Dunia avifauna adalah cerminan keanekaragaman hayati Bumi yang menakjubkan. Di antara jutaan spesies yang mengisi langit, hutan, lautan, dan padang rumput, ada satu kategori burung yang seringkali luput dari perhatian, namun memainkan peran ekologis yang sangat vital: burung tanah. Istilah "burung tanah" merujuk pada kelompok burung yang menghabiskan sebagian besar hidupnya di permukaan tanah, baik untuk mencari makan, bersarang, atau berlindung dari predator. Mereka adalah master kamuflase, pelari ulung, dan penyintas yang tangguh di lingkungan darat yang keras. Dari padang pasir gersang hingga lantai hutan hujan yang lembap, burung-burung ini telah beradaptasi dengan cara yang luar biasa untuk menguasai habitat terresterial.
Artikel ini akan menyelami lebih dalam kehidupan burung tanah, mengeksplorasi karakteristik unik mereka, adaptasi fisiologis dan perilaku yang memungkinkan mereka bertahan hidup, berbagai habitat yang mereka huni, serta peran ekologis penting yang mereka mainkan. Kita juga akan membahas beragam jenis burung tanah dari seluruh dunia, mulai dari raksasa tanpa sayap hingga pemangsa serangga yang gesit, serta tantangan konservasi yang mereka hadapi di tengah perubahan lanskap global. Melalui pemahaman yang lebih baik tentang makhluk-makhluk ini, kita dapat mengapresiasi keindahan dan ketangguhan mereka, serta mendorong upaya untuk melindungi mereka dan habitatnya bagi generasi mendatang.
Karakteristik Umum dan Adaptasi Burung Tanah
Burung tanah tidak merujuk pada satu famili atau ordo taksonomi tertentu, melainkan adalah pengelompokan ekologis berdasarkan perilaku mereka. Meskipun demikian, mereka memiliki beberapa karakteristik umum yang seringkali ditemukan di banyak spesies, menunjukkan konvergensi evolusi terhadap gaya hidup darat. Adaptasi ini adalah kunci keberhasilan mereka dalam bertahan hidup di lingkungan yang penuh tantangan.
Kaki yang Kuat dan Cakar yang Perkasa
Salah satu ciri paling mencolok dari burung tanah adalah kaki mereka yang kokoh dan berotot. Kaki ini didesain untuk berbagai tujuan:
- Berlari Cepat: Banyak burung tanah, seperti burung unta, emu, dan kasuari, adalah pelari yang sangat cepat. Kaki panjang dan kuat mereka memungkinkan mereka melarikan diri dari predator dengan kecepatan yang mengagumkan. Struktur kaki mereka seringkali memiliki jumlah jari kaki yang lebih sedikit (misalnya, dua jari pada burung unta) untuk efisiensi berlari.
- Menggaruk dan Menggali: Spesies seperti ayam hutan, burung puyuh, dan burung pegar memiliki cakar yang kuat dan tajam, ideal untuk menggaruk-garuk tanah atau serasah daun guna mencari makanan seperti biji-bijian, serangga, dan umbi-umbian. Beberapa, seperti burung hantu tanah, bahkan menggali sarang atau menggunakan liang yang ditinggalkan hewan lain.
- Pertahanan Diri: Kaki juga dapat berfungsi sebagai senjata. Kasuari, misalnya, terkenal dengan cakar seperti belati yang sangat mematikan, digunakan untuk mempertahankan diri dari ancaman.
Kamuflase dan Warna Bulu
Mayoritas burung tanah memiliki warna bulu yang kusam dan menyatu dengan lingkungan sekitarnya. Pola warna cokelat, abu-abu, hijau lumut, dan belang-belang adalah hal yang umum. Kamuflase ini sangat penting untuk:
- Menghindari Predator: Dengan berbaur sempurna dengan lantai hutan, semak-semak, atau padang rumput, mereka sulit terlihat oleh predator seperti mamalia karnivora dan raptor (burung pemangsa).
- Melindungi Sarang: Sarang burung tanah seringkali berada di tanah, tersembunyi di antara vegetasi. Induk yang mengerami telur atau merawat anak akan sangat mengandalkan kamuflase untuk tidak menarik perhatian.
