perbedaan ini bukanlah suatu masalah yang fundamental dan tidak seharusnya memecah belah umat. Kedua pandangan memiliki dalil dan dasar praktik yang kuat:
- Delapan Rakaat: Ini didasarkan pada praktik Rasulullah ﷺ yang pada umumnya melaksanakan shalat malam (Tahajjud) delapan rakaat, ditambah tiga rakaat Witir. Sebagian ulama berpendapat bahwa shalat Tarawih sama dengan shalat Tahajjud, hanya saja penamaannya berbeda ketika dilakukan di bulan Ramadan. Hadits Aisyah radhiyallahu 'anha yang menyatakan bahwa Rasulullah tidak pernah menambah lebih dari sebelas rakaat (termasuk Witir) baik di bulan Ramadan maupun di luar Ramadan sering dijadikan dalil.
- Dua Puluh Rakaat: Ini didasarkan pada praktik para sahabat di masa kekhalifahan Umar bin Khattab, Utsman bin Affan, dan Ali bin Abi Thalib, yang kemudian menjadi amalan mayoritas umat Islam dari zaman ke zaman, khususnya di banyak masjid di seluruh dunia. Imam Syafi'i, Imam Abu Hanifah, dan Imam Ahmad (dalam sebagian riwayat) cenderung pada pendapat 20 rakaat, ditambah tiga rakaat Witir. Jumlah ini dianggap sebagai bentuk "penyempurnaan" ibadah di bulan yang mulia.
Penting untuk diingat bahwa baik delapan maupun dua puluh rakaat, keduanya sah dan diterima di sisi Allah, asalkan dilaksanakan dengan tumakninah, khusyuk, dan ikhlas. Inti dari bertarawih adalah kualitas shalat dan kekhusyukan, bukan semata-mata kuantitas rakaat. Setiap muslim bebas memilih jumlah rakaat yang sesuai dengan kemampuan dan keyakinannya, tanpa merendahkan atau menyalahkan pilihan orang lain.
Keutamaan dan Manfaat Bertarawih
Selain ampunan dosa, bertarawih juga memiliki segudang keutamaan dan manfaat, baik secara spiritual, sosial, maupun personal. Ini adalah ibadah yang multifaset, memberikan dampak positif yang luas bagi pelakunya.
1. Pengampunan Dosa (Maghfirah)
Seperti yang disebutkan dalam hadits di atas, ini adalah keutamaan utama yang paling sering disebut. Berdiri shalat di malam hari, membaca ayat-ayat Al-Qur'an, ruku', sujud, dan berdoa dengan hati yang penuh harap, adalah cara efektif untuk memohon ampunan dari segala dosa yang telah lalu. Ramadan adalah bulan di mana pintu ampunan dibuka lebar, dan Tarawih adalah salah satu kuncinya. Ini memberikan kesempatan bagi setiap Muslim untuk memulai lembaran baru yang lebih bersih dari noda dosa.
2. Peningkatan Iman dan Takwa
Melaksanakan shalat Tarawih secara konsisten setiap malam Ramadan membutuhkan komitmen dan kesabaran. Ini melatih disiplin diri, memperkuat keimanan, dan meningkatkan ketakwaan. Semakin seseorang mendekatkan diri kepada Allah melalui ibadah-ibadah sunnah seperti Tarawih, semakin kokoh imannya dan semakin tinggi kualitas takwanya. Ia akan lebih peka terhadap perintah Allah dan lebih menjauhi larangan-Nya.
3. Menghidupkan Malam Ramadan
Rasulullah ﷺ sangat menganjurkan untuk menghidupkan malam-malam Ramadan dengan ibadah. Shalat Tarawih adalah bentuk utama dari menghidupkan malam tersebut. Dengan bertarawih, malam-malam Ramadan tidak hanya diisi dengan tidur atau aktivitas duniawi, tetapi dihiasi dengan dzikir, tilawah, dan munajat kepada Allah. Ini adalah investasi akhirat yang sangat berharga.
4. Membangun Kebersamaan dan Ukhuwah Islamiyah
Bertarawih berjamaah di masjid adalah salah satu momen terindah untuk merasakan kebersamaan umat Islam. Berdiri dalam shaf yang rapi, ruku' dan sujud bersama, dan mengucapkan amin secara serentak, semuanya menciptakan ikatan persaudaraan yang kuat. Setelah shalat, seringkali jamaah berinteraksi, bertukar sapa, dan mempererat tali silaturahmi. Ini adalah aspek sosial yang sangat penting dari Tarawih, yang membantu membangun komunitas Muslim yang solid dan saling peduli.
