Dalam dunia fisika partikel, akselerator telah menjadi jembatan menuju pemahaman mendalam tentang materi dan energi. Di antara berbagai jenis akselerator yang ada, Betatron menempati posisi yang unik dan signifikan dalam sejarah pengembangan teknologi ini. Ditemukan oleh Donald W. Kerst pada awal 1940-an, Betatron adalah akselerator partikel melingkar pertama yang mampu mempercepat elektron hingga energi relativistik, membuka jalan bagi berbagai aplikasi ilmiah dan praktis yang revolusioner.
Nama "Betatron" sendiri berasal dari kata "beta" yang merujuk pada elektron (partikel beta) dan "tron" yang berarti mesin atau alat. Betatron dirancang khusus untuk mempercepat elektron, memanfaatkan prinsip induksi elektromagnetik yang dikenal sebagai Hukum Faraday. Berbeda dengan akselerator elektrostatik sebelumnya yang terbatas pada energi yang relatif rendah, Betatron mampu menghasilkan elektron dengan energi hingga puluhan atau bahkan ratusan mega-elektronvolt (MeV), menjadikannya alat yang sangat kuat untuk penelitian fisika nuklir, radiografi industri, dan terapi radiasi medis.
Artikel ini akan membawa kita menyelami seluk-beluk Betatron, mulai dari sejarah penemuannya yang menarik, prinsip kerja fisika yang mendasarinya, komponen-komponen utama yang membentuknya, hingga berbagai aplikasinya yang telah memberikan dampak signifikan dalam berbagai bidang. Kita juga akan membahas keunggulan dan keterbatasannya, serta bagaimana Betatron tetap relevan dalam konteks perkembangan akselerator modern.
Kisah Betatron dimulai di tengah gejolak Perang Dunia II, di mana kebutuhan akan pengetahuan tentang nuklir dan pengembangan teknologi radiasi menjadi sangat mendesak. Ilmuwan di seluruh dunia berlomba-lomba untuk memahami dan memanfaatkan kekuatan atom. Salah satu tantangan utama pada masa itu adalah bagaimana menghasilkan elektron berenergi tinggi secara efisien dan terkontrol, yang diperlukan untuk berbagai eksperimen fisika dan aplikasi praktis.
Sebelum Betatron, akselerator partikel seperti generator Van de Graaff dan siklotron telah ada. Generator Van de Graaff adalah akselerator elektrostatik yang bekerja dengan menumpuk muatan listrik pada elektroda berongga, menghasilkan beda potensial yang besar untuk mempercepat partikel. Namun, keterbatasannya terletak pada tegangan maksimal yang bisa dicapai sebelum terjadi pelepasan listrik (breakdown), yang membatasi energi partikel hingga beberapa MeV saja. Siklotron, yang ditemukan oleh Ernest O. Lawrence, adalah akselerator resonansi pertama yang menggunakan medan magnet konstan dan medan listrik bolak-balik untuk mempercepat ion dalam jalur spiral. Siklotron sangat efektif untuk ion, tetapi tidak cocok untuk elektron. Elektron, karena massanya yang sangat kecil, akan mengalami perubahan massa yang signifikan saat mencapai kecepatan mendekati cahaya (efek relativistik), yang mengganggu resonansi frekuensi siklotron.
Keterbatasan ini mendorong para ilmuwan untuk mencari metode baru yang bisa mengatasi masalah relativitas elektron dan mencapai energi yang lebih tinggi. Ide untuk menggunakan induksi elektromagnetik sebagai mekanisme percepatan bukanlah hal baru. Konsep tentang akselerasi partikel melalui medan magnet yang berubah telah diajukan oleh beberapa fisikawan, termasuk Rolf Widerøe pada tahun 1928 dan Leo Szilard pada tahun 1929, meskipun mereka tidak berhasil membangun perangkat yang berfungsi penuh.
Terobosan penting datang dari Donald W. Kerst di University of Illinois pada tahun 1940. Kerst, yang saat itu adalah seorang fisikawan muda, berhasil merancang dan membangun Betatron pertama yang berfungsi. Alatnya, yang dijuluki "electron accelerator" atau "Radium", mampu mempercepat elektron hingga energi 2,3 MeV. Penemuannya ini sangat revolusioner karena secara efektif mengatasi masalah relativitas elektron yang menjadi penghalang bagi siklotron.