Pengecualian menarik adalah beberapa spesies burung seperti merak jantan, yang meskipun menghabiskan banyak waktu di tanah, memiliki bulu yang sangat mencolok untuk menarik pasangan. Namun, bahkan merak betina memiliki warna yang lebih kusam untuk kamuflase saat mengerami telur.
Kemampuan Terbang yang Berbeda-beda
Kemampuan terbang burung tanah sangat bervariasi:
- Tidak Bisa Terbang (Flightless): Kelompok ratite (burung unta, emu, kasuari, rhea, kiwi) adalah contoh paling ekstrem. Mereka telah kehilangan kemampuan terbang sepenuhnya, dan sebagai gantinya, mengembangkan kaki yang sangat kuat dan kecepatan berlari yang luar biasa. Sayap mereka vestigial (tersisa) atau tidak berkembang.
- Terbang Terbatas: Banyak Galliformes (ayam hutan, puyuh, pegar) dapat terbang, tetapi hanya untuk jarak pendek atau untuk menghindari bahaya mendesak. Penerbangan mereka seringkali meledak-ledak dan berisik, digunakan untuk melarikan diri ke tempat aman atau ke dahan pohon.
- Terbang Reguler namun Mencari Makan di Tanah: Beberapa burung, seperti banyak merpati dan tekukur, pipit, dan burung gereja, mampu terbang dengan baik tetapi memilih untuk mencari makan di tanah. Mereka akan terbang ke pohon atau tempat tinggi lainnya untuk bertengger atau bersarang.
Indra yang Tajam
Meskipun seringkali mengandalkan kamuflase, burung tanah juga memiliki indra yang tajam untuk mendeteksi bahaya dan mencari makan. Pendengaran dan penglihatan yang baik adalah hal umum. Beberapa, seperti kiwi yang nokturnal, telah mengembangkan indra penciuman yang sangat baik, yang digunakan untuk menemukan serangga dan cacing di dalam tanah. Posisi mata mereka yang seringkali berada di sisi kepala memberikan bidang pandang yang luas untuk mendeteksi ancaman dari berbagai arah.
Pola Makan yang Fleksibel
Diet burung tanah sangat bervariasi, menunjukkan kemampuan mereka untuk beradaptasi dengan sumber daya yang tersedia di permukaan tanah:
- Herbivora: Banyak spesies memakan biji-bijian, pucuk tanaman, buah-buahan yang jatuh, dan akar.
- Insektivora: Sebagian besar burung tanah mengonsumsi serangga, larva, cacing, dan invertebrata lain yang hidup di tanah atau vegetasi rendah.
- Omnivora: Banyak spesies adalah omnivora, memakan campuran tanaman dan hewan kecil, yang memberikan fleksibilitas diet yang tinggi.
- Karnivora: Beberapa burung tanah, seperti beberapa jenis burung hantu tanah atau burung-burung besar seperti kasuari, dapat memangsa reptil kecil, amfibi, atau mamalia kecil.
Habitat dan Ekologi Burung Tanah
Burung tanah mendiami hampir setiap jenis habitat darat di seluruh dunia, dari hutan hujan tropis yang lebat hingga gurun pasir yang gersang, dan dari pegunungan bersalju hingga padang rumput yang luas. Kemampuan mereka untuk beradaptasi dengan berbagai kondisi lingkungan ini adalah bukti ketangguhan evolusi mereka.
Hutan
Di lantai hutan, burung tanah berlimpah. Mereka seringkali ditemukan di lapisan serasah daun, mencari makan di antara dedaunan yang gugur dan vegetasi bawah. Contohnya termasuk ayam hutan, burung pegar, dan beberapa jenis tekukur. Lingkungan hutan menyediakan perlindungan dari predator udara, banyak serangga, dan biji-bijian dari pohon-pohon yang jatuh. Namun, mereka juga harus waspada terhadap predator darat seperti ular, musang, dan kucing hutan.