5. Pelatihan Kesabaran dan Disiplin
Melaksanakan shalat Tarawih yang bisa mencapai puluhan rakaat, ditambah shalat Witir, membutuhkan kesabaran dan ketahanan fisik. Terutama bagi mereka yang tidak terbiasa shalat malam. Ini adalah bentuk pelatihan untuk melatih diri menjadi lebih sabar, disiplin, dan teguh dalam beribadah. Disiplin yang terbentuk selama Ramadan melalui Tarawih dapat terbawa ke bulan-bulan berikutnya, membentuk kebiasaan ibadah yang lebih baik.
6. Kesehatan Fisik dan Mental
Secara fisik, gerakan-gerakan shalat Tarawih, meskipun dilakukan dengan tumakninah, tetap merupakan bentuk aktivitas fisik ringan yang baik untuk tubuh. Ia melancarkan peredaran darah, melatih sendi-sendi, dan menjaga kebugaran. Secara mental, kekhusyukan dalam shalat, merenungkan ayat-ayat Al-Qur'an, dan berdzikir dapat membantu mengurangi stres, menenangkan pikiran, dan meningkatkan kesehatan mental. Ibadah yang tulus adalah penawar terbaik bagi kegelisahan hati.
7. Mendapatkan Cahaya dan Keberkahan
Malam-malam Ramadan yang dihidupkan dengan Tarawih akan memancarkan cahaya keberkahan. Hadits-hadits tentang keutamaan qiyamul lail (shalat malam) umumnya berlaku juga untuk Tarawih. Orang yang rajin shalat malam akan mendapatkan cahaya di wajahnya, keberkahan dalam hidupnya, dan kemudahan dalam urusannya. Ini adalah janji Allah bagi hamba-hamba-Nya yang bersungguh-sungguh dalam beribadah.
Tata Cara Pelaksanaan Shalat Tarawih
Meskipun shalat Tarawih adalah sunnah, melaksanakannya sesuai tuntunan syariat adalah hal penting agar ibadah kita diterima oleh Allah SWT. Berikut adalah panduan lengkap tata cara pelaksanaan shalat Tarawih:
1. Niat
Niat adalah fondasi dari setiap ibadah. Niat shalat Tarawih diucapkan di dalam hati, sesaat sebelum takbiratul ihram. Lafadz niat bisa beragam, namun intinya adalah menyengaja untuk melaksanakan shalat sunnah Tarawih. Contoh lafadz niat:
- Untuk Imam: "Ushalli sunnatat Tarawihi rak'ataini mustaqbilal qiblati imaman lillahi ta'ala." (Aku niat shalat sunnah Tarawih dua rakaat menghadap kiblat sebagai imam karena Allah Ta'ala.)
- Untuk Makmum: "Ushalli sunnatat Tarawihi rak'ataini mustaqbilal qiblati makmuman lillahi ta'ala." (Aku niat shalat sunnah Tarawih dua rakaat menghadap kiblat sebagai makmum karena Allah Ta'ala.)
- Untuk Sendirian (Munfarid): "Ushalli sunnatat Tarawihi rak'ataini lillahi ta'ala." (Aku niat shalat sunnah Tarawih dua rakaat karena Allah Ta'ala.)
Ingat, niat tempatnya di hati. Pengucapan lafadz niat secara lisan bukanlah syarat mutlak, namun dapat membantu menguatkan niat di dalam hati.
2. Jumlah Rakaat dan Salam
Seperti yang telah dijelaskan, ada dua jumlah rakaat yang umum diamalkan: 8 rakaat atau 20 rakaat, yang masing-masing diakhiri dengan shalat Witir.
- Format 2 rakaat salam: Ini adalah cara yang paling umum dan sesuai dengan hadits Rasulullah ﷺ yang menyatakan bahwa shalat malam itu dua rakaat dua rakaat. Jadi, setiap dua rakaat diakhiri dengan salam. Jika Anda shalat 8 rakaat Tarawih, berarti Anda akan melakukan 4 kali shalat 2 rakaat. Jika 20 rakaat, berarti 10 kali shalat 2 rakaat.