Kontribusi Kerst tidak hanya terletak pada penemuan konsep, tetapi juga pada realisasi praktisnya. Ia berhasil menemukan "kondisi betatron" yang krusial, yaitu hubungan matematis antara medan magnet pengarah (yang menjaga elektron tetap pada lintasannya) dan medan magnet pengakselerasi (yang mempercepat elektron). Kondisi ini memastikan bahwa elektron tidak hanya dipercepat tetapi juga tetap stabil dalam orbit melingkarnya selama proses akselerasi berlangsung.
Betatron awal Kerst menggunakan medan magnet bolak-balik yang dihasilkan oleh elektromagnet besar. Elektron diinjeksikan ke dalam tabung vakum toroidal (berbentuk donat) dan dipercepat oleh medan listrik yang diinduksi oleh perubahan fluks magnetik. Medan magnet yang sama juga bertanggung jawab untuk membengkokkan lintasan elektron sehingga tetap berada dalam orbit melingkar yang stabil.
Setelah keberhasilan Kerst, pengembangan Betatron berlanjut pesat. Versi yang lebih besar dan lebih kuat segera dibangun. Pada tahun 1941, Kerst sendiri berhasil membangun Betatron 20 MeV. Kemudian, perusahaan General Electric (GE) di bawah pimpinan W.F. Westendorp dan E.E. Charlton mengembangkan Betatron 100 MeV pada tahun 1943, yang merupakan pencapaian luar biasa pada masanya. Betatron 100 MeV ini menjadi alat penting untuk penelitian fisika nuklir dan menghasilkan sinar-X berenergi tinggi yang kemudian digunakan untuk radiografi industri dan terapi kanker.
Selama periode pasca-perang, Betatron terus dikembangkan dan disempurnakan. Meskipun akselerator lain seperti sinkrotron dan akselerator linier kemudian muncul dan mampu mencapai energi yang jauh lebih tinggi, Betatron tetap mempertahankan perannya yang penting dalam aplikasi tertentu karena kesederhanaan desain relatif dan kemampuannya untuk menghasilkan berkas elektron yang kuat dan sinar-X berenergi tinggi.
Sejarah Betatron adalah bukti nyata kecerdikan manusia dalam mengatasi tantangan fisika yang kompleks, membuka era baru dalam penelitian dan aplikasi teknologi partikel yang terus berlanjut hingga saat ini.
Inti dari cara kerja Betatron terletak pada pemanfaatan hukum fisika fundamental, khususnya Hukum Induksi Faraday dan Gaya Lorentz. Betatron dirancang untuk mempercepat elektron secara terus-menerus dalam lintasan melingkar hingga mencapai energi yang sangat tinggi.
Prinsip utama percepatan dalam Betatron adalah induksi elektromagnetik. Hukum Faraday menyatakan bahwa perubahan fluks magnetik (Φ) melalui suatu loop konduktor akan menginduksi gaya gerak listrik (GGL) atau tegangan pada loop tersebut. Dalam Betatron, "loop konduktor" adalah lintasan elektron itu sendiri dalam tabung vakum toroidal.
Secara matematis, Hukum Faraday dapat ditulis sebagai:
ε = -dΦ/dt
Di mana ε adalah GGL induksi (tegangan) dan dΦ/dt adalah laju perubahan fluks magnetik terhadap waktu.
Dalam Betatron, elektromagnet besar menghasilkan medan magnet bolak-balik. Ketika medan magnet ini berubah (yaitu, meningkat dari nol), fluks magnetik yang melewati "donat" (tabung vakum) juga berubah. Perubahan fluks ini menginduksi medan listrik melingkar di dalam tabung vakum. Elektron yang diinjeksikan ke dalam tabung vakum akan merasakan gaya dari medan listrik ini, yang mendorongnya dan mempercepatnya sepanjang lintasan melingkar. Setiap kali elektron menyelesaikan satu putaran, ia menerima "dorongan" energi dari medan listrik yang terinduksi.
Selain percepatan, elektron juga perlu dijaga agar tetap berada pada lintasan melingkar yang stabil. Di sinilah peran gaya magnetik, atau Gaya Lorentz, menjadi krusial. Ketika partikel bermuatan (elektron) bergerak dalam medan magnet, ia akan merasakan gaya yang tegak lurus terhadap arah geraknya dan arah medan magnet.