Padang Rumput dan Savana
Padang rumput, baik yang beriklim sedang maupun tropis (savana), adalah rumah bagi banyak burung tanah. Di sini, kamuflase mereka dengan warna rumput kering dan tanah sangat penting. Spesies seperti burung unta, emu, rhea, dan berbagai jenis burung puyuh adalah penghuni padang rumput. Mereka seringkali memiliki adaptasi untuk berlari cepat di area terbuka dan dapat hidup dalam kelompok untuk perlindungan kolektif. Makanan berlimpah dalam bentuk biji-bijian, rumput, dan serangga.
Gurun dan Semi-gurun
Meskipun keras, lingkungan gurun juga menjadi habitat bagi beberapa burung tanah yang tangguh. Burung unta, misalnya, adalah ikon padang pasir Afrika. Mereka memiliki adaptasi untuk menghemat air dan menahan panas ekstrem. Makanan mungkin lebih jarang dan tersebar, memaksa mereka untuk bergerak jauh dan memakan apa pun yang tersedia, termasuk kaktus, serangga, dan bangkai. Burung hantu tanah juga dapat ditemukan di habitat semi-gurun, seringkali memanfaatkan liang yang sudah ada.
Lahan Pertanian dan Pinggiran Kota
Beberapa burung tanah telah berhasil beradaptasi dengan lanskap yang dimodifikasi manusia, seperti lahan pertanian dan pinggiran kota. Burung puyuh, burung gereja, dan tekukur sering terlihat mencari makan di ladang dan kebun. Mereka dapat mengambil keuntungan dari biji-bijian yang tumpah atau serangga yang tertarik pada tanaman pertanian. Namun, habitat ini juga membawa tantangan baru, seperti penggunaan pestisida dan gangguan manusia.
Peran Ekologis
Burung tanah memainkan peran penting dalam ekosistem:
- Penyebar Benih: Dengan memakan buah-buahan dan biji-bijian, kemudian menyebarkannya melalui feses, mereka membantu dalam regenerasi tanaman dan penyebaran flora.
- Pengendali Serangga: Banyak burung tanah adalah pemakan serangga yang rakus, membantu mengendalikan populasi hama di pertanian dan ekosistem alami.
- Mangsa bagi Predator: Mereka merupakan sumber makanan penting bagi berbagai predator, termasuk mamalia karnivora, raptor, dan reptil, sehingga menjadi bagian integral dari jaring makanan.
- Pengurai: Dengan menggaruk-garuk serasah daun, mereka membantu mempercepat dekomposisi organik dan mendaur ulang nutrisi ke dalam tanah.
Reproduksi dan Kehidupan Sosial
Aspek reproduksi dan perilaku sosial burung tanah juga menunjukkan adaptasi khusus terhadap gaya hidup darat mereka.
Sarang di Tanah
Sebagian besar burung tanah membangun sarangnya di tanah. Sarang ini seringkali berupa lekukan dangkal yang dilapisi dengan rumput, daun, atau ranting, dan tersembunyi dengan baik di antara vegetasi, di bawah semak belukar, atau di tempat terlindung lainnya. Keunggulan dari sarang di tanah adalah aksesibilitas material dan kemudahan penyembunyian. Namun, kelemahannya adalah kerentanan terhadap predator darat dan banjir.
Telur dan Anak Precocial
Burung tanah cenderung menghasilkan telur dalam jumlah yang lebih banyak dibandingkan burung arboreal (burung pohon). Selain itu, ciri khas yang sangat umum adalah bahwa anak-anak mereka bersifat precocial. Ini berarti bahwa setelah menetas, anak burung sudah cukup berkembang, berbulu, dapat melihat, dan mampu mengikuti induknya untuk mencari makan dalam waktu singkat. Ini berbeda dengan anak burung altricial (anak burung pohon) yang menetas dalam keadaan buta, telanjang, dan tidak berdaya, sangat bergantung pada induknya. Kemampuan anak precocial untuk bergerak dan mencari makan sendiri meningkatkan peluang kelangsungan hidup mereka di lingkungan darat yang penuh bahaya.
Induk burung tanah biasanya sangat protektif terhadap anak-anaknya. Mereka akan menggunakan berbagai taktik untuk mengalihkan perhatian predator, seperti berpura-pura terluka (broken-wing display) untuk menjauhkan ancaman dari sarang atau anak-anaknya.
