Biaya Pemeliharaan: Panduan Lengkap Mengelola Aset Anda

Dalam dunia bisnis modern yang kompetitif, setiap organisasi, baik besar maupun kecil, sangat bergantung pada aset fisiknya untuk menjalankan operasi sehari-hari. Mulai dari mesin produksi yang kompleks, kendaraan operasional, infrastruktur gedung, hingga sistem teknologi informasi, semuanya memerlukan perhatian agar berfungsi optimal. Di sinilah konsep biaya pemeliharaan menjadi krusial. Biaya pemeliharaan adalah semua pengeluaran yang terkait dengan menjaga aset tetap berfungsi, memperbaiki kerusakan, dan mencegah masalah sebelum terjadi. Ini bukan sekadar pengeluaran, melainkan investasi strategis yang memengaruhi kinerja operasional, keamanan, dan profitabilitas jangka panjang sebuah entitas. Memahami, mengelola, dan mengoptimalkan biaya pemeliharaan adalah salah satu kunci untuk mencapai keberlanjutan dan efisiensi operasional.

Artikel ini akan mengupas tuntas berbagai aspek terkait biaya pemeliharaan, mulai dari definisi dasarnya, jenis-jenis pemeliharaan yang ada, faktor-faktor yang memengaruhinya, komponen biaya yang terlibat, hingga strategi efektif untuk mengoptimalkannya. Kami juga akan membahas kesalahan umum yang sering terjadi dalam pengelolaan biaya pemeliharaan dan bagaimana menghindarinya. Tujuannya adalah memberikan pemahaman komprehensif agar Anda dapat mengambil keputusan yang lebih baik dalam mengelola aset dan sumber daya organisasi Anda, demi memastikan aset dapat memberikan nilai maksimal sepanjang siklus hidupnya.

Ilustrasi roda gigi yang berputar, melambangkan pemeliharaan dan mekanika.
Roda gigi melambangkan mekanisme dan proses pemeliharaan yang esensial untuk fungsi aset.

Apa Itu Biaya Pemeliharaan?

Secara sederhana, biaya pemeliharaan adalah total pengeluaran yang dikeluarkan untuk menjaga agar aset, peralatan, atau fasilitas tetap beroperasi pada tingkat kinerja yang diinginkan sepanjang masa pakainya. Ini mencakup segala sesuatu mulai dari penggantian suku cadang yang rusak, perbaikan insidental, inspeksi rutin, hingga peningkatan sistem yang direncanakan. Tujuan utama dari pengeluaran ini bukan hanya untuk memperbaiki sesuatu yang rusak, tetapi juga untuk mencegah kerusakan, memperpanjang umur aset, menjaga efisiensi operasional, dan memastikan keamanan. Biaya pemeliharaan bukan hanya tentang uang yang dikeluarkan untuk perbaikan, melainkan juga nilai yang hilang akibat gangguan operasional, hilangnya produktivitas, dan risiko keselamatan yang dapat terjadi jika pemeliharaan diabaikan. Oleh karena itu, pengelolaan biaya pemeliharaan yang efektif adalah fondasi penting untuk keberlanjutan operasional dan profitabilitas jangka panjang.

Dalam konteks yang lebih luas, biaya pemeliharaan dapat dilihat sebagai bagian integral dari total biaya siklus hidup (Total Cost of Ownership - TCO) sebuah aset. TCO mencakup biaya akuisisi, instalasi, operasional, pemeliharaan, hingga pembuangan aset. Biaya pemeliharaan, meskipun sering dianggap sebagai 'beban', sebenarnya merupakan 'investasi' yang melindungi investasi awal pada aset dan memastikan bahwa aset tersebut terus memberikan nilai yang diharapkan. Mengabaikan biaya pemeliharaan dapat menyebabkan kerusakan yang lebih besar, perbaikan yang lebih mahal, waktu henti yang tidak terencana, penurunan kualitas produk atau layanan, dan bahkan kegagalan aset yang katastropik.

Penting untuk dicatat bahwa biaya pemeliharaan dapat bervariasi secara signifikan tergantung pada jenis aset, usia aset, intensitas penggunaan, lingkungan operasional, dan strategi pemeliharaan yang diterapkan. Misalnya, biaya pemeliharaan untuk armada kendaraan transportasi akan sangat berbeda dengan biaya pemeliharaan untuk server pusat data atau bangunan kantor. Masing-masing memiliki siklus pemeliharaan, jenis suku cadang, dan keahlian teknis yang berbeda.