- Format 4 rakaat salam (tidak umum untuk Tarawih): Meskipun shalat malam bisa dilakukan 4 rakaat salam, namun untuk Tarawih, mayoritas ulama menganjurkan 2 rakaat salam. Hal ini untuk memudahkan dan meringankan jamaah, serta lebih sesuai dengan sunnah shalat malam yang disebutkan.
3. Gerakan Shalat
Gerakan shalat Tarawih sama persis dengan shalat sunnah lainnya:
- Takbiratul Ihram: Mengangkat kedua tangan sejajar telinga atau bahu seraya mengucapkan "Allahu Akbar". Niat di dalam hati pada saat ini.
- Membaca Doa Iftitah: (Sunnah)
- Membaca Surat Al-Fatihah: Wajib.
- Membaca Surat Pendek Al-Qur'an: (Sunnah) Disunnahkan membaca surat-surat yang bervariasi setiap rakaatnya, tidak terpaku pada surat tertentu. Imam biasanya membaca dengan tartil dan tenang.
- Ruku' dengan Tumakninah: Membungkuk dengan punggung lurus, tangan memegang lutut, seraya membaca tasbih.
- I'tidal dengan Tumakninah: Bangun dari ruku' seraya mengucapkan "Sami'allahu liman hamidah" (bagi imam dan munfarid) atau "Rabbana walakal hamd" (bagi makmum).
- Sujud Pertama dengan Tumakninah: Meletakkan dahi, hidung, kedua telapak tangan, lutut, dan ujung jari kaki ke lantai, seraya membaca tasbih.
- Duduk di antara Dua Sujud dengan Tumakninah: Duduk iftirasy (duduk di atas telapak kaki kiri, kaki kanan tegak), seraya membaca doa.
- Sujud Kedua dengan Tumakninah.
- Berdiri untuk Rakaat Kedua: Untuk rakaat kedua, ulangi langkah 3 sampai 9.
- Tasyahud Akhir: Pada akhir rakaat kedua (jika shalat 2 rakaat), duduk tasyahud akhir dan membaca bacaan tasyahud, shalawat, dan doa sebelum salam.
- Salam: Mengucapkan "Assalamualaikum warahmatullah" ke kanan, lalu ke kiri.
Penting untuk menjaga tumakninah (tenang sejenak dalam setiap gerakan) agar shalat sah dan berkualitas. Jangan terburu-buru mengikuti imam yang terlalu cepat.
4. Doa Setelah Tarawih
Setelah selesai shalat Tarawih (baik 8 atau 20 rakaat), biasanya dilanjutkan dengan doa berjamaah yang dipimpin oleh imam. Doa ini disebut juga dengan doa Kamilin atau doa Tarawih. Isi doa ini umumnya meliputi permohonan ampunan, rahmat, hidayah, keselamatan dunia akhirat, dan kemudahan dalam beribadah. Setelah doa ini, barulah dilanjutkan dengan shalat Witir.
Pelaksanaan Shalat Witir Setelah Tarawih
Shalat Witir adalah pelengkap shalat Tarawih dan juga merupakan sunnah muakkadah yang sangat dianjurkan. Rasulullah ﷺ bersabda: "Sesungguhnya Allah adalah witir (ganjil) dan menyukai yang ganjil, maka shalat Witirlah kalian, wahai ahli Qur'an." (HR. Tirmidzi).
1. Hukum dan Keutamaan Witir
Shalat Witir sangat dianjurkan karena ia adalah penutup shalat malam. Sebagaimana namanya, Witir berarti ganjil. Maka jumlah rakaatnya pun ganjil, yaitu 1, 3, 5, 7, 9, atau 11 rakaat. Paling umum adalah 3 rakaat.
Keutamaannya adalah sebagai penyempurna ibadah malam, menjaga kesaksian bahwa kita menutup hari dengan ibadah kepada Allah, serta diampuni dosa-dosa.
2. Tata Cara Shalat Witir 3 Rakaat
Ada dua cara pelaksanaan Witir 3 rakaat yang umum:
- Cara Pertama (Paling Umum): Shalat 2 rakaat dengan salam, kemudian dilanjutkan dengan 1 rakaat Witir dengan salam. Ini dianggap lebih sesuai dengan hadits "shalat malam itu dua rakaat dua rakaat, dan Witir itu satu rakaat di akhir malam."