Pola Hidup
Pola hidup burung tanah bervariasi dari soliter hingga berkelompok:
- Soliter: Beberapa spesies, seperti kasuari, cenderung hidup menyendiri, terutama di habitat hutan yang lebat di mana makanan mungkin tersebar.
- Berpasangan: Banyak burung tanah membentuk ikatan pasangan selama musim kawin dan bekerja sama dalam membesarkan anak.
- Berkelompok: Spesies padang rumput yang besar seperti burung unta dan emu, atau burung puyuh yang lebih kecil, seringkali hidup dalam kelompok atau kawanan. Hidup berkelompok memberikan keuntungan dalam mendeteksi predator (lebih banyak mata dan telinga) dan dalam mempertahankan diri.
Ancaman dan Konservasi Burung Tanah
Seperti banyak spesies lain di seluruh dunia, burung tanah menghadapi berbagai ancaman yang sebagian besar disebabkan oleh aktivitas manusia. Ancaman-ancaman ini berdampak serius pada populasi mereka, bahkan mendorong beberapa spesies ke ambang kepunahan.
Kehilangan dan Fragmentasi Habitat
Ini adalah ancaman terbesar bagi sebagian besar burung tanah. Konversi hutan menjadi lahan pertanian, urbanisasi, pembangunan infrastruktur, dan deforestasi secara besar-besaran menghancurkan habitat alami mereka. Fragmentasi habitat, di mana lahan yang tersisa terbagi menjadi "pulau-pulau" kecil, mengisolasi populasi burung, mengurangi keanekaragaman genetik, dan membuat mereka lebih rentan terhadap kepunahan lokal. Misalnya, penebangan hutan hujan mengancam kasuari dan ayam hutan.
Predasi oleh Spesies Introduksi
Banyak burung tanah, terutama yang tidak bisa terbang atau memiliki kemampuan terbang terbatas, sangat rentan terhadap predator yang diperkenalkan manusia, seperti kucing domestik, anjing liar, tikus, dan babi. Spesies introduksi ini seringkali tidak memiliki predator alami di habitat baru mereka dan dapat memangsa telur, anak, atau burung dewasa yang tidak memiliki pertahanan terhadap ancaman baru tersebut. Kiwi di Selandia Baru adalah contoh klasik yang sangat terancam oleh predator introduksi.
Perburuan dan Perdagangan Ilegal
Beberapa burung tanah diburu untuk daging, telur, atau bulunya. Burung unta dan emu, misalnya, diburu untuk daging dan kulit mereka di masa lalu, meskipun sekarang banyak yang dibudidayakan. Burung pegar dan puyuh juga menjadi target perburuan di banyak daerah. Perdagangan ilegal satwa liar juga menjadi masalah, terutama untuk spesies yang menarik atau langka seperti merak.
Perubahan Iklim
Perubahan pola cuaca, peningkatan suhu, dan kekeringan atau banjir yang lebih sering dapat memengaruhi ketersediaan makanan dan air, serta mengubah kondisi habitat. Hal ini dapat memaksa burung tanah untuk bermigrasi atau beradaptasi dengan cepat, yang tidak selalu mungkin bagi spesies dengan mobilitas terbatas.
Upaya Konservasi
Untuk melindungi burung tanah, berbagai upaya konservasi perlu dilakukan:
- Perlindungan dan Restorasi Habitat: Melindungi area hutan, padang rumput, dan lahan basah yang tersisa adalah krusial. Upaya restorasi habitat yang terdegradasi juga penting untuk menciptakan koridor bagi pergerakan satwa liar.
- Pengendalian Spesies Introduksi: Program pengendalian predator invasif, terutama di pulau-pulau di mana burung tanah sangat rentan, dapat menyelamatkan spesies dari kepunahan.
- Regulasi Perburuan dan Penegakan Hukum: Menerapkan hukum yang ketat terhadap perburuan ilegal dan perdagangan satwa liar, serta memastikan penegakan yang efektif, sangat diperlukan.
- Program Penangkaran dan Reintroduksi: Untuk spesies yang sangat terancam, program penangkaran di kebun binatang atau fasilitas konservasi dapat membantu meningkatkan populasi, dengan tujuan reintroduksi ke alam liar di masa depan.