Secara matematis, gaya Lorentz pada partikel bermuatan (q) yang bergerak dengan kecepatan (v) dalam medan magnet (B) adalah:
F = q(v x B)
Dalam Betatron, medan magnet yang sama yang menghasilkan fluks untuk percepatan juga berfungsi untuk membengkokkan lintasan elektron, menyediakannya gaya sentripetal yang diperlukan untuk tetap bergerak dalam lingkaran. Medan magnet harus disesuaikan dengan energi elektron. Semakin tinggi energi elektron (dan kecepatannya), semakin kuat medan magnet yang dibutuhkan untuk menjaga orbitnya tetap konstan.
Ini adalah aspek paling cerdik dari Betatron dan merupakan kunci keberhasilannya. Agar elektron dapat dipercepat dan tetap pada orbit stabil yang memiliki jari-jari konstan (r_0), harus ada hubungan yang sangat spesifik antara medan magnet rata-rata (B_avg) yang melewati area dalam orbit elektron dan medan magnet di orbit itu sendiri (B_orbit). Kondisi ini dikenal sebagai Kondisi Betatron atau Kondisi Kerst:
B_avg = 2 * B_orbit
Mari kita pahami mengapa kondisi ini penting:
Agar elektron tetap berada di orbit yang sama (jari-jari konstan) saat kecepatannya meningkat, momentumnya (p) harus meningkat secara proporsional dengan medan magnet di orbit (B_orbit). Di sisi lain, laju peningkatan momentum (gaya tangensial) sebanding dengan laju perubahan fluks total. Dengan menyamakan kedua hubungan ini dan melakukan penurunan matematis, kita sampai pada hubungan bahwa medan magnet rata-rata di dalam orbit harus dua kali lipat dari medan magnet di orbit itu sendiri.
Jika B_avg > 2 * B_orbit, elektron akan terdorong ke dalam (radius orbit mengecil). Jika B_avg < 2 * B_orbit, elektron akan terdorong ke luar (radius orbit membesar). Desain Betatron yang cermat, terutama bentuk kutub-kutub elektromagnet, memastikan kondisi ini terpenuhi sepanjang siklus akselerasi.
Selain menjaga jari-jari orbit konstan, penting juga untuk memastikan bahwa elektron tetap stabil dalam orbitnya, baik secara radial (tidak menyimpang ke dalam atau ke luar) maupun aksial (tidak menyimpang ke atas atau ke bawah). Stabilitas ini dicapai dengan membentuk medan magnet sedemikian rupa sehingga memiliki kemiringan tertentu. Medan magnet tidak boleh seragam; ia harus sedikit melemah seiring bertambahnya jari-jari dari pusat.
Parameter yang disebut "indeks medan" (n) digunakan untuk menggambarkan kemiringan medan magnet. Untuk stabilitas radial dan aksial, indeks medan harus berada dalam rentang:
0 < n < 1
Di mana n = -(r/B) * (dB/dr). Desain kutub magnet yang cermat memastikan kondisi ini terpenuhi, menciptakan "sumur potensial" magnetik yang menjaga elektron tetap terfokus di sekitar orbit kesetimbangan.
Singkatnya, Betatron bekerja dengan "mendorong" elektron menggunakan medan listrik induksi sementara secara bersamaan "mengikat" mereka dalam orbit melingkar dengan medan magnet yang berubah secara tepat waktu dan spasial, sehingga energi elektron terus meningkat hingga mencapai target.
Betatron, meskipun relatif sederhana secara konseptual, terdiri dari beberapa komponen kompleks yang harus bekerja secara sinkron untuk mencapai fungsinya.
Elektromagnet adalah jantung dari Betatron. Ini adalah struktur besar yang terdiri dari:
Fungsi elektromagnet ganda: ia menghasilkan fluks magnetik yang berubah untuk mempercepat elektron (melalui Hukum Faraday) dan juga menghasilkan medan magnet pembengkok yang menjaga elektron tetap pada jalur melingkar (melalui Gaya Lorentz). Medan magnet ini harus sinkron dan terkontrol dengan presisi tinggi.
