Beting: Mahakarya Alam Bawah Laut dan Tantangan Konservasinya

Laut menyimpan jutaan misteri dan keindahan yang tak terhingga, salah satunya adalah beting. Kata "beting" sendiri memiliki makna yang kaya dan multidimensional dalam konteks kelautan Indonesia, merujuk pada formasi geografis bawah laut yang vital bagi ekosistem, perekonomian, dan bahkan navigasi. Dari gugusan terumbu karang yang berwarna-warni hingga dataran pasir dangkal yang dinamis, beting adalah pusat kehidupan dan interaksi di lautan.

Artikel ini akan membawa kita menyelami lebih dalam tentang apa itu beting, bagaimana ia terbentuk, keanekaragaman hayati yang menaunginya, serta peran krusialnya bagi planet dan manusia. Kita juga akan mengupas berbagai ancaman yang kini membayangi keberadaannya dan, yang terpenting, langkah-langkah konservasi yang dapat kita lakukan untuk menjaga warisan alam yang tak ternilai ini. Dengan pemahaman yang komprehensif, diharapkan kesadaran akan pentingnya beting dapat meningkat, mendorong tindakan nyata demi kelestarian laut kita.

Ilustrasi Terumbu Karang Beting Gambar ilustrasi terumbu karang yang cerah dengan berbagai jenis karang dan ikan, melambangkan kekayaan beting.
Ilustrasi kehidupan di beting terumbu karang yang kaya akan keanekaragaman hayati.

I. Definisi dan Klasifikasi Beting

Istilah "beting" sering kali digunakan secara luas dan kontekstual dalam bahasa Indonesia, terutama di bidang kelautan. Secara umum, beting merujuk pada sebuah formasi daratan atau dasar laut yang dangkal, biasanya terdiri dari pasir, lumpur, atau batuan karang, yang muncul dari kedalaman laut atau sungai, bahkan kadang-kadang terlihat di permukaan air pada saat surut. Pemahaman yang komprehensif tentang beting memerlukan pembedaan antara beberapa jenis utamanya, masing-masing dengan karakteristik, proses pembentukan, dan fungsi ekologisnya sendiri.

A. Beting sebagai Terumbu Karang (Reef Shoals)

Salah satu interpretasi paling umum dari beting adalah sebagai terumbu karang. Terumbu karang adalah struktur bawah laut yang dibentuk oleh jutaan polip karang kecil yang mengeluarkan kalsium karbonat. Polip-polip ini hidup bersimbiosis dengan alga fotosintetik bernama zooxanthellae, yang memberi mereka nutrisi dan warna cerah. Terumbu karang tidak hanya sekadar tumpukan batuan, melainkan ekosistem kompleks yang menopang seperempat dari seluruh kehidupan laut, meskipun hanya menempati kurang dari satu persen dasar laut.

1. Proses Pembentukan Terumbu Karang

Pembentukan terumbu karang adalah proses yang memakan waktu ribuan hingga jutaan tahun. Dimulai ketika larva karang menempel pada substrat yang cocok—biasanya batuan atau bangkai karang sebelumnya—di perairan yang hangat, jernih, dan dangkal. Polip-polip ini kemudian berkembang biak secara aseksual, membentuk koloni. Seiring waktu, koloni-koloni ini tumbuh dan mengeluarkan rangka kalsium karbonat yang saling menumpuk, membentuk struktur yang semakin besar dan kokoh. Proses ini dipercepat oleh kondisi lingkungan yang optimal, termasuk suhu air yang stabil (sekitar 20-28°C), salinitas yang sesuai, dan cahaya matahari yang cukup untuk fotosintesis zooxanthellae. Gelombang dan arus laut juga berperan dalam mengikis dan mendistribusikan material karang, berkontribusi pada arsitektur terumbu.

