Gerbang Kesehatan yang Terlupakan: Kekuatan Dahsyat di Balik Setiap Kunyahan

Dalam hiruk pikuk kehidupan modern, kita seringkali melakukan banyak hal secara otomatis. Bernapas, berjalan, dan tentu saja, makan. Kita memasukkan makanan ke mulut, mengunyahnya beberapa kali, lalu menelannya tanpa berpikir panjang. Proses mengunyah—atau yang kita kenal sebagai kunyahan—telah menjadi tindakan refleks, sebuah langkah mekanis yang harus dilalui agar makanan bisa sampai ke perut. Namun, di balik kesederhanaan tindakan ini, tersimpan sebuah rahasia besar bagi kesehatan dan kesejahteraan kita secara menyeluruh. Kunyahan bukanlah sekadar proses pemecahan makanan; ia adalah simfoni biologis yang kompleks, sebuah tarian harmonis antara otot, saraf, dan kelenjar yang menjadi gerbang utama menuju kesehatan pencernaan, penyerapan nutrisi optimal, bahkan ketajaman pikiran.

Artikel ini akan membawa Anda menyelami dunia kunyahan yang sering terabaikan. Kita akan membongkar mitos bahwa makan cepat adalah tanda efisiensi dan menggantinya dengan pemahaman mendalam tentang mengapa memperlambat dan menghargai setiap kunyahan adalah salah satu investasi kesehatan terbaik yang bisa kita lakukan. Dari anatomi rumit yang terlibat dalam setiap gigitan hingga dampaknya yang luar biasa pada berat badan, kesehatan mental, dan vitalitas jangka panjang, kita akan menjelajahi bagaimana tindakan yang paling mendasar ini memegang kunci untuk membuka potensi penuh dari makanan yang kita konsumsi dan tubuh yang kita huni.

Ilustrasi Proses Mengunyah Kunyahan Ilustrasi proses mengunyah di dalam mulut, menyoroti pentingnya kunyahan bagi kesehatan.

Anatomi dan Fisiologi: Orkestra di Dalam Mulut

Setiap kali kita menggigit sepotong apel atau mengunyah sepotong roti, sebuah orkestra biologis yang luar biasa mulai bermain di dalam mulut kita. Proses kunyahan, atau mastikasi, jauh lebih kompleks dari sekadar gerakan naik-turun rahang. Ini adalah kolaborasi presisi tinggi antara tulang, otot, gigi, dan kelenjar yang bekerja sama untuk memulai proses pencernaan. Memahami para pemain dalam orkestra ini adalah langkah pertama untuk mengapresiasi keajaiban di balik setiap kunyahan.

Para Maestro Mekanis: Gigi, Rahang, dan Otot

Panggung utama dari pertunjukan ini adalah rongga mulut, dan para aktor utamanya adalah gigi, rahang, lidah, serta otot-otot di sekitarnya. Masing-masing memiliki peran yang spesifik dan tak tergantikan.