Jenis-Jenis Pemeliharaan dan Implikasinya Terhadap Biaya

Memahami berbagai jenis strategi pemeliharaan sangat penting karena setiap pendekatan memiliki implikasi biaya yang berbeda dan cocok untuk jenis aset atau situasi tertentu. Pemilihan strategi yang tepat dapat secara signifikan memengaruhi total biaya pemeliharaan.

1. Pemeliharaan Korektif (Corrective/Reactive Maintenance)

Jenis pemeliharaan ini adalah yang paling dasar dan reaktif, di mana perbaikan atau penggantian dilakukan hanya setelah aset mengalami kegagalan atau kerusakan. Ini adalah strategi "perbaiki saat rusak."

2. Pemeliharaan Preventif (Preventive Maintenance - PM)

Pemeliharaan preventif melibatkan inspeksi, pemeliharaan, dan penggantian komponen secara terjadwal berdasarkan waktu atau penggunaan, terlepas dari apakah ada tanda-tanda kerusakan atau tidak. Tujuannya adalah untuk mencegah kegagalan sebelum terjadi.

3. Pemeliharaan Prediktif (Predictive Maintenance - PdM)

Strategi ini menggunakan teknologi untuk memantau kondisi aset secara real-time atau periodik (misalnya, analisis getaran, termografi, analisis oli, ultrasonik). Data yang terkumpul digunakan untuk memprediksi kapan aset kemungkinan akan gagal, sehingga pemeliharaan dapat dijadwalkan tepat sebelum kegagalan terjadi.

4. Pemeliharaan Proaktif (Proactive Maintenance)

Berbeda dari pemeliharaan preventif dan prediktif yang berfokus pada pencegahan kegagalan, pemeliharaan proaktif bertujuan untuk menghilangkan akar penyebab kegagalan. Ini melibatkan analisis kegagalan (Root Cause Analysis - RCA), modifikasi desain, dan peningkatan operasional untuk mencegah jenis kegagalan tertentu terjadi lagi di masa depan.

Ilustrasi tanda dolar atau koin, melambangkan aspek biaya dan pengeluaran.
Simbol mata uang merepresentasikan berbagai komponen biaya yang terkait dengan pemeliharaan.

Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Biaya Pemeliharaan

Biaya pemeliharaan tidaklah statis; ia merupakan hasil interaksi dari berbagai faktor internal dan eksternal. Memahami faktor-faktor ini memungkinkan organisasi untuk mengidentifikasi area di mana biaya dapat dikurangi atau dioptimalkan.

1. Usia dan Kondisi Aset

2. Jenis dan Kompleksitas Aset

3. Lingkungan Operasional

4. Intensitas Penggunaan (Duty Cycle)

5. Kualitas dan Ketersediaan Suku Cadang

6. Keahlian dan Ketersediaan Tenaga Kerja

7. Strategi Pemeliharaan yang Diterapkan

8. Regulasi dan Standar Kepatuhan

9. Dukungan Manufaktur dan Garansi

10. Kualitas Instalasi dan Operasi Awal

Komponen Biaya Pemeliharaan

Untuk mengelola biaya pemeliharaan secara efektif, penting untuk memecahnya menjadi komponen-komponen utama. Pemahaman yang mendalam tentang setiap komponen memungkinkan alokasi sumber daya yang lebih baik dan identifikasi area untuk penghematan.

1. Biaya Tenaga Kerja (Labor Costs)

Ini seringkali merupakan komponen terbesar dari total biaya pemeliharaan. Meliputi:

2. Biaya Suku Cadang dan Material (Parts & Materials Costs)

Setiap kali komponen diganti, ada biaya yang terkait. Ini termasuk:

3. Biaya Peralatan dan Perkakas (Tools & Equipment Costs)

Untuk melakukan pemeliharaan, peralatan khusus seringkali diperlukan:

4. Biaya Tidak Langsung (Indirect Costs)

Seringkali diabaikan, biaya tidak langsung dapat jauh lebih besar daripada biaya langsung:

5. Biaya Manajemen dan Teknologi

Ilustrasi grafik batang naik, melambangkan peningkatan dan optimasi.
Grafik batang yang meningkat menunjukkan optimasi dan pertumbuhan yang dapat dicapai melalui pengelolaan biaya pemeliharaan yang cerdas.