2. Jenis-jenis Terumbu Karang

Ada beberapa jenis terumbu karang utama yang sering dikategorikan sebagai beting:

Kekayaan jenis terumbu karang ini menunjukkan betapa dinamis dan bervariasinya ekosistem beting yang didominasi oleh karang. Setiap jenis memiliki karakteristik morfologi dan ekologisnya sendiri, yang pada gilirannya memengaruhi jenis kehidupan laut yang dapat ditemukan di dalamnya.

B. Beting sebagai Gugusan Pasir atau Dataran Dangkal (Sandbanks/Shoals)

Selain terumbu karang, "beting" juga sering merujuk pada formasi gugusan pasir, lumpur, atau dataran dangkal lainnya yang terbentuk oleh proses geologis dan hidrodinamika. Beting jenis ini tidak selalu memiliki struktur keras seperti karang, melainkan cenderung lebih dinamis dan dapat berubah bentuk seiring waktu akibat pengaruh arus, gelombang, dan sedimentasi.

1. Pembentukan dan Karakteristik Beting Pasir

Beting pasir atau gosong terbentuk melalui akumulasi sedimen seperti pasir, kerikil, atau lumpur yang diendapkan oleh arus air. Proses ini umum terjadi di muara sungai, teluk dangkal, perairan pesisir, dan bahkan di laut lepas yang memiliki arus kuat. Faktor-faktor yang memengaruhi pembentukan beting pasir meliputi:

Karakteristik utama beting pasir adalah sifatnya yang dinamis. Mereka bisa muncul dan menghilang, atau berubah bentuk dan ukuran dalam hitungan bulan atau tahun. Hal ini menjadikannya tantangan bagi navigasi maritim, namun juga menciptakan habitat unik bagi organisme yang mampu beradaptasi dengan lingkungan yang terus berubah.

2. Jenis-jenis Beting Pasir dan Gosong

Beberapa jenis beting pasir atau gosong yang dikenal antara lain:

Kedua jenis beting, baik yang berupa terumbu karang maupun gugusan pasir, sama-sama memiliki peran ekologis yang signifikan dan sangat rentan terhadap perubahan lingkungan serta aktivitas manusia. Mereka adalah indikator kesehatan laut dan juga sumber daya alam yang penting.

C. Beting sebagai Area Penangkapan Ikan

Terlepas dari komposisi geologisnya, beting dalam kedua bentuk di atas, baik terumbu karang maupun dataran dangkal, seringkali dikenal sebagai area penangkapan ikan yang produktif. Ini adalah fungsi ekonomi dan sosial beting yang sangat vital, terutama bagi masyarakat pesisir di seluruh dunia, termasuk Indonesia.

1. Mengapa Beting Kaya akan Ikan?

Kekayaan ikan di area beting bukanlah kebetulan. Ada beberapa faktor ekologis yang menjadikannya magnet bagi kehidupan laut:

Kombinasi faktor-faktor ini menciptakan "oasis" kehidupan di lautan yang luas, menarik berbagai spesies ikan, mulai dari ikan karang berukuran kecil hingga ikan pelagis besar seperti tuna dan barakuda, menjadikannya target utama bagi nelayan.

2. Spesies Ikan yang Sering Ditemukan di Beting

Bervariasinya jenis beting juga berarti bervariasinya spesies ikan yang hidup di sana. Di terumbu karang, kita dapat menemukan:

Sementara di beting pasir atau gosong, meskipun populasinya lebih dinamis, kita sering menemukan:

Keberadaan beting sebagai area penangkapan ikan yang subur telah lama menjadi tulang punggung ekonomi bagi banyak komunitas pesisir. Namun, eksploitasi berlebihan tanpa pengelolaan yang tepat dapat dengan cepat menghabiskan sumber daya ini dan merusak ekosistem beting itu sendiri.

Ilustrasi Beting Pasir Gambar ilustrasi beting pasir atau gosong yang muncul di permukaan air laut dangkal, dengan beberapa biota laut di dasarnya.
Beting pasir yang dinamis, menjadi rumah bagi biota laut yang bersembunyi di dalam atau di sekitar sedimen.