- Cara Kedua: Shalat langsung 3 rakaat dengan satu salam, dengan tasyahud akhir hanya pada rakaat ketiga. Atau, ada juga yang melakukan tasyahud awal pada rakaat kedua, lalu berdiri lagi untuk rakaat ketiga dan tasyahud akhir, kemudian salam (mirip shalat Maghrib). Cara pertama lebih banyak diamalkan dan lebih jelas dalilnya.
Niat Shalat Witir:
- Untuk 2 rakaat pertama: "Ushalli sunnatan minal Witri rak'ataini (imaman/makmuman/lillahi ta'ala)." (Aku niat shalat sunnah bagian dari Witir dua rakaat...)
- Untuk 1 rakaat terakhir: "Ushalli sunnatal Witri rak'atan (imaman/makmuman/lillahi ta'ala)." (Aku niat shalat sunnah Witir satu rakaat...)
3. Doa Qunut Witir
Disunnahkan membaca doa Qunut pada shalat Witir di pertengahan akhir Ramadan, yaitu mulai malam ke-16 hingga akhir Ramadan. Qunut dibaca pada rakaat terakhir setelah ruku' (i'tidal).
Lafadz doa Qunut yang masyhur adalah:
"Allahummahdini fi man hadait, wa 'afini fi man 'afait, wa tawallani fi man tawallait, wa barik li fi ma a'thait, wa qini syarra ma qadhait, fa innaka taqdhi wa la yuqdha 'alaik, wa innahu la yazillu man walait, wa la ya'izzu man 'adait, tabarakta rabbana wa ta'alait. Fa lakal hamdu 'ala ma qadhait, astaghfiruka wa atubu ilaik. Wa shallallahu 'ala sayyidina Muhammadin wa 'ala alihi wa shahbihi wa sallam."
Artinya: "Ya Allah, berilah aku petunjuk sebagaimana orang yang Engkau beri petunjuk. Berilah aku kesehatan sebagaimana orang yang Engkau beri kesehatan. Pimpinlah aku bersama orang-orang yang telah Engkau pimpin. Berilah berkah pada segala apa yang Engkau berikan kepadaku. Lindungilah aku dari keburukan yang telah Engkau takdirkan. Sesungguhnya Engkau-lah yang memutuskan dan tidak ada yang dapat memutuskan atas-Mu. Sesungguhnya tidak akan hina orang yang Engkau lindungi dan tidak akan mulia orang yang Engkau musuhi. Maha Suci Engkau, ya Tuhan kami, dan Maha Tinggi Engkau. Maka bagi-Mu segala puji atas apa yang telah Engkau tetapkan. Aku mohon ampun kepada-Mu dan aku bertobat kepada-Mu. Dan semoga Allah melimpahkan rahmat dan salam kepada junjungan kami Nabi Muhammad, keluarga, dan para sahabatnya."
Bagi makmum, saat imam membaca doa Qunut, disunnahkan untuk mengucapkan "amin" setelah setiap kalimat doa. Doa Qunut adalah waktu yang sangat mustajab untuk memanjatkan permohonan kepada Allah SWT.
Amalan Pendukung Tarawih untuk Ramadan yang Lebih Berkah
Bertarawih bukanlah ibadah yang berdiri sendiri. Ia adalah bagian dari ekosistem ibadah Ramadan yang saling melengkapi. Untuk memaksimalkan pahala dan keberkahan di bulan suci, ada beberapa amalan pendukung yang sebaiknya dilakukan bersamaan dengan Tarawih:
1. Tilawah Al-Qur'an
Bulan Ramadan adalah bulan diturunkannya Al-Qur'an. Oleh karena itu, sangat dianjurkan untuk memperbanyak membaca, mentadabburi, dan mempelajari Al-Qur'an. Banyak masjid yang mengadakan tadarus Al-Qur'an setelah Tarawih atau pada waktu-waktu lainnya. Ikut serta dalam tadarus atau membaca Al-Qur'an secara mandiri adalah amalan yang sangat berpahala.
Membaca Al-Qur'an dengan tartil (perlahan dan jelas) serta memahami maknanya akan menambah kekhusyukan dan kedalaman spiritual.
2. Dzikir dan Doa
Perbanyaklah dzikir (mengingat Allah) dan berdoa di setiap kesempatan, terutama setelah shalat Tarawih dan Witir, di waktu sahur, dan di waktu-waktu mustajab lainnya. Doa adalah senjata mukmin, dan di bulan Ramadan, doa lebih mudah dikabulkan. Panjatkan doa untuk diri sendiri, keluarga, umat Islam, dan seluruh manusia.