Pentingnya Mengelola Biaya Pemeliharaan dengan Efektif

Manajemen biaya pemeliharaan yang efektif lebih dari sekadar menghemat uang; ini adalah pilar untuk kinerja operasional yang unggul dan kesuksesan bisnis jangka panjang. Berikut adalah beberapa alasan mengapa pengelolaan ini sangat penting:

1. Meningkatkan Profitabilitas dan Pengurangan Biaya

Dengan mengoptimalkan biaya pemeliharaan, organisasi dapat secara langsung meningkatkan margin keuntungan. Ini bukan hanya tentang mengurangi pengeluaran, tetapi juga mencegah kerugian yang disebabkan oleh downtime, produk cacat, atau kecelakaan. Strategi pemeliharaan yang baik dapat mengidentifikasi masalah sebelum menjadi mahal, sehingga menghindari biaya perbaikan darurat yang tinggi dan kerugian produksi yang signifikan. Pengurangan biaya pemeliharaan yang tidak perlu, seperti penggantian suku cadang yang masih bagus atau pemeliharaan yang terlalu sering, juga berkontribusi pada penghematan.

2. Memperpanjang Umur Aset dan ROI

Aset adalah investasi modal yang signifikan. Pemeliharaan yang teratur dan terencana memastikan bahwa aset beroperasi pada kondisi puncak dan umur pakainya diperpanjang. Dengan demikian, organisasi dapat memaksimalkan pengembalian investasi (ROI) dari setiap aset, menunda kebutuhan untuk penggantian aset baru yang mahal. Pemeliharaan preventif dan prediktif, khususnya, dirancang untuk mencegah keausan dini dan kerusakan, sehingga aset dapat berfungsi optimal selama mungkin.

3. Meningkatkan Efisiensi dan Produktivitas Operasional

Aset yang terpelihara dengan baik lebih andal dan cenderung tidak mengalami kegagalan. Ini berarti lebih sedikit waktu henti yang tidak terencana, alur kerja yang lebih lancar, dan kapasitas produksi yang lebih stabil. Produktivitas karyawan juga meningkat karena mereka tidak terganggu oleh kerusakan mesin atau harus menunggu perbaikan. Dengan demikian, target produksi dapat tercapai, dan layanan pelanggan dapat dipertahankan pada tingkat yang tinggi.

4. Peningkatan Keamanan dan Kepatuhan

Aset yang tidak terpelihara dengan baik dapat menjadi bahaya keamanan bagi karyawan dan lingkungan. Kegagalan mendadak dapat menyebabkan kecelakaan, cedera, atau tumpahan bahan berbahaya. Pengelolaan pemeliharaan yang baik mencakup inspeksi keselamatan rutin dan perbaikan sesuai standar, mengurangi risiko ini. Selain itu, banyak industri memiliki regulasi ketat mengenai pemeliharaan peralatan. Kepatuhan terhadap standar ini adalah wajib dan menghindari denda serta sanksi hukum.

5. Pengambilan Keputusan yang Lebih Baik

Dengan data yang akurat tentang biaya pemeliharaan dan kinerja aset, manajemen dapat membuat keputusan strategis yang lebih informatif. Ini termasuk keputusan tentang kapan harus memperbaiki, mengganti, atau meningkatkan aset; strategi pengadaan suku cadang; dan alokasi anggaran pemeliharaan. Analisis biaya pemeliharaan juga dapat membantu dalam menilai efisiensi operasional dan mengidentifikasi aset yang mungkin tidak lagi layak secara ekonomis.

6. Mempertahankan Kualitas Produk dan Layanan

Aset yang berfungsi dengan baik adalah kunci untuk menghasilkan produk atau layanan berkualitas tinggi. Mesin yang rusak atau tidak stabil dapat menyebabkan cacat produk, pengerjaan ulang, atau pengalaman pelanggan yang buruk. Dengan menjaga aset dalam kondisi optimal, organisasi dapat memastikan konsistensi kualitas, yang pada gilirannya membangun reputasi merek dan kepuasan pelanggan.

7. Lingkungan Kerja yang Lebih Baik

Fasilitas dan peralatan yang terpelihara dengan baik berkontribusi pada lingkungan kerja yang lebih nyaman dan aman bagi karyawan. Ini dapat meningkatkan moral, mengurangi stres, dan bahkan menurunkan tingkat absensi karyawan, yang semuanya berkontribusi pada peningkatan produktivitas secara keseluruhan.