II. Ekosistem Beting Terumbu Karang

Ekosistem beting, khususnya yang berbasis terumbu karang, adalah salah satu ekosistem paling kaya dan kompleks di planet ini. Meskipun menutupi kurang dari 0,1% luas samudra dunia, mereka menopang lebih dari 25% semua spesies laut yang dikenal. Ini adalah bukti nyata betapa krusialnya peran beting sebagai ‘kota bawah laut’ yang penuh kehidupan.

A. Keanekaragaman Hayati yang Menakjubkan

Keanekaragaman hayati di beting terumbu karang tidak hanya mencakup spesies yang terlihat jelas seperti ikan dan karang, tetapi juga mikroorganisme, invertebrata kecil, dan tumbuhan laut yang membentuk jaring makanan yang rumit dan interkoneksi ekologis yang mendalam.

1. Ikan-ikan Beting yang Berwarna-warni

Ikan adalah penghuni paling mencolok di terumbu karang. Ribuan spesies ikan berenang di antara karang, masing-masing dengan peran spesifiknya:

Pola warna dan bentuk tubuh ikan-ikan ini seringkali merupakan adaptasi untuk berkamuflase di antara karang atau sebagai sinyal untuk berkomunikasi dengan spesies lain.

2. Invertebrata: Fondasi Tersembunyi

Selain ikan, invertebrata memainkan peran vital:

3. Tumbuhan Laut dan Mikroorganisme

Meskipun sering tidak terlihat, mereka adalah dasar piramida makanan:

Kepadatan dan keragaman kehidupan ini membuat beting terumbu karang menjadi salah satu ekosistem paling produktif di Bumi, mendukung kelangsungan hidup bukan hanya spesies laut, tetapi juga manusia.

B. Fungsi Ekologis yang Tak Ternilai

Peran beting jauh melampaui sekadar rumah bagi biota laut. Mereka adalah bagian integral dari kesehatan planet, menyediakan layanan ekosistem yang bernilai miliaran dolar setiap tahunnya.

1. Habitat dan Tempat Berlindung

Ini adalah fungsi yang paling jelas. Struktur tiga dimensi karang menciptakan labirin ruang yang sempurna untuk bersembunyi dari predator, beristirahat, atau membesarkan anak. Sekitar 25% dari semua spesies laut bergantung pada terumbu karang untuk setidaknya satu tahap siklus hidup mereka.

2. Sumber Makanan

Sebagai ekosistem yang sangat produktif, beting menyediakan sumber makanan melimpah bagi biota laut dan manusia. Perikanan yang bergantung pada terumbu karang mendukung mata pencarian jutaan orang di seluruh dunia, menyediakan protein hewani bagi masyarakat pesisir.

3. Pelindung Garis Pantai

Terumbu karang bertindak sebagai "tembok laut alami," mengurangi energi gelombang laut dan mencegah erosi pantai. Mereka melindungi garis pantai dari badai, tsunami, dan kenaikan permukaan air laut. Tanpa terumbu karang, banyak komunitas pesisir akan jauh lebih rentan terhadap bencana alam dan kehilangan lahan.

4. Siklus Nutrisi dan Penyaring Air

Berbagai organisme di beting, dari karang itu sendiri hingga moluska filter feeder, membantu menyaring air laut, menjaga kejernihan dan kesehatan perairan. Mereka juga berperan dalam siklus nutrisi global, membantu mendaur ulang karbon, nitrogen, dan fosfor dalam ekosistem laut.

5. Laboratorium Alam dan Sumber Genetik

Keanekaragaman hayati beting adalah tambang emas bagi penelitian ilmiah. Banyak senyawa bioaktif yang ditemukan di organisme terumbu karang telah menunjukkan potensi dalam pengembangan obat-obatan baru, dari antikanker hingga antivirus. Beting adalah perpustakaan genetik alami yang tak tertandingi.