  • Gigi: Alat Pemotong Presisi. Gigi kita bukan sekadar tulang yang seragam. Mereka adalah seperangkat alat khusus yang dirancang untuk tugas yang berbeda. Gigi seri (incisivus) di bagian depan berfungsi seperti pisau, bertugas untuk memotong makanan menjadi potongan-potongan yang lebih mudah dikelola. Di sebelahnya, gigi taring (caninus) yang runcing berperan untuk merobek makanan yang lebih liat, seperti daging. Lebih jauh ke belakang, gigi geraham kecil (premolar) dan gigi geraham besar (molar) memiliki permukaan yang lebar dan bergelombang. Mereka adalah mesin penggiling utama, yang menghancurkan dan melumatkan makanan hingga menjadi pasta halus yang siap untuk ditelan. Struktur email gigi yang merupakan zat terkeras di tubuh manusia memungkinkan mereka menahan tekanan luar biasa dari proses ini.
  • Rahang dan Sendi Temporomandibular (TMJ): Kekuatan dan Fleksibilitas. Rahang bawah, atau mandibula, adalah satu-satunya tulang tengkorak yang dapat bergerak bebas. Gerakannya dikendalikan oleh salah satu sendi paling kompleks di tubuh, yaitu Sendi Temporomandibular (TMJ), yang terletak tepat di depan telinga. Sendi ini memungkinkan gerakan tiga dimensi: naik-turun untuk membuka dan menutup mulut, maju-mundur, dan dari sisi ke sisi. Gerakan menggiling dari sisi ke sisi inilah yang sangat penting untuk melumatkan makanan secara efisien. Kekuatan di balik gerakan ini datang dari otot-otot kunyah yang perkasa, seperti otot masseter di pipi dan otot temporalis di pelipis. Otot masseter adalah salah satu otot terkuat di tubuh manusia jika diukur dari tekanannya.
  • Lidah, Pipi, dan Bibir: Para Pengarah yang Cekatan. Jika gigi dan rahang adalah mesinnya, maka lidah, pipi, dan bibir adalah operatornya. Lidah adalah organ otot yang luar biasa cekatan. Ia tidak hanya merasakan makanan, tetapi juga secara aktif memanipulasi bolus (gumpalan makanan) di dalam mulut, memindahkannya dari satu sisi ke sisi lain untuk memastikan semua bagian tergiling rata oleh gigi geraham. Sementara itu, pipi dan bibir bekerja sama untuk menjaga agar makanan tidak keluar dari rongga mulut selama proses kunyahan yang intens ini.

Partner Kimiawi: Keajaiban Air Liur (Saliva)

Proses kunyahan tidak hanya bersifat mekanis. Secara bersamaan, sebuah proses kimiawi yang vital juga berlangsung, dimediasi oleh air liur. Tindakan mengunyah itu sendiri merangsang kelenjar ludah untuk memproduksi saliva dalam jumlah yang lebih banyak. Air liur lebih dari sekadar air; ia adalah cairan ajaib yang kaya akan berbagai komponen penting.

  • Enzim Pencernaan Awal: Air liur mengandung enzim-enzim kunci yang memulai pemecahan molekul makanan bahkan sebelum mencapai perut. Enzim amilase saliva (juga dikenal sebagai ptyalin) mulai memecah karbohidrat kompleks (pati) menjadi gula yang lebih sederhana. Sementara itu, lipase lingual memulai pencernaan awal lemak. Proses pra-pencernaan ini secara signifikan mengurangi beban kerja lambung dan usus.
  • Pelumas dan Pembentuk Bolus: Kandungan musin (sejenis protein) dalam air liur memberikan sifat pelumas. Ia melapisi makanan yang dikunyah, mengubahnya menjadi bolus yang lembut, licin, dan mudah ditelan. Tanpa air liur, menelan makanan kering seperti biskuit akan menjadi sangat sulit dan tidak nyaman.
  • Pelindung Kesehatan Mulut: Air liur adalah sistem pertahanan pertama bagi kesehatan mulut. Ia membantu membersihkan sisa-sisa makanan dari sela-sela gigi, menetralkan asam yang diproduksi oleh bakteri plak (yang dapat menyebabkan gigi berlubang), dan mengandung senyawa antibakteri seperti lisozim dan antibodi yang membantu mengendalikan populasi mikroba berbahaya di mulut.

Dengan demikian, setiap kunyahan adalah sebuah proses yang terintegrasi dengan sempurna. Gerakan mekanis yang kuat dari rahang dan gigi bekerja serempak dengan aksi kimiawi dari air liur untuk mengubah makanan padat menjadi bentuk yang tidak hanya aman untuk ditelan tetapi juga telah dipersiapkan secara optimal untuk tahap pencernaan selanjutnya. Mengabaikan atau mempercepat proses ini berarti kita melewatkan langkah fundamental yang dirancang oleh evolusi untuk memastikan kita mendapatkan nutrisi maksimal dari makanan kita.

Manfaat Tersembunyi: Dampak Luar Biasa dari Kunyahan yang Benar

Banyak dari kita menganggap mengunyah sebagai prasyarat sederhana sebelum menelan. Namun, manfaat dari kunyahan yang menyeluruh dan penuh perhatian jauh melampaui sekadar membuat makanan lebih mudah melewati kerongkongan. Tindakan ini memicu serangkaian efek domino positif yang bergema di seluruh sistem tubuh, mulai dari kesehatan usus hingga kejernihan pikiran.