Tabung ini adalah bejana tertutup berbentuk cincin atau donat, biasanya terbuat dari kaca atau keramik yang dilapis, yang ditempatkan di antara kutub-kutub elektromagnet. Fungsi utamanya adalah:
Untuk mencapai dan menjaga kondisi vakum ultra-tinggi dalam tabung toroidal, diperlukan sistem vakum yang canggih, yang umumnya terdiri dari:
Pada awal setiap siklus akselerasi, sejumlah kecil elektron perlu diinjeksikan ke dalam tabung vakum. Ini dilakukan oleh electron gun. Electron gun biasanya terdiri dari:
Betatron membutuhkan daya listrik yang sangat besar untuk mengoperasikan elektromagnetnya. Sistem daya mencakup:
Setelah elektron mencapai energi maksimum yang diinginkan, mereka harus dikeluarkan dari orbit untuk digunakan dalam aplikasi. Proses ekstraksi melibatkan:
Seluruh operasi Betatron memerlukan sistem kontrol yang canggih untuk menyinkronkan semua komponen: timing injeksi elektron, laju perubahan medan magnet, energi ekstraksi, dan pemantauan kondisi vakum, suhu, dan parameter lainnya. Sistem ini biasanya berbasis komputer modern untuk memastikan operasi yang presisi dan aman.
Keseluruhan komponen ini bekerja dalam harmoni yang rumit. Timing adalah segalanya dalam Betatron. Semua perubahan medan magnet, injeksi, dan ekstraksi harus terjadi pada fase yang tepat dalam siklus medan magnet bolak-balik untuk memastikan elektron dipercepat secara optimal dan berhasil diekstraksi.
Untuk memahami sepenuhnya bagaimana Betatron beroperasi, mari kita telaah mekanisme akselerasi elektron secara bertahap dalam satu siklus operasi.
Siklus dimulai ketika medan magnet utama yang dihasilkan oleh elektromagnet berada pada titik terendah namun meningkat (biasanya nol atau mendekati nol). Pada saat inilah electron gun diaktifkan untuk sesaat. Elektron-elektron diinjeksikan ke dalam tabung vakum toroidal dengan energi awal yang relatif rendah (beberapa puluhan hingga ratusan kilo-elektronvolt, keV). Energi awal ini penting agar elektron memiliki kecepatan yang cukup untuk langsung masuk ke orbit yang ditentukan oleh medan magnet yang sedang tumbuh.
Pentingnya injeksi pada titik awal medan magnet adalah untuk memastikan bahwa elektron dapat diikat ke dalam orbit stabil yang ditentukan oleh kondisi Betatron. Jika injeksi terlalu dini (medan magnet masih nol), tidak ada gaya pembelok dan elektron akan terbang lurus. Jika terlalu lambat (medan magnet sudah terlalu kuat), elektron mungkin akan terdorong ke dalam.
Setelah diinjeksikan, elektron mulai merasakan dua efek simultan dari medan magnet yang meningkat:
Selama periode akselerasi ini, Kondisi Betatron (B_avg = 2 * B_orbit) harus terus dijaga. Ini adalah kunci. Medan magnet rata-rata yang melewati seluruh area yang dilingkupi orbit harus selalu dua kali lipat dari medan magnet di lokasi orbit itu sendiri. Jika kondisi ini tidak terpenuhi dengan presisi, elektron akan menyimpang dari orbit stabilnya dan menabrak dinding tabung vakum, menyebabkan kehilangan berkas (beam loss).
Elektron akan berputar ribuan hingga jutaan kali dalam tabung vakum. Dengan setiap putaran, mereka mendapatkan sejumlah kecil energi dari medan listrik induksi. Karena kecepatannya mendekati kecepatan cahaya, massa elektron meningkat secara signifikan sesuai dengan teori relativitas Einstein (m = γm_0, di mana γ adalah faktor Lorentz). Namun, karena medan magnet dan medan listrik induksi meningkat secara sinkron dan terkontrol, efek relativistik ini sudah diperhitungkan dalam desain Betatron, memungkinkan elektron untuk terus dipercepat hingga energi relativistik tinggi.
Proses akselerasi berlanjut hingga medan magnet mencapai puncaknya. Pada titik ini, elektron telah mencapai energi maksimum yang dirancang oleh Betatron. Untuk mengeluarkan elektron dari orbitnya, sebuah pulsa arus pendek dikirim melalui kumparan ekstraksi.