C. Interaksi dalam Ekosistem Beting

Kehidupan di beting adalah tarian interaksi yang kompleks, di mana setiap organisme memiliki peran dan hubungannya sendiri.

1. Rantai Makanan

Rantai makanan di beting dimulai dari produsen (alga, zooxanthellae) yang di makan oleh herbivora (ikan kakatua, bulu babi). Herbivora kemudian dimakan oleh karnivora primer (ikan kecil), yang pada gilirannya dimakan oleh karnivora sekunder (ikan kerapu, hiu). Detritus (bahan organik mati) diurai oleh dekomposer (bakteri, fungi), mengembalikan nutrisi ke sistem.

2. Simbiosis

Banyak hubungan simbiosis yang menarik terjadi di beting:

3. Kompetisi dan Predasi

Tentu saja, ada juga kompetisi untuk ruang, makanan, dan pasangan, serta hubungan predasi yang ketat. Keseimbangan antara predator dan mangsa sangat penting untuk menjaga kesehatan ekosistem. Misalnya, populasi bulu babi yang terlalu tinggi dapat merusak terumbu karang karena mereka memakan alga dan karang itu sendiri.

Semua interaksi ini membentuk ekosistem yang rapuh namun tangguh, yang terus-menerus menyesuaikan diri dengan perubahan di lingkungannya.

Ilustrasi Keanekaragaman Hayati Laut Gambar ilustrasi berbagai biota laut seperti ikan, penyu, ubur-ubur, dan karang yang berinteraksi dalam ekosistem beting.
Berbagai bentuk kehidupan laut yang saling berinteraksi, menunjukkan kekayaan keanekaragaman hayati beting.

III. Ancaman dan Kerentanan Beting

Meskipun beting adalah ekosistem yang tangguh, mereka sangat rentan terhadap berbagai ancaman, baik yang berasal dari alam maupun, yang lebih sering, dari aktivitas manusia. Kerusakan beting tidak hanya berarti hilangnya keindahan bawah laut, tetapi juga kehancuran layanan ekosistem vital yang menopang kehidupan di Bumi.

A. Perubahan Iklim Global

Perubahan iklim adalah salah satu ancaman terbesar dan paling kompleks bagi beting, terutama terumbu karang. Dampaknya bersifat global dan jangka panjang, sulit untuk diatasi di tingkat lokal saja.

1. Peningkatan Suhu Laut (Pemutihan Karang)

Fenomena pemutihan karang (coral bleaching) terjadi ketika suhu air laut naik melebihi ambang batas toleransi karang. Stres akibat suhu tinggi menyebabkan polip karang mengeluarkan alga zooxanthellae yang bersimbiosis di jaringan mereka. Karena zooxanthellae memberi karang warna dan nutrisi utama, karang yang kehilangan alga ini akan tampak memutih dan kelaparan. Jika kondisi stres berlanjut, karang akan mati, meninggalkan kerangka putih yang rentan terhadap erosi dan kolonisasi alga.

2. Pengasaman Laut (Ocean Acidification)

Lautan menyerap sekitar seperempat dari karbon dioksida (CO2) yang dilepaskan ke atmosfer. Ketika CO2 terlarut dalam air laut, ia bereaksi membentuk asam karbonat, yang kemudian menurunkan pH air laut—proses yang dikenal sebagai pengasaman laut. Ini berdampak langsung pada organisme yang membangun cangkang atau rangka dari kalsium karbonat, termasuk karang.

3. Kenaikan Permukaan Air Laut

Pemanasan global menyebabkan gletser dan lapisan es mencair, serta ekspansi termal air laut, yang mengakibatkan kenaikan permukaan air laut. Meskipun terumbu karang mampu tumbuh ke atas, laju kenaikan permukaan air laut yang cepat dapat melampaui kemampuan pertumbuhan karang.