Fondasi Sistem Pencernaan yang Sehat

Perjalanan makanan melalui sistem pencernaan adalah proses panjang yang dimulai di mulut. Apa yang terjadi di gerbang awal ini akan menentukan efisiensi seluruh proses selanjutnya.

  • Memaksimalkan Pencernaan Mekanis dan Kimiawi: Mengunyah makanan hingga menjadi bubur halus secara drastis meningkatkan luas permukaan makanan. Bayangkan sebuah bongkahan besar kentang dibandingkan dengan kentang yang telah dihaluskan. Enzim-enzim pencernaan di lambung dan usus halus hanya dapat bekerja di permukaan makanan. Dengan menghancurkannya menjadi partikel-partikel yang jauh lebih kecil, kita memberikan akses yang jauh lebih besar bagi enzim untuk bekerja. Ini berarti pemecahan protein, lemak, dan karbohidrat menjadi lebih efisien dan lengkap. Pada saat yang sama, semakin lama makanan berada di mulut, semakin banyak waktu bagi amilase saliva dan lipase lingual untuk melakukan tugas pra-pencernaan mereka, meringankan beban lambung.
  • Mencegah Gangguan Pencernaan Umum: Ketika potongan makanan besar yang tidak terkunyah dengan baik masuk ke lambung, organ ini harus bekerja ekstra keras untuk memecahnya. Ini dapat menyebabkan produksi asam lambung berlebih, yang memicu rasa mulas dan refluks asam. Makanan yang tidak tercerna sempurna kemudian bergerak ke usus, di mana ia bisa menjadi "makanan" bagi bakteri yang tidak diinginkan, menyebabkan fermentasi berlebih, produksi gas, kembung, dan rasa tidak nyaman. Banyak masalah pencernaan kronis dapat diredakan hanya dengan memperbaiki kebiasaan mengunyah.

Gerbang Menuju Penyerapan Nutrisi Optimal

Anda bukanlah apa yang Anda makan, tetapi apa yang Anda serap. Kunyahan adalah kunci yang membuka gudang nutrisi di dalam makanan.

"Alam tidak memberikan nutrisinya dengan mudah. Kita harus 'membukanya' melalui proses kunyahan yang benar. Setiap gigitan adalah kesempatan untuk melepaskan vitalitas yang terkunci di dalam makanan."

Banyak nutrisi berharga terperangkap di dalam dinding sel tanaman yang keras (selulosa) atau matriks protein pada daging. Tanpa pemecahan mekanis yang menyeluruh melalui kunyahan, banyak vitamin, mineral, dan fitonutrien ini akan melewati sistem pencernaan kita tanpa pernah diserap. Mengunyah kacang almond, misalnya, hingga menjadi krim adalah satu-satunya cara untuk memastikan tubuh Anda dapat mengakses dan menyerap lemak sehat, vitamin E, dan magnesium yang dikandungnya. Jika Anda menelan potongan besar, sebagian besar nutrisinya akan keluar begitu saja. Proses ini sangat krusial untuk makanan mentah seperti sayuran, buah-buahan, dan kacang-kacangan.

Manajemen Berat Badan dan Sinyal Kenyang

Kunyahan yang lambat dan disengaja adalah salah satu alat paling ampuh namun paling sederhana untuk mengelola berat badan.

  • Memberi Waktu pada Otak: Dibutuhkan sekitar 20 menit bagi perut untuk mengirimkan sinyal "kenyang" ke otak melalui pelepasan hormon seperti kolesistokinin (CCK) dan peptida-1 mirip glukagon (GLP-1). Orang yang makan dengan cepat seringkali sudah mengonsumsi kalori jauh melebihi kebutuhan mereka sebelum otak sempat menerima pesan ini. Dengan mengunyah lebih lama, kita memperlambat laju makan secara alami, memberikan waktu yang cukup bagi mekanisme umpan balik tubuh untuk bekerja. Hasilnya, kita merasa kenyang dengan porsi makanan yang lebih kecil.
  • Meningkatkan Kepuasan Sensorik: Semakin lama makanan berada di mulut, semakin banyak kesempatan bagi lidah untuk merasakan dan menikmati rasa dan teksturnya. Hal ini meningkatkan kepuasan psikologis dari makan. Ketika kita merasa lebih puas, keinginan untuk makan berlebihan atau mencari camilan setelah makan akan berkurang. Makan cepat menumpulkan pengalaman ini, membuat kita merasa seolah-olah "belum benar-benar makan".