Strategi untuk Mengoptimalkan dan Mengurangi Biaya Pemeliharaan

Mengurangi biaya pemeliharaan bukan berarti mengabaikan pemeliharaan, melainkan melakukan pemeliharaan yang cerdas dan efisien. Berikut adalah strategi-strategi yang dapat diterapkan:

1. Implementasi Sistem Manajemen Pemeliharaan Terkomputerisasi (CMMS/EAM)

Sistem CMMS atau Enterprise Asset Management (EAM) adalah tulang punggung dari setiap strategi pemeliharaan modern. Sistem ini membantu dalam:

Dengan data yang terpusat dan mudah diakses, CMMS memungkinkan pengambilan keputusan berbasis data, mengurangi pekerjaan administratif, dan meningkatkan efisiensi tim pemeliharaan.

2. Fokus pada Pemeliharaan Preventif dan Prediktif

Meskipun memerlukan investasi awal, transisi dari pemeliharaan korektif ke preventif dan prediktif dapat menghasilkan penghematan biaya jangka panjang yang signifikan. Dengan menjadwalkan pemeliharaan secara proaktif:

Menggunakan teknik seperti analisis getaran, termografi, dan analisis oli memungkinkan pemeliharaan dilakukan tepat waktu, sebelum masalah menjadi kritis.

3. Pelatihan dan Pengembangan Keterampilan Operator dan Teknisi

Investasi pada karyawan adalah investasi terbaik. Operator yang terlatih dengan baik dapat:

Teknisi yang terampil dapat mendiagnosis dan memperbaiki masalah lebih cepat dan akurat, mengurangi waktu henti dan kebutuhan akan kontraktor eksternal yang mahal.

4. Manajemen Persediaan Suku Cadang yang Efisien

Persediaan suku cadang yang terlalu banyak mengikat modal dan menimbulkan biaya penyimpanan, sementara persediaan yang terlalu sedikit dapat menyebabkan keterlambatan pemeliharaan. Strategi meliputi:

5. Analisis Akar Masalah (Root Cause Analysis - RCA)

Ketika sebuah aset gagal, penting untuk tidak hanya memperbaikinya tetapi juga memahami mengapa itu gagal. RCA melibatkan penyelidikan mendalam untuk mengidentifikasi penyebab utama kegagalan. Dengan menghilangkan akar masalah:

Ini adalah bagian dari strategi pemeliharaan proaktif yang berinvestasi di awal untuk penghematan jangka panjang.

6. Standardisasi Peralatan dan Komponen

Jika memungkinkan, standardisasi jenis aset dan komponen di seluruh fasilitas dapat sangat mengurangi biaya. Ini karena:

7. Negosiasi dengan Pemasok dan Kontraktor

Secara berkala meninjau dan menegosiasikan ulang kontrak dengan pemasok suku cadang dan penyedia layanan eksternal. Mencari alternatif pemasok dan membandingkan harga dapat menghasilkan penghematan yang signifikan. Membangun hubungan jangka panjang dengan pemasok yang andal juga dapat menguntungkan.

8. Peningkatan Desain dan Modifikasi Aset

Dalam beberapa kasus, masalah pemeliharaan yang berulang dapat disebabkan oleh desain aset yang kurang optimal. Berinvestasi dalam modifikasi atau peningkatan desain dapat menghilangkan titik-titik lemah, mengurangi frekuensi kegagalan, dan menyederhanakan proses pemeliharaan di masa depan. Ini adalah bagian dari pemeliharaan proaktif.

9. Pengelolaan Energi yang Efisien

Aset yang tidak terpelihara dengan baik, seperti motor yang tidak dilumasi dengan benar atau sistem HVAC dengan filter kotor, akan mengonsumsi lebih banyak energi. Pemeliharaan yang tepat dapat memastikan aset beroperasi pada efisiensi energi puncaknya, mengurangi biaya operasional keseluruhan, yang secara tidak langsung adalah penghematan biaya pemeliharaan.

10. Penilaian Biaya Siklus Hidup (Life Cycle Costing - LCC)

Saat membuat keputusan pembelian aset baru, jangan hanya melihat harga akuisisi. Lakukan analisis biaya siklus hidup yang komprehensif, mempertimbangkan biaya pembelian, instalasi, operasi, pemeliharaan, dan pembuangan selama seluruh umur aset. Aset dengan harga beli yang lebih tinggi mungkin memiliki biaya pemeliharaan yang jauh lebih rendah, menjadikannya pilihan yang lebih hemat biaya dalam jangka panjang.