B. Aktivitas Manusia yang Merusak

Aktivitas manusia, baik secara langsung maupun tidak langsung, merupakan penyebab utama kerusakan beting, seringkali dengan dampak yang lebih cepat dan terlihat dibandingkan perubahan iklim.

1. Penangkapan Ikan Berlebihan (Overfishing) dan Metode Destruktif

Eksploitasi sumber daya ikan secara berlebihan dapat mengganggu keseimbangan ekosistem beting. Hilangnya spesies ikan tertentu (misalnya, herbivora) dapat menyebabkan pertumbuhan alga yang tidak terkontrol, menutupi dan membunuh karang.

2. Polusi

Polusi datang dalam berbagai bentuk dan semuanya merusak beting.

3. Pembangunan Pesisir dan Sedimentasi

Pembangunan di wilayah pesisir seringkali mengabaikan dampak terhadap ekosistem laut.

4. Pariwisata Tidak Berkelanjutan

Meskipun pariwisata bahari dapat menjadi sumber pendapatan penting, jika tidak dikelola dengan baik, dapat menyebabkan kerusakan.

5. Transportasi Laut

Selain masalah jangkar, kapal-kapal besar dapat menabrak beting yang dangkal, menyebabkan kerusakan struktural yang signifikan dan tumpahan bahan bakar. Suara dari kapal juga dapat mengganggu biota laut.

C. Bencana Alam

Meskipun alam juga memiliki kekuatan untuk merusak, beting memiliki kapasitas pemulihan alami dari bencana ini, asalkan tidak diperparah oleh tekanan manusia.

Interaksi antara ancaman-ancaman ini menciptakan efek sinergis, di mana satu tekanan memperburuk yang lain, membuat beting semakin sulit untuk pulih dan bertahan hidup. Oleh karena itu, upaya konservasi harus multidimensional dan terkoordinasi.

IV. Konservasi dan Pengelolaan Beting

Mengingat pentingnya beting dan banyaknya ancaman yang dihadapinya, upaya konservasi dan pengelolaan yang efektif menjadi sangat krusial. Ini bukan hanya tanggung jawab pemerintah atau organisasi lingkungan, tetapi juga melibatkan setiap individu dan komunitas yang bergantung atau berinteraksi dengan ekosistem laut.

A. Upaya Global dan Nasional

Skala masalah yang dihadapi beting membutuhkan solusi yang terkoordinasi di tingkat nasional dan internasional.

1. Kawasan Konservasi Perairan (KKP)

Pembentukan Kawasan Konservasi Perairan (KKP), atau sering disebut Marine Protected Areas (MPA), adalah salah satu strategi paling efektif. KKP adalah wilayah laut yang ditetapkan untuk tujuan konservasi keanekaragaman hayati dan sumber daya alam hayati perairan. Di Indonesia, KKP dapat berupa taman nasional laut, cagar alam laut, atau suaka alam laut.

2. Regulasi dan Kebijakan Perikanan Berkelanjutan

Pemerintah perlu menerapkan dan menegakkan regulasi yang ketat terhadap praktik penangkapan ikan:

3. Program Restorasi Karang

Untuk beting yang sudah terdegradasi, upaya restorasi menjadi penting. Ini melibatkan penanaman kembali fragmen karang atau larva karang ke area yang rusak.

Restorasi adalah proses yang panjang dan mahal, dan keberhasilannya sangat bergantung pada pengendalian ancaman yang menyebabkan kerusakan awal.

B. Peran Masyarakat dan Komunitas Lokal

Konservasi tidak akan berhasil tanpa partisipasi aktif dari masyarakat yang hidup di sekitar beting.

1. Ekowisata Berkelanjutan

Pengembangan ekowisata yang bertanggung jawab dapat memberikan insentif ekonomi bagi masyarakat untuk melindungi beting.