Beberapa dzikir yang bisa dibaca: tasbih (Subhanallah), tahmid (Alhamdulillah), tahlil (La ilaha illallah), takbir (Allahu Akbar), istighfar (Astaghfirullah), dan shalawat kepada Nabi Muhammad ﷺ.
3. Bersedekah
Rasulullah ﷺ adalah orang yang paling dermawan, dan kedermawanannya semakin meningkat di bulan Ramadan. Sedekah tidak hanya berupa harta, tetapi juga senyum, bantuan kepada sesama, atau ilmu yang bermanfaat. Memberi makan orang yang berbuka puasa (iftar) juga merupakan bentuk sedekah yang sangat dianjurkan dan pahalanya besar.
4. I'tikaf di Sepuluh Malam Terakhir
Bagi yang mampu dan memiliki kesempatan, melakukan i'tikaf (berdiam diri di masjid dengan niat ibadah) di sepuluh malam terakhir Ramadan adalah amalan yang sangat istimewa. Tujuannya adalah untuk fokus beribadah dan mencari Lailatul Qadar. I'tikaf adalah puncak dari menghidupkan malam Ramadan, di mana Tarawih menjadi salah satu ibadah utama di dalamnya.
5. Menjaga Lisan dan Perilaku
Seluruh ibadah yang kita lakukan, termasuk Tarawih, akan lebih sempurna jika diiringi dengan menjaga lisan dari perkataan kotor, ghibah (menggunjing), fitnah, dan menjaga perilaku dari hal-hal yang tidak bermanfaat atau dosa. Ramadan adalah madrasah untuk melatih diri menjadi pribadi yang lebih baik secara keseluruhan.
Tips Menjaga Konsistensi Bertarawih
Meskipun memiliki niat yang kuat, menjaga konsistensi dalam bertarawih selama sebulan penuh Ramadan bisa menjadi tantangan tersendiri. Namun, dengan beberapa tips dan strategi, Anda bisa tetap istiqamah:
1. Niat yang Ikhlas dan Kuat
Kembali kepada niat awal. Ingatkan diri bahwa Anda bertarawih semata-mata karena Allah, mengharap ridha dan ampunan-Nya. Niat yang kuat adalah bahan bakar utama untuk istiqamah.
2. Tidur yang Cukup
Seringkali, rasa kantuk menjadi penghalang. Usahakan untuk tidur yang cukup setelah iftar atau sebelum waktu Tarawih. Ini akan membantu Anda tetap segar dan fokus saat shalat.
3. Hindari Makan Berlebihan Saat Berbuka
Makan berlebihan saat berbuka dapat menyebabkan rasa kenyang yang berlebihan, kantuk, dan malas. Konsumsi makanan yang seimbang dan tidak terlalu berat agar tubuh tetap prima untuk beribadah.
4. Datang Lebih Awal ke Masjid
Datang lebih awal ke masjid tidak hanya memastikan Anda mendapatkan shaf terbaik, tetapi juga memberi waktu untuk shalat sunnah tahiyatul masjid, berdzikir, atau membaca Al-Qur'an sebelum Tarawih dimulai. Ini juga menghindari keterlambatan dan terburu-buru.
5. Fokus pada Kualitas, Bukan Hanya Kuantitas
Lebih baik shalat Tarawih dengan jumlah rakaat yang lebih sedikit (misalnya 8 rakaat) namun dengan tumakninah dan kekhusyukan, daripada shalat 20 rakaat namun terburu-buru dan tanpa penghayatan. Kualitas shalat jauh lebih penting.
6. Cari Teman atau Keluarga untuk Bertarawih Bersama
Memiliki teman atau anggota keluarga yang sama-sama bersemangat untuk bertarawih bisa menjadi motivasi tambahan. Kalian bisa saling mengingatkan dan menyemangati.
7. Pahami Makna Bacaan Shalat
Jika Anda memahami makna dari ayat-ayat Al-Qur'an yang dibaca imam, atau doa-doa dalam shalat, maka kekhusyukan Anda akan meningkat. Ini akan membuat shalat terasa lebih bermakna dan tidak membosankan.
8. Berdoa agar Diberi Kekuatan
Mohonlah kepada Allah agar diberikan kekuatan dan keistiqamahan dalam beribadah. Hanya dengan pertolongan-Nya kita bisa konsisten.