- Edukasi dan Kesadaran Publik: Meningkatkan kesadaran masyarakat tentang pentingnya burung tanah dan habitatnya dapat mendorong dukungan untuk upaya konservasi dan perubahan perilaku.
- Penelitian Ilmiah: Penelitian tentang ekologi, perilaku, dan kebutuhan konservasi spesies burung tanah tertentu sangat penting untuk merancang strategi perlindungan yang efektif.
Jenis-Jenis Burung Tanah Populer dan Menarik
Untuk lebih memahami keragaman burung tanah, mari kita lihat beberapa contoh spesies yang menonjol dari berbagai belahan dunia. Setiap spesies memiliki adaptasi unik yang mencerminkan lingkungan tempat mereka hidup.
1. Ordo Struthioniformes (Ratite) - Burung Tanah Raksasa yang Tidak Bisa Terbang
Kelompok ratite adalah contoh paling ikonik dari burung tanah. Mereka adalah burung terbesar yang tidak bisa terbang, dengan tulang dada datar yang tidak memiliki lunas untuk menahan otot terbang. Ini adalah bukti evolusi yang menarik, di mana kehilangan kemampuan terbang diimbangi dengan pengembangan kecepatan berlari yang luar biasa dan kekuatan fisik.
Burung Unta (Struthio camelus)
Burung unta adalah burung terbesar di dunia dan simbol ikonik dari padang rumput dan semi-gurun Afrika. Mereka dapat mencapai tinggi hingga 2,8 meter dan berat lebih dari 150 kg. Kaki panjang dan kuat mereka, yang hanya memiliki dua jari, memungkinkan mereka berlari hingga 70 km/jam, menjadikannya burung tercepat di darat. Burung unta adalah omnivora, memakan rumput, biji-bijian, buah-buahan, serangga, bahkan kadang-kadang reptil kecil dan bangkai. Mereka memiliki leher dan kaki yang panjang, serta mata yang besar dengan bulu mata panjang yang melindunginya dari pasir.
Burung unta hidup dalam kelompok sosial dan terkenal dengan telur mereka yang besar, yang merupakan telur burung terbesar di dunia. Sarangnya berupa cekungan sederhana di tanah. Baik jantan maupun betina ikut mengerami telur. Mereka memiliki sistem poligini, di mana jantan kawin dengan beberapa betina, namun satu betina dominan biasanya mengerami sebagian besar telur. Ancaman utama bagi burung unta adalah perburuan (terutama di masa lalu untuk bulu dan kulit), serta hilangnya habitat. Saat ini, banyak burung unta yang dibudidayakan untuk daging, telur, dan kulit.
Kasuari (Casuarius spp.)
Kasuari adalah burung tanah berukuran besar yang ditemukan di hutan hujan tropis Papua Nugini dan Australia bagian timur laut. Terdapat tiga spesies: Kasuari Selatan (C. casuarius), Kasuari Utara (C. unappendiculatus), dan Kasuari Kerdil (C. bennetti). Mereka memiliki "helm" bertulang (casque) di kepala yang digunakan untuk melindungi kepala saat melintasi hutan lebat atau sebagai alat komunikasi. Kaki mereka sangat kuat, dengan tiga jari kaki, dan cakar tengah yang seperti belati panjangnya bisa mencapai 12 cm, menjadikannya salah satu burung paling berbahaya di dunia jika merasa terancam.
Kasuari adalah pemakan buah utama di hutan hujan, yang berarti mereka memainkan peran penting sebagai penyebar benih. Mereka juga memakan serangga, jamur, dan vertebrata kecil. Hidupnya soliter dan pemalu, sulit ditemui di alam liar. Jantan bertanggung jawab penuh dalam mengerami telur dan membesarkan anak. Ancaman terbesar bagi kasuari adalah hilangnya habitat akibat deforestasi, fragmentasi hutan, serta serangan anjing peliharaan dan babi hutan. Upaya konservasi sangat penting untuk menjaga kelangsungan hidup mereka sebagai "tukang kebun" hutan hujan.