2. Pendidikan Lingkungan dan Peningkatan Kesadaran

Edukasi adalah kunci untuk mengubah perilaku. Program pendidikan yang menargetkan anak-anak, nelayan, dan masyarakat umum dapat meningkatkan pemahaman tentang nilai beting dan ancaman yang dihadapinya.

3. Partisipasi dalam Pengawasan dan Pengelolaan

Memberdayakan komunitas lokal untuk ikut serta dalam pengelolaan dan pengawasan beting mereka sendiri.

C. Teknologi dalam Konservasi Beting

Teknologi modern menawarkan alat baru yang kuat untuk memantau, memahami, dan melindungi beting.

1. Pemantauan Satelit, Drone, dan Sensor

Alat-alat ini memungkinkan pemantauan beting dalam skala yang sebelumnya tidak mungkin.

2. Teknik Restorasi Inovatif

Penelitian terus mengembangkan metode restorasi yang lebih efektif.

3. Basis Data dan Big Data

Mengumpulkan dan menganalisis data besar tentang beting, dari keanekaragaman hayati hingga kondisi lingkungan, dapat memberikan pemahaman yang lebih baik dan membantu pengambilan keputusan yang lebih tepat.

Dengan kombinasi strategi konservasi yang beragam dan adaptif ini, ada harapan bahwa beting dapat dipulihkan dan dilindungi untuk generasi mendatang.

V. Potensi Ekonomi dan Sosial Beting

Selain fungsi ekologisnya, beting juga memiliki nilai ekonomi dan sosial yang sangat besar, secara langsung maupun tidak langsung menopang kehidupan jutaan orang. Potensi ini harus dikelola secara bijaksana untuk memastikan keberlanjutannya.

A. Sektor Perikanan yang Vital

Beting adalah jantung dari banyak perikanan pesisir, menyediakan sumber protein dan mata pencarian yang tak tergantikan.

1. Sumber Protein dan Mata Pencarian

Perikanan yang bergantung pada beting, terutama terumbu karang, menyediakan lebih dari 500 juta orang di seluruh dunia dengan makanan dan pekerjaan. Di Indonesia, negara kepulauan terbesar, beting adalah fondasi bagi komunitas nelayan tradisional dan industri perikanan skala kecil.

Nilai ekonomi dari perikanan beting diperkirakan mencapai miliaran dolar setiap tahunnya, tetapi ini hanya berkelanjutan jika stok ikan dikelola dengan baik dan habitat beting tetap sehat.

B. Pariwisata Bahari yang Menggairahkan

Keindahan visual beting, khususnya terumbu karang, menarik wisatawan dari seluruh dunia, menciptakan industri pariwisata bahari yang berkembang pesat.

1. Daya Tarik Snorkeling dan Diving

Beting terumbu karang adalah salah satu destinasi utama bagi penggemar snorkeling dan diving. Terumbu karang yang sehat dengan warna-warni ikan dan biota laut lainnya menawarkan pengalaman tak terlupakan bagi wisatawan. Destinasi seperti Raja Ampat, Wakatobi, atau Bunaken di Indonesia adalah contoh nyata bagaimana beting menjadi daya tarik utama pariwisata.

Pariwisata bahari yang dikelola dengan baik dapat menjadi alat konservasi yang kuat, di mana pendapatan dari pariwisasa digunakan untuk mendanai upaya perlindungan beting.

C. Riset dan Pendidikan

Beting adalah laboratorium alami yang tak ternilai bagi para ilmuwan dan pusat pendidikan lingkungan.

1. Laboratorium Alam untuk Penelitian Ilmiah

Keanekaragaman hayati dan kompleksitas ekosistem beting menjadikannya subjek penelitian yang tak ada habisnya. Para ilmuwan mempelajari biologi karang, perilaku ikan, interaksi ekologis, dampak perubahan iklim, dan strategi konservasi. Hasil penelitian ini krusial untuk membuat keputusan pengelolaan yang berbasis bukti.