Tarawih bagi Wanita: Antara Masjid dan Rumah
Peran wanita dalam ibadah Tarawih juga sangat penting. Ada beberapa aspek yang perlu diperhatikan:
1. Keutamaan Shalat Wanita di Rumah
Secara umum, Rasulullah ﷺ menyatakan bahwa shalat wanita di rumahnya lebih utama daripada di masjid, bahkan di Masjidil Haram sekalipun. Hadits ini menunjukkan bahwa bagi wanita, tempat terbaik untuk shalat adalah di tempat yang paling tertutup dan jauh dari pandangan laki-laki ajnabi (bukan mahram). Ini berlaku juga untuk shalat Tarawih.
"Shalat seorang wanita di kamarnya lebih utama daripada shalatnya di ruang tamu, dan shalatnya di lemari pakaiannya lebih utama daripada shalatnya di kamarnya." (HR. Abu Dawud)
Namun demikian, wanita tetap diizinkan untuk shalat di masjid, asalkan memenuhi syariat, yaitu menutup aurat dengan sempurna, tidak memakai wewangian yang menarik perhatian, dan meminta izin kepada suaminya (jika sudah bersuami).
2. Manfaat Shalat Berjamaah di Masjid
Meskipun shalat di rumah lebih utama, tidak sedikit wanita yang memilih untuk bertarawih di masjid. Ini memiliki manfaat tersendiri:
- Mendapatkan Nuansa Ramadan: Suasana kebersamaan di masjid, lantunan ayat-ayat Al-Qur'an dari imam, serta ceramah singkat setelah Tarawih, seringkali memberikan semangat dan nuansa Ramadan yang berbeda.
- Peningkatan Ilmu: Ceramah-ceramah agama yang disampaikan di masjid dapat menambah wawasan dan pemahaman keagamaan.
- Silaturahmi: Kesempatan bertemu dengan muslimah lain, mempererat tali persaudaraan.
Pilihan antara shalat di rumah atau di masjid sepenuhnya diserahkan kepada wanita yang bersangkutan, dengan mempertimbangkan kondisi pribadi, keluarga, dan lingkungan sekitar. Yang terpenting adalah kekhusyukan dan keikhlasan dalam beribadah.
3. Ketika Tidak Bisa Bertarawih
Wanita yang sedang dalam keadaan haid atau nifas tidak wajib melaksanakan shalat, termasuk shalat Tarawih. Namun, mereka tetap bisa meraih pahala Ramadan dengan memperbanyak dzikir, membaca Al-Qur'an (tanpa menyentuh mushaf atau melalui aplikasi), mendengarkan ceramah agama, bersedekah, dan melakukan amalan kebaikan lainnya.
Hikmah dan Pesan Mendalam dari Bertarawih
Di balik setiap gerakan dan bacaan shalat Tarawih, terkandung hikmah dan pesan-pesan mendalam yang seharusnya kita renungkan. Ibadah ini bukan sekadar rutinitas, melainkan sebuah sarana untuk transformasi diri dan peningkatan spiritual.
1. Penguatan Hubungan dengan Al-Qur'an
Dalam Tarawih, imam membacakan ayat-ayat Al-Qur'an dalam setiap rakaat. Ini adalah kesempatan untuk mendengarkan kalamullah secara langsung, merenungi maknanya, dan merasakan keagungan-Nya. Bagi sebagian orang, Tarawih adalah satu-satunya kesempatan untuk mendengarkan Al-Qur'an secara rutin dalam format shalat. Ini mengikat hati kita kembali pada kitab suci, sumber petunjuk hidup.
2. Pelatihan Kekhusyukan dan Kehadiran Hati
Shalat Tarawih yang panjang menuntut kita untuk tetap khusyuk dan menghadirkan hati. Ini melatih konsentrasi, menjauhkan pikiran dari urusan duniawi, dan sepenuhnya fokus pada Allah. Jika kita mampu mempertahankan kekhusyukan selama Tarawih, insya Allah kita akan lebih mudah menerapkannya dalam shalat fardhu dan ibadah lainnya.
3. Simbol Kesabaran dan Ketabahan
Berdiri lama, ruku' dan sujud berulang kali, adalah simbol kesabaran dan ketabahan. Ibadah ini mengajarkan kita untuk tidak mudah menyerah dalam menghadapi kesulitan, baik dalam beribadah maupun dalam kehidupan sehari-hari. Ia menanamkan sifat istiqamah dan ketekunan.