11. Outsourcing Strategis

Tidak semua pemeliharaan harus dilakukan secara internal. Untuk tugas-tugas yang membutuhkan keahlian sangat spesialis, jarang dilakukan, atau memerlukan peralatan yang sangat mahal, outsourcing dapat menjadi pilihan yang lebih hemat biaya. Namun, penting untuk memilih mitra outsourcing yang tepat dan mengelola kontrak dengan hati-hati untuk memastikan kualitas dan kinerja.

Kesalahan Umum dalam Mengelola Biaya Pemeliharaan

Meskipun niatnya baik, banyak organisasi seringkali jatuh ke dalam perangkap kesalahan umum yang justru meningkatkan biaya pemeliharaan atau menghambat efisiensi operasional. Mengidentifikasi dan menghindari kesalahan ini adalah langkah krusial menuju manajemen pemeliharaan yang optimal.

1. Mengabaikan Pemeliharaan Preventif

Kesalahan paling mendasar adalah menunda atau mengabaikan pemeliharaan preventif dengan alasan "menghemat uang" atau "tidak ada waktu." Ini adalah pandangan jangka pendek yang akan selalu berakhir dengan biaya yang jauh lebih tinggi. Mengabaikan PM akan menyebabkan:

Pola pikir "perbaiki saat rusak" mungkin terasa hemat di awal, tetapi selalu lebih mahal dalam jangka panjang karena biaya tidak langsung dan biaya darurat yang tinggi.

2. Kurangnya Perencanaan dan Penjadwalan

Pemeliharaan yang tidak terencana dengan baik seringkali menjadi kacau, tidak efisien, dan mahal. Tanpa jadwal yang jelas, tim pemeliharaan mungkin akan:

Perencanaan yang baik mencakup penjadwalan PM, pengadaan suku cadang, alokasi sumber daya, dan koordinasi dengan departemen lain.

3. Manajemen Persediaan Suku Cadang yang Buruk

Baik stok yang terlalu banyak maupun terlalu sedikit menimbulkan masalah:

Tidak ada keseimbangan yang tepat, manajemen persediaan yang buruk secara langsung berkontribusi pada peningkatan biaya pemeliharaan.

4. Mengabaikan Biaya Tidak Langsung (Downtime)

Banyak organisasi hanya fokus pada biaya langsung (suku cadang, tenaga kerja) dan mengabaikan dampak finansial dari waktu henti produksi. Biaya downtime bisa jauh melebihi biaya perbaikan itu sendiri. Ini mencakup:

Memahami dan mengukur biaya downtime adalah kunci untuk membenarkan investasi dalam strategi pemeliharaan yang lebih proaktif.

5. Kurangnya Pelatihan Karyawan

Operator yang tidak terlatih dengan baik dapat menyebabkan kerusakan aset akibat penggunaan yang salah. Teknisi yang kurang terampil mungkin membutuhkan waktu lebih lama untuk mendiagnosis dan memperbaiki masalah, atau bahkan melakukan perbaikan yang tidak memadai yang menyebabkan kegagalan berulang. Ini semua meningkatkan biaya tenaga kerja, suku cadang, dan waktu henti.

6. Ketergantungan Berlebihan pada Kontraktor Eksternal

Meskipun outsourcing memiliki tempatnya, ketergantungan berlebihan dapat menjadi mahal. Biaya per jam kontraktor seringkali lebih tinggi, dan mereka mungkin tidak memiliki pemahaman yang mendalam tentang aset atau budaya operasional Anda. Ketergantungan ini juga dapat menghambat pengembangan keahlian internal.

7. Tidak Memanfaatkan Teknologi

Mengabaikan penggunaan sistem CMMS, sensor IoT untuk pemeliharaan prediktif, atau alat analisis data berarti organisasi kehilangan peluang besar untuk efisiensi. Tanpa teknologi ini, pemeliharaan seringkali menjadi manual, rawan kesalahan, dan sulit dioptimalkan. Investasi pada teknologi yang tepat dapat memberikan pengembalian yang signifikan.