D. Sumber Daya Non-Hayati (Potensial)

Di beberapa area, beting juga dikaitkan dengan potensi sumber daya non-hayati, meskipun ini seringkali kontroversial dan berpotensi merusak.

1. Minyak dan Gas

Beberapa formasi geologis yang menyerupai beting atau terletak di dekatnya mungkin mengandung cadangan minyak dan gas bumi. Eksplorasi dan eksploitasi sumber daya ini adalah kegiatan berisiko tinggi yang dapat menyebabkan kerusakan parah pada ekosistem beting melalui tumpahan minyak, polusi suara, dan gangguan habitat.

2. Mineral Laut

Dasar laut di sekitar beting, terutama di perairan dalam, kadang-kadang mengandung nodul polimetalik atau deposit mineral lainnya. Penambangan mineral dasar laut adalah industri yang berkembang, tetapi dengan potensi dampak ekologis yang belum sepenuhnya dipahami dan dapat sangat merusak.

Pemanfaatan potensi ekonomi dan sosial beting harus selalu diimbangi dengan prinsip keberlanjutan. Keuntungan jangka pendek tidak boleh mengorbankan kesehatan jangka panjang ekosistem yang menyediakan begitu banyak manfaat.

VI. Kisah dan Contoh Beting di Indonesia

Sebagai negara kepulauan dengan garis pantai terpanjang kedua di dunia dan terletak di jantung Segitiga Terumbu Karang, Indonesia adalah rumah bagi beting-beting paling spektakuler dan paling penting di planet ini. Berbagai contoh beting di Indonesia mencerminkan keragaman definisi dan fungsinya.

A. Raja Ampat: Pusat Keanekaragaman Terumbu Karang Dunia

Kepulauan Raja Ampat di Papua Barat diakui sebagai episentrum keanekaragaman hayati laut global. Wilayah ini adalah salah satu contoh beting terumbu karang terbaik di dunia.

B. Wakatobi: Surga Bawah Laut di Sulawesi Tenggara

Terletak di Provinsi Sulawesi Tenggara, Wakatobi adalah akronim dari empat pulau besar: Wangi-Wangi, Kaledupa, Tomia, dan Binongko. Kawasan ini telah ditetapkan sebagai Taman Nasional Laut dan merupakan contoh beting terumbu karang yang sangat penting.

C. Pulau Derawan: Permata Tersembunyi di Kalimantan Timur

Gugusan Pulau Derawan di Kalimantan Timur, termasuk Kakaban, Sangalaki, dan Maratua, adalah beting terumbu karang yang menawarkan keunikan tersendiri.

D. Gosong Pasir di Estuari dan Muara Sungai

Tidak semua beting berupa terumbu karang yang indah. Banyak beting yang sangat penting adalah gosong pasir atau dataran lumpur di muara sungai besar di Indonesia, seperti Sungai Kapuas di Kalimantan, atau delta-delta besar di Sumatera.

E. Beting di Laut Jawa dan Selat Makassar: Pusat Perikanan

Di perairan seperti Laut Jawa atau Selat Makassar, banyak beting merupakan dataran dangkal yang lebih luas atau peninggian dasar laut yang tidak selalu berkarang, tetapi sangat produktif sebagai area penangkapan ikan.

F. Cerita Lokal dan Kearifan Tradisional

Di seluruh nusantara, banyak komunitas pesisir memiliki nama lokal dan cerita tentang beting di wilayah mereka. Kearifan lokal seringkali mengandung prinsip-prinsip pengelolaan sumber daya yang berkelanjutan, seperti sistem "sasi" di Maluku yang mengatur waktu dan lokasi penangkapan ikan dan pengambilan hasil laut.

Contoh-contoh ini menunjukkan bahwa beting adalah bagian tak terpisahkan dari lanskap alam dan budaya Indonesia. Melindungi beting berarti melindungi kekayaan alam, mata pencarian, dan warisan budaya bangsa.