Kumparan ekstraksi ini menciptakan medan magnet lokal yang mengganggu Kondisi Betatron di wilayah tertentu. Gangguan ini menyebabkan medan magnet di orbit elektron berubah secara tiba-tiba, sehingga elektron terdorong keluar dari orbit stabilnya. Bergantung pada desain, elektron mungkin dibelokkan menuju target di dalam tabung vakum (untuk menghasilkan sinar-X) atau diarahkan melalui jendela keluar untuk digunakan sebagai berkas elektron eksternal.
Setelah ekstraksi, medan magnet utama mulai menurun, dan siklus berikutnya dapat dimulai kembali. Seluruh proses ini terjadi dalam waktu yang sangat singkat, seringkali kurang dari sepersekian detik, dan diulang dengan frekuensi yang tinggi (misalnya, puluhan hingga ratusan kali per detik) sesuai dengan frekuensi daya AC yang diberikan ke elektromagnet.
Keseluruhan mekanisme ini merupakan tarian yang rumit antara listrik dan magnetisme, menunjukkan bagaimana prinsip-prinsip fisika fundamental dapat dimanfaatkan untuk menciptakan alat yang sangat kuat untuk eksplorasi ilmiah dan aplikasi praktis.
Meskipun mungkin tidak seterkenal akselerator modern lainnya seperti akselerator linier (Linac) atau sinkrotron, Betatron telah memainkan dan terus memainkan peran penting dalam berbagai bidang. Kemampuannya untuk menghasilkan elektron berenergi tinggi dan sinar-X yang menembus menjadikannya alat yang sangat berharga.
Salah satu aplikasi Betatron yang paling signifikan dan dikenal luas adalah dalam bidang medis, khususnya radioterapi atau terapi radiasi untuk pengobatan kanker.
Di sektor industri, kemampuan Betatron untuk menghasilkan sinar-X berenergi tinggi menjadikannya alat yang tak ternilai untuk pengujian dan pemrosesan material.
Sebagai salah satu akselerator partikel pertama yang berhasil mencapai energi relativistik untuk elektron, Betatron sangat vital dalam perkembangan awal fisika nuklir dan partikel.
Meskipun Betatron telah digantikan oleh teknologi akselerator yang lebih baru di banyak aplikasi, terutama dalam fisika partikel energi tinggi di mana energi yang jauh lebih besar diperlukan, ia tetap menjadi bukti kecerdikan ilmiah dan terus memberikan kontribusi berharga dalam domain di mana kekuatan dan penetrasi sinar-X dan elektron berenergi tinggi sangat dibutuhkan.
Setiap teknologi memiliki sisi positif dan negatifnya. Betatron, meskipun inovatif pada masanya, juga tidak luput dari hal ini. Memahami keunggulan dan keterbatasannya membantu kita menempatkan peran dan relevansinya dalam konteks yang lebih luas.
Sebagai perbandingan, akselerator linier (Linac) modern telah melampaui Betatron dalam hal intensitas berkas, kemudahan kontrol, dan kemampuan untuk mencapai energi yang sangat tinggi (meskipun untuk proton dan ion, sinkrotron yang lebih besar seringkali digunakan). Namun, untuk aplikasi khusus yang membutuhkan sinar-X sangat penetratif dengan biaya operasional yang relatif lebih rendah (setelah investasi awal), Betatron tetap menjadi pilihan yang valid, terutama di beberapa negara yang sedang berkembang.
Betatron, sebagai mesin yang menghasilkan radiasi pengion berenergi tinggi, menimbulkan risiko keselamatan yang serius jika tidak ditangani dengan benar. Oleh karena itu, langkah-langkah keselamatan dan proteksi radiasi yang ketat adalah mutlak dalam desain, instalasi, dan pengoperasian Betatron.
Betatron menghasilkan beberapa bentuk radiasi yang berbahaya:
Semua praktik keselamatan radiasi didasarkan pada prinsip ALARA (As Low As Reasonably Achievable), yang berarti paparan radiasi harus dijaga serendah mungkin yang dapat dicapai secara wajar. Ini dicapai melalui tiga pilar utama:
Perisai adalah komponen kritis dalam setiap fasilitas Betatron:
Penting untuk dicatat bahwa meskipun Betatron menghasilkan radiasi yang berbahaya, dengan desain yang tepat, perisai yang memadai, dan prosedur keselamatan yang ketat, risiko paparan radiasi kepada personel dan publik dapat diminimalkan hingga tingkat yang sangat rendah, sesuai dengan standar internasional untuk keselamatan radiasi.