Emu (Dromaius novaehollandiae)
Emu adalah burung asli Australia dan burung terbesar kedua di dunia setelah burung unta. Tingginya bisa mencapai 1,9 meter dan berat hingga 60 kg. Seperti burung unta, emu tidak bisa terbang dan memiliki kaki yang kuat untuk berlari. Mereka dapat mencapai kecepatan hingga 50 km/jam. Emu memiliki bulu berwarna cokelat kusam yang membantu mereka berkamuflase di semak-semak dan padang rumput Australia. Leher dan kepalanya berwarna biru kehitaman dengan sedikit bulu.
Emu adalah omnivora, memakan berbagai tanaman (rumput, biji, buah, bunga) dan serangga. Mereka seringkali terlihat dalam kelompok kecil mencari makan. Jantan emu juga mengambil peran utama dalam mengerami telur dan merawat anak. Emu adalah spesies yang relatif stabil populasinya, namun perubahan habitat dan kekeringan dapat memengaruhi mereka. Mereka adalah simbol penting dalam budaya Aborigin Australia dan lambang nasional bersama kangguru.
Rhea (Rhea americana dan Rhea pennata)
Rhea adalah burung tanah besar yang tidak bisa terbang, endemik di padang rumput (pampas) Amerika Selatan. Terdapat dua spesies utama: Rhea Besar (R. americana) dan Rhea Darat (R. pennata). Mereka terlihat seperti burung unta yang lebih kecil, dengan tinggi sekitar 1,5 meter dan berat hingga 40 kg. Kaki mereka juga didesain untuk berlari cepat, meskipun tidak secepat burung unta atau emu. Bulunya berwarna abu-abu kecokelatan.
Rhea adalah omnivora, memakan tanaman berdaun lebar, biji, akar, serangga, dan bahkan vertebrata kecil. Mereka hidup dalam kelompok sosial yang dapat mencapai puluhan individu. Perilaku reproduksi rhea cukup unik; jantan bersifat poligini dan membangun sarang di mana beberapa betina akan bertelur. Jantan kemudian akan mengerami semua telur tersebut dan merawat anak-anaknya. Ancaman utama bagi rhea adalah hilangnya habitat akibat konversi lahan pertanian dan perburuan.
Kiwi (Apteryx spp.)
Kiwi adalah burung nasional Selandia Baru yang paling unik. Mereka adalah burung nokturnal, tidak bisa terbang, dan ukurannya relatif kecil (seukuran ayam rumah), namun memiliki telur yang sangat besar dibandingkan ukuran tubuhnya (hingga 20% dari berat tubuh induk). Kiwi memiliki paruh panjang dan sensitif dengan lubang hidung di ujungnya, yang mereka gunakan untuk mencium mangsa di dalam tanah. Mereka memiliki bulu yang menyerupai rambut dan tidak memiliki ekor. Kaki mereka pendek dan sangat kuat untuk mengais tanah.
Kiwi adalah insektivora, memakan cacing tanah, serangga, larva, dan buah-buahan yang jatuh. Mereka hidup soliter dan sangat teritorial. Jantan biasanya yang mengerami telur. Kiwi adalah spesies yang sangat terancam punah karena predasi oleh mamalia introduksi (kucing, anjing, musang) dan hilangnya habitat. Program konservasi intensif, termasuk penangkaran dan pengendalian predator, sedang dilakukan untuk menyelamatkan kiwi.
2. Ordo Galliformes (Ayam Hutan, Merak, Puyuh, Pegar)
Ordo Galliformes adalah kelompok burung darat yang tersebar luas, dikenal dengan kemampuan terbang terbatas mereka dan ketergantungan pada makanan di tanah. Ini termasuk ayam hutan (nenek moyang ayam domestik), puyuh, pegar, kalkun, dan belibis.
Ayam Hutan (Gallus spp.)
Ayam hutan adalah nenek moyang dari ayam domestik yang kita kenal sekarang. Terdapat empat spesies utama: Ayam Hutan Merah (G. gallus), Ayam Hutan Hijau (G. varius), Ayam Hutan Sri Lanka (G. lafayetii), dan Ayam Hutan Abu-abu (G. sonneratii). Mereka ditemukan di hutan-hutan Asia Tenggara. Ayam hutan menghabiskan sebagian besar waktunya mengais-ngais di lantai hutan untuk mencari biji-bijian, serangga, buah-buahan, dan daun.