Meningkatkan Fungsi Kognitif dan Kesehatan Otak

Hubungan antara mulut dan otak lebih kuat dari yang kita duga. Tindakan mengunyah secara fisik merangsang otak dengan cara yang mengejutkan.

  • Meningkatkan Aliran Darah ke Otak: Gerakan ritmis rahang saat mengunyah berfungsi seperti pompa, meningkatkan aliran darah dan pengiriman oksigen ke otak. Beberapa penelitian menunjukkan peningkatan aktivitas di area otak yang terkait dengan memori dan pembelajaran, seperti hipokampus, selama dan setelah mengunyah. Inilah mengapa mengunyah permen karet (tanpa gula) seringkali dikaitkan dengan peningkatan kewaspadaan, konsentrasi, dan kinerja memori jangka pendek.
  • Mengurangi Stres: Gerakan mengunyah yang berulang-ulang dapat memiliki efek menenangkan pada sistem saraf. Ini dapat membantu mengurangi tingkat hormon stres, kortisol. Dalam situasi tegang, beberapa orang secara naluriah menggemeretakkan gigi atau mengunyah sesuatu. Mengunyah secara sadar saat makan bisa menjadi bentuk meditasi mini yang membantu meredakan ketegangan.

Menjaga Kesehatan Gigi dan Mulut Jangka Panjang

Mulut adalah ekosistem yang kompleks, dan kunyahan memainkan peran penting dalam pemeliharaannya.

Seperti yang telah dibahas, mengunyah merangsang produksi air liur, yang merupakan pembersih alami mulut. Selain itu, tindakan mengunyah makanan yang renyah dan berserat, seperti apel, wortel, atau seledri, dapat memberikan efek "menggosok" yang lembut pada permukaan gigi, membantu menghilangkan plak sebelum mengeras menjadi karang gigi. Lebih dari itu, kekuatan yang diberikan pada gigi dan tulang rahang saat mengunyah merangsang tulang untuk tetap padat dan kuat, membantu menjaga gigi tetap tertanam kokoh di tempatnya.

Seni Mengunyah dengan Sadar (Mindful Chewing)

Setelah memahami 'mengapa' mengunyah dengan benar itu penting, pertanyaan selanjutnya adalah 'bagaimana' cara melakukannya di tengah kehidupan yang serba cepat. Jawabannya terletak pada praktik "mengunyah dengan sadar" atau mindful chewing. Ini adalah sebuah seni yang mengubah makan dari tindakan tak sadar menjadi pengalaman yang meditatif, menyenangkan, dan menyehatkan. Ini bukan tentang aturan yang kaku, melainkan tentang membangun kembali hubungan yang hilang antara kita, makanan kita, dan tubuh kita.

Definisi Mengunyah dengan Sadar

Mengunyah dengan sadar adalah praktik memberikan perhatian penuh pada setiap aspek pengalaman makan tanpa penilaian. Ini berarti menyadari sepenuhnya aroma, tekstur, rasa makanan di mulut Anda, serta sensasi fisik dari gerakan mengunyah itu sendiri. Ini adalah kebalikan dari makan tanpa sadar (mindless eating)—seperti makan di depan televisi, di meja kerja sambil membalas email, atau sambil menggulir media sosial. Ketika kita makan tanpa sadar, kita kehilangan sinyal-sinyal penting dari tubuh kita dan melewatkan kesempatan untuk benar-benar menikmati makanan.

Panduan Praktis untuk Memulai Perjalanan Anda

Mengadopsi kebiasaan baru membutuhkan latihan. Mulailah dengan satu kali makan dalam sehari, atau bahkan hanya dengan lima suapan pertama dari setiap hidangan. Perlahan, praktik ini akan menjadi lebih alami.