Betatron adalah tonggak penting dalam sejarah akselerator partikel, tetapi perkembangan teknologi terus berlanjut. Untuk memahami posisinya, ada baiknya membandingkannya secara singkat dengan akselerator partikel utama lainnya.
Singkatnya, Betatron adalah jembatan teknologi antara siklotron (yang mengatasi energi rendah akselerator elektrostatik) dan sinkrotron (yang memungkinkan energi jauh lebih tinggi). Betatron adalah yang pertama berhasil mempercepat elektron ke energi relativistik secara melingkar, membuka jalan bagi eksplorasi fisika energi tinggi dan aplikasi praktis sinar-X berenergi tinggi.
Di era akselerator partikel raksasa seperti Large Hadron Collider (LHC) atau fasilitas X-ray Free-Electron Laser (XFEL), mungkin mudah untuk menganggap Betatron sebagai peninggalan masa lalu. Namun, pandangan seperti itu akan mengabaikan relevansi yang berkelanjutan dan potensi masa depannya dalam niche aplikasi tertentu.
Betatron menghadapi persaingan ketat dari akselerator lain yang lebih efisien, lebih kuat, dan lebih serbaguna. Linac, misalnya, menawarkan intensitas berkas yang jauh lebih tinggi dan kemampuan untuk memodulasi berkas dengan presisi yang lebih besar, yang sangat penting dalam radioterapi modern (seperti Intensity-Modulated Radiation Therapy, IMRT, atau Volumetric Modulated Arc Therapy, VMAT).
Sinkrotron telah mengambil alih peran Betatron dalam mendorong batas energi partikel, memungkinkan penemuan partikel elementer baru dan eksplorasi alam semesta pada skala yang sangat kecil.
Meskipun demikian, Betatron adalah bukti bahwa ide-ide dasar dalam fisika, ketika diterapkan dengan cerdas, dapat menghasilkan teknologi yang berdampak jangka panjang. Ia tidak hanya membentuk pondasi bagi akselerator yang lebih canggih, tetapi juga terus menawarkan solusi yang efektif untuk kebutuhan spesifik dalam industri dan medis. Warisan Betatron adalah pengingat akan pentingnya inovasi dalam fisika dan rekayasa, dan bagaimana penemuan di satu era dapat terus memberikan manfaat di era berikutnya.
Betatron, akselerator elektron yang ditemukan oleh Donald W. Kerst, adalah salah satu inovasi paling signifikan dalam sejarah fisika partikel. Dengan memanfaatkan Hukum Induksi Faraday dan Gaya Lorentz, Betatron berhasil mengatasi tantangan akselerasi elektron hingga energi relativistik, sebuah pencapaian yang sebelumnya tidak mungkin dilakukan oleh akselerator elektrostatik atau siklotron.
Prinsip kerjanya yang cerdik, yang mengandalkan satu medan magnet yang berubah untuk secara simultan mempercepat dan menjaga stabilitas orbit elektron (Kondisi Betatron), memungkinkan terciptanya sinar-X dan berkas elektron berenergi tinggi. Komponen-komponen utamanya—elektromagnet masif, tabung vakum toroidal, sistem injeksi dan ekstraksi yang presisi—bekerja dalam harmoni yang kompleks untuk mencapai tujuan ini.
Dampak Betatron meluas ke berbagai bidang. Dalam kedokteran, ia merevolusi terapi radiasi kanker, memungkinkan pengobatan tumor dalam dengan penetrasi tinggi. Di industri, kemampuannya menghasilkan sinar-X yang sangat menembus menjadikannya alat tak ternilai untuk pengujian non-destruktif material tebal dan sterilisasi peralatan. Dalam penelitian, Betatron membuka jalan bagi pemahaman yang lebih dalam tentang fisika nuklir dan partikel.
Meskipun Betatron memiliki keterbatasan, seperti batasan energi akibat kejenuhan inti magnetik dan intensitas berkas yang relatif rendah dibandingkan akselerator modern, warisannya tetap tak terbantahkan. Ia adalah pendahulu krusial bagi akselerator partikel yang lebih canggih yang kita lihat hari ini, dan terus menemukan relevansinya dalam aplikasi niche yang membutuhkan kekuatan dan penetrasi khasnya. Kisah Betatron adalah pengingat yang kuat akan bagaimana penemuan ilmiah dapat mengubah dunia di berbagai tingkatan.