4. Pengingat akan Kehidupan Akhirat
Setiap kali kita shalat, kita berhadapan dengan Allah. Tarawih, yang dilakukan di malam hari, seringkali dengan suasana yang tenang dan hening, menjadi pengingat yang kuat akan akhirat, hari perhitungan, dan pentingnya mempersiapkan bekal terbaik. Ini memotivasi kita untuk beramal shalih lebih banyak.
5. Pembentukan Karakter Mulia
Disiplin, kesabaran, kebersamaan, dan ketakwaan yang dipupuk selama Tarawih akan membentuk karakter Muslim yang lebih mulia. Sifat-sifat ini akan tercermin dalam interaksi sosial, pekerjaan, dan seluruh aspek kehidupan. Seorang Muslim yang konsisten bertarawih cenderung lebih tenang, pemaaf, dan memiliki empati yang tinggi.
6. Mempererat Tali Persaudaraan dengan Allah dan Sesama
Bertarawih berjamaah menciptakan ikatan spiritual yang kuat antara seorang hamba dengan Tuhannya, dan antara sesama hamba. Ini adalah manifestasi nyata dari ukhuwah Islamiyah, di mana perbedaan-perbedaan duniawi dikesampingkan, dan semua berdiri dalam satu shaf yang sama, menghadap satu Kiblat, menyembah satu Tuhan.
Bertarawih dan Pencarian Lailatul Qadar
Salah satu tujuan utama menghidupkan malam-malam Ramadan, termasuk dengan bertarawih, adalah untuk mencari malam Lailatul Qadar. Malam yang lebih baik dari seribu bulan ini tersembunyi di antara sepuluh malam terakhir Ramadan, terutama pada malam-malam ganjil.
Shalat Tarawih, khususnya di sepuluh malam terakhir, menjadi sangat krusial. Rasulullah ﷺ bersabda:
"Barangsiapa shalat pada malam Lailatul Qadar karena iman dan mengharap pahala dari Allah, niscaya diampuni dosa-dosanya yang telah lalu." (HR. Bukhari dan Muslim)
Hadits ini menunjukkan betapa besar keutamaan shalat, termasuk Tarawih, pada malam Lailatul Qadar. Oleh karena itu, umat Islam sangat dianjurkan untuk meningkatkan intensitas ibadah mereka di sepuluh malam terakhir, termasuk menjaga shalat Tarawih, membaca Al-Qur'an, berdzikir, dan berdoa, dengan harapan dapat bertepatan dengan malam Lailatul Qadar.
Tidak ada yang tahu persis kapan Lailatul Qadar terjadi, sehingga semangat untuk terus beribadah setiap malam di sepuluh hari terakhir menjadi penting. Ini adalah bentuk kesungguhan seorang hamba dalam mencari ridha Allah dan pahala yang tak terhingga.
Kesimpulan: Bertarawih Sebagai Oase Spiritual Ramadan
Bertarawih adalah lebih dari sekadar shalat sunnah; ia adalah oase spiritual di tengah hiruk pikuk kehidupan duniawi, sebuah jembatan yang menghubungkan hati hamba dengan Tuhannya di bulan yang penuh berkah. Dari sejarahnya yang kaya hingga keutamaan yang melimpah, dari tata cara pelaksanaannya yang detail hingga hikmah mendalam yang terkandung di dalamnya, setiap aspek dari Tarawih mengandung pelajaran berharga.
Melalui bertarawih, kita tidak hanya membersihkan dosa-dosa masa lalu, tetapi juga membangun karakter, memperkuat iman, dan memupuk kebersamaan. Ini adalah pelatihan spiritual yang membentuk kita menjadi pribadi yang lebih sabar, disiplin, tawadhu, dan peka terhadap nilai-nilai keislaman.
Oleh karena itu, marilah kita jadikan bulan Ramadan ini sebagai momentum terbaik untuk menghidupkan malam-malamnya dengan shalat Tarawih. Datanglah ke masjid atau laksanakan di rumah dengan penuh keikhlasan dan kekhusyukan. Jangan lewatkan kesempatan emas ini untuk meraih ampunan Allah, keberkahan, dan mendekatkan diri kepada-Nya. Semoga Allah menerima seluruh amal ibadah kita, mengampuni dosa-dosa kita, dan menjadikan kita termasuk hamba-hamba-Nya yang bertaqwa. Aamiin ya Rabbal 'alamin.