Meskipun dapat terbang, penerbangan mereka biasanya pendek dan meledak-ledak, digunakan untuk melarikan diri dari predator atau mencapai tempat bertengger di pohon. Jantan memiliki bulu yang cerah dan jengger yang menonjol untuk menarik betina, sementara betina memiliki warna yang lebih kusam untuk kamuflase saat mengerami telur di sarang tanah yang tersembunyi. Hibridisasi dengan ayam domestik dan hilangnya habitat adalah ancaman bagi populasi ayam hutan liar.
Merak (Pavo spp.)
Meskipun terkenal dengan ekornya yang megah dan seringkali dikaitkan dengan keindahan, merak sebenarnya adalah burung tanah sejati. Merak jantan menghabiskan banyak waktu di tanah untuk mencari makan dan melakukan pertunjukan memamerkan ekornya untuk menarik betina. Tiga spesies utama adalah Merak Biru India (P. cristatus), Merak Hijau (P. muticus), dan Merak Kongo (Afropavo congensis).
Mereka adalah omnivora, memakan biji-bijian, serangga, buah, reptil kecil, amfibi, dan mamalia kecil. Merak hijau, khususnya, terancam punah di alam liar karena hilangnya habitat dan perburuan. Mereka bersarang di tanah, di area yang tersembunyi, dan betina memiliki bulu yang lebih kusam untuk kamuflase. Kemampuan terbang mereka terbatas pada penerbangan pendek yang berat untuk mencapai tempat bertengger di pohon saat malam atau melarikan diri dari bahaya.
Burung Puyuh (Coturnix spp. dan famili lainnya)
Burung puyuh adalah burung tanah kecil yang tersebar luas di berbagai habitat, mulai dari padang rumput hingga lahan pertanian. Mereka terkenal dengan kemampuan kamuflase yang luar biasa; bulu mereka yang berbintik-bintik menyatu sempurna dengan lingkungan sekitarnya. Saat terancam, mereka akan membeku atau terbang mendadak dengan cepat untuk jarak pendek.
Puyuh adalah pemakan biji-bijian dan serangga. Beberapa spesies puyuh bersifat migratori. Mereka bersarang di tanah, di antara rerumputan lebat, dan anak-anak puyuh bersifat precocial, dapat mencari makan sendiri segera setelah menetas. Puyuh seringkali diburu untuk daging dan telurnya, tetapi populasinya umumnya stabil karena tingkat reproduksi yang tinggi. Namun, penggunaan pestisida di lahan pertanian dan hilangnya habitat alami tetap menjadi ancaman.
3. Ordo Columbiformes (Merpati dan Tekukur)
Meskipun banyak merpati dan tekukur hidup di pohon, banyak di antaranya juga menghabiskan sebagian besar waktu mereka mencari makan di tanah. Mereka dikenal sebagai pemakan biji-bijian dan buah-buahan.
Tekukur Biasa (Streptopelia chinensis) dan Merpati Tanah (Geopelia spp.)
Banyak spesies tekukur dan merpati, seperti Tekukur Biasa atau Merpati Tanah, adalah pengunjung setia permukaan tanah. Mereka akan mencari biji-bijian, serangga kecil, dan remah-remah makanan di halaman, ladang, dan pinggir jalan. Meskipun kemampuan terbang mereka baik, mereka merasa nyaman di tanah saat mencari makan. Sarang mereka biasanya dibangun di semak-semak rendah atau di cabang pohon yang dekat dengan tanah.
4. Ordo Strigiformes (Burung Hantu Tanah)
Meskipun sebagian besar burung hantu adalah burung pemangsa yang nokturnal dan arboreal, ada satu pengecualian menarik yang sepenuhnya terestrial.
Burung Hantu Tanah (Athene cunicularia)
Burung hantu tanah adalah burung hantu unik yang menghabiskan sebagian besar hidupnya di tanah, seringkali menggunakan liang yang digali oleh mamalia kecil seperti anjing padang rumput atau luak. Berbeda dengan burung hantu lain, mereka seringkali aktif di siang hari. Mereka ditemukan di padang rumput terbuka, padang pasir, dan lahan pertanian di Amerika Utara dan Selatan.