8. Kurangnya Analisis Data Pemeliharaan

Banyak data pemeliharaan yang dikumpulkan (misalnya, riwayat perbaikan, kegagalan suku cadang, waktu henti) tidak pernah dianalisis untuk mengidentifikasi tren, pola kegagalan, atau peluang perbaikan. Tanpa analisis ini, organisasi tidak dapat belajar dari masa lalu, mengoptimalkan strategi, atau membuat keputusan yang lebih baik tentang aset mereka.

9. Fokus Hanya pada Biaya Jangka Pendek

Mencoba memangkas anggaran pemeliharaan secara drastis dalam jangka pendek seringkali menjadi bumerang. Penghematan instan ini biasanya mengorbankan keandalan aset, yang akan menyebabkan biaya yang jauh lebih besar dalam bentuk perbaikan darurat dan waktu henti di masa depan. Pendekatan yang efektif adalah melihat biaya pemeliharaan dalam konteks total biaya siklus hidup aset.

10. Komunikasi yang Buruk Antar Departemen

Kurangnya koordinasi antara departemen produksi, pemeliharaan, pengadaan, dan keuangan dapat menyebabkan konflik, penundaan, dan inefisiensi. Misalnya, jadwal produksi yang tidak dikomunikasikan dengan pemeliharaan dapat mempersulit penjadwalan PM, atau pengadaan yang lambat dapat menyebabkan kekurangan suku cadang kritis. Komunikasi terbuka dan kolaborasi sangat penting.

Kesimpulan

Biaya pemeliharaan bukan hanya sekadar deretan angka di laporan keuangan; ia adalah cerminan langsung dari kesehatan operasional dan strategi manajemen aset sebuah organisasi. Memahami berbagai jenis pemeliharaan, faktor-faktor yang memengaruhi biaya, serta komponen-komponen yang membentuk pengeluaran ini adalah langkah pertama menuju pengelolaan yang lebih cerdas dan efektif. Dari pemeliharaan korektif yang reaktif hingga pemeliharaan proaktif yang visioner, setiap strategi memiliki peran dan implikasi biayanya sendiri, menuntut organisasi untuk memilih pendekatan yang paling sesuai dengan profil risiko dan kebutuhan operasional aset mereka.

Pengelolaan biaya pemeliharaan yang efektif membawa banyak manfaat yang melampaui sekadar penghematan uang. Ini mencakup peningkatan profitabilitas, perpanjangan umur aset, peningkatan efisiensi dan produktivitas, serta jaminan keamanan dan kepatuhan. Dengan kata lain, investasi dalam pemeliharaan yang cerdas adalah investasi pada masa depan dan keberlanjutan bisnis. Strategi-strategi seperti implementasi CMMS, fokus pada pemeliharaan preventif dan prediktif, pelatihan karyawan yang memadai, manajemen persediaan yang efisien, dan analisis akar masalah, semuanya berperan penting dalam mengoptimalkan pengeluaran pemeliharaan.

Namun, perjalanan menuju optimasi ini tidak luput dari tantangan. Kesalahan umum seperti mengabaikan pemeliharaan preventif, manajemen persediaan yang buruk, atau tidak memperhitungkan biaya tidak langsung dari waktu henti, dapat dengan mudah menggagalkan upaya terbaik. Oleh karena itu, kesadaran akan perangkap ini dan komitmen untuk menghindarinya sangatlah penting. Mengelola biaya pemeliharaan bukanlah tugas yang statis; ia memerlukan tinjauan berkelanjutan, adaptasi terhadap teknologi baru, dan fleksibilitas dalam menghadapi perubahan kondisi operasional. Dengan pendekatan yang holistik dan proaktif, organisasi dapat mengubah biaya pemeliharaan dari sekadar beban menjadi alat strategis untuk mencapai keunggulan operasional dan keberhasilan jangka panjang.

Pada akhirnya, efektivitas pengelolaan biaya pemeliharaan tidak hanya diukur dari seberapa sedikit uang yang dihabiskan, tetapi juga dari seberapa efisien aset berfungsi, seberapa lama aset bertahan, dan seberapa besar nilai yang dapat diberikan aset tersebut kepada organisasi. Dengan demikian, setiap rupiah yang dikeluarkan untuk pemeliharaan yang terencana dan strategis adalah investasi yang kembali berlipat ganda dalam bentuk kinerja yang lebih baik, risiko yang lebih rendah, dan masa depan yang lebih cerah.