Diet mereka terdiri dari serangga besar (jangkrik, kumbang), mamalia kecil (tikus), reptil, dan amfibi. Kaki panjang mereka memungkinkan mereka berlari dan melompat untuk menangkap mangsa. Meskipun populasinya menurun di beberapa daerah karena hilangnya habitat dan pengendalian hama yang tidak disengaja, burung hantu tanah masih tersebar luas.
5. Ordo Gruiformes (Ayam-ayaman Rawa/Tikusan)
Ordo ini mencakup berbagai burung darat dan lahan basah, banyak di antaranya hidup sangat rahasia di antara vegetasi dan sangat bergantung pada pergerakan di tanah.
Tikusan (Famili Rallidae)
Tikusan, ayam-ayaman, dan burung-burung sejenisnya adalah kelompok burung yang seringkali sangat sulit dilihat karena sifatnya yang pemalu dan habitatnya yang lebat. Mereka mendiami lahan basah, rawa-rawa, dan padang rumput tinggi. Banyak spesies tikusan tidak bisa terbang atau memiliki kemampuan terbang yang sangat buruk, mengandalkan kaki panjang dan kuat mereka untuk bergerak cepat melalui vegetasi yang lebat.
Mereka mencari makan serangga, moluska, biji-bijian, dan bagian tanaman di lumpur atau air dangkal. Sarang mereka biasanya tersembunyi di antara alang-alang atau rumput tinggi di dekat air. Beberapa spesies tikusan, terutama yang hidup di pulau-pulau, sangat rentan terhadap kepunahan karena predator introduksi dan hilangnya habitat lahan basah.
6. Ordo Passeriformes (Pipit, Burung Gereja, dan Lainnya)
Meskipun Passeriformes dikenal sebagai "burung pengicau" dan seringkali arboreal, banyak spesies di ordo terbesar ini menghabiskan waktu signifikan di tanah.
Pipit dan Burung Gereja (Famili Passeridae, Estrildidae, Fringillidae, dll.)
Banyak spesies pipit, burung gereja, dan finch, meskipun mampu terbang dan bertengger di pohon, mencari sebagian besar makanan mereka di permukaan tanah. Mereka adalah pemakan biji-bijian, seringkali terlihat mengais-ngais di halaman, ladang, atau di bawah semak-semak. Burung gereja rumah (Passer domesticus), misalnya, adalah salah satu burung tanah yang paling umum dan akrab dengan manusia, mencari makan di segala jenis lingkungan perkotaan dan pedesaan.
Mereka cenderung bersarang di tempat-tempat terlindung seperti celah bangunan, semak-semak, atau bahkan lubang di tanah. Meskipun populasi mereka umumnya stabil dan beradaptasi dengan baik terhadap manusia, mereka tetap merupakan bagian penting dari ekosistem darat, membantu mengendalikan populasi serangga dan menyebarkan benih.
Kesimpulan
Burung tanah adalah kelompok makhluk hidup yang luar biasa, mencerminkan ketangguhan dan keanekaragaman adaptasi evolusi. Dari raksasa yang melesat di savana hingga pemangsa serangga yang bersembunyi di serasah hutan, mereka telah mengukir niche ekologis yang unik di berbagai lanskap darat. Kemampuan mereka untuk bertahan hidup di lingkungan yang keras, bersembunyi dari predator, dan mencari nafkah di permukaan bumi adalah bukti keajaiban alam.
Namun, keberadaan mereka kini terancam oleh laju perubahan lingkungan yang belum pernah terjadi sebelumnya. Hilangnya habitat, predasi oleh spesies invasif, perburuan, dan dampak perubahan iklim mengancam populasi burung-burung ini di seluruh dunia. Oleh karena itu, tanggung jawab kita sebagai manusia sangat besar untuk memahami, menghargai, dan melindungi burung tanah beserta habitatnya. Dengan mendukung upaya konservasi, menjaga kelestarian hutan dan padang rumput, serta mengurangi jejak ekologis kita, kita dapat memastikan bahwa generasi mendatang juga dapat menyaksikan keindahan dan ketangguhan para penguasa lantai hutan dan padang rumput ini. Melalui langkah-langkah kolektif, kita bisa berharap untuk masa depan yang lebih cerah bagi burung tanah dan keanekaragaman hayati planet ini.