Langkah 1: Ciptakan Lingkungan yang Mendukung

Sebelum suapan pertama, persiapkan panggungnya. Duduklah di meja makan, bukan di sofa atau tempat tidur. Singkirkan semua gangguan: matikan televisi, jauhkan ponsel pintar, tutup laptop Anda. Lingkungan yang tenang memungkinkan Anda untuk fokus sepenuhnya pada makanan di hadapan Anda.

Langkah 2: Libatkan Semua Indra Anda

Makan adalah pengalaman sensorik yang lengkap, yang dimulai jauh sebelum makanan masuk ke mulut.

  • Mata: Amati makanan Anda. Perhatikan warnanya yang cerah, bentuknya yang beragam, dan bagaimana cahaya memantul di permukaannya. Hargai keindahan yang ada di piring Anda.
  • Hidung: Hirup aroma makanan Anda. Coba identifikasi bau rempah, kesegaran sayuran, atau aroma panggang dari protein. Proses ini sudah mulai mempersiapkan sistem pencernaan Anda.
  • Telinga: Dengarkan suara makanan saat Anda memotongnya atau saat Anda mulai mengunyah. Apakah renyah, lembut, atau kenyal?

Langkah 3: Laksanakan Kunyahan yang Disengaja

Inilah inti dari praktik ini. Ikuti langkah-langkah ini untuk setiap suapan:

  • Ambil Suapan Kecil: Gunakan sendok atau garpu yang lebih kecil, dan jangan mengisinya terlalu penuh. Ini memberi ruang di mulut Anda untuk mengunyah dengan benar.
  • Letakkan Alat Makan: Setelah memasukkan makanan ke mulut, letakkan sendok atau garpu Anda di samping piring. Ini adalah sinyal fisik untuk tidak terburu-buru mengambil suapan berikutnya.
  • Tutup Mulut dan Bernapas: Kunyahlah dengan mulut tertutup. Ini tidak hanya soal etiket, tetapi juga membantu Anda fokus pada sensasi di dalam mulut. Bernapaslah melalui hidung.
  • Fokus pada Tekstur dan Rasa: Rasakan bagaimana tekstur makanan berubah. Dari padat menjadi lunak, lalu menjadi cair. Perhatikan bagaimana rasa berkembang. Mungkin awalnya manis, lalu muncul sedikit rasa asam, dan diakhiri dengan rasa gurih.
  • Hitung Kunyahan (Sebagai Panduan Awal): Sebagai latihan awal, cobalah untuk mengunyah setiap suapan sebanyak 20 hingga 40 kali. Jumlah pastinya akan bervariasi tergantung pada jenis makanan (sup tentu berbeda dengan steak). Tujuannya bukanlah angka yang kaku, tetapi untuk memastikan makanan benar-benar menjadi cair sebelum Anda menelannya.

Langkah 4: Menelan dengan Sadar

Bahkan tindakan menelan pun bisa dilakukan dengan kesadaran. Rasakan bolus makanan bergerak ke bagian belakang lidah Anda dan turun ke kerongkongan. Setelah menelan, berhentilah sejenak. Ambil napas. Rasakan bagaimana perut Anda menerima makanan tersebut sebelum Anda mengambil suapan berikutnya.

Dampak Psikologis dan Emosional dari Praktik Ini

Mengunyah dengan sadar lebih dari sekadar teknik makan; ini adalah latihan dalam perhatian dan penghargaan. Praktik ini dapat secara fundamental mengubah hubungan kita dengan makanan. Bagi banyak orang, makanan terkait erat dengan emosi. Kita makan saat stres, bosan, atau sedih. Dengan makan secara sadar, kita menciptakan jeda antara emosi dan tindakan makan. Kita belajar untuk bertanya pada diri sendiri, "Apakah saya benar-benar lapar secara fisik, atau saya mencoba mengisi kekosongan emosional?" Ini dapat menjadi alat yang ampuh untuk mengatasi makan emosional dan membangun pola makan yang lebih intuitif dan sehat. Lebih jauh lagi, dengan benar-benar menghargai setiap suapan, kita menumbuhkan rasa syukur yang lebih dalam terhadap makanan yang kita miliki, serta semua proses dan orang yang terlibat dalam membawanya ke meja kita.

Kunyahan dalam Berbagai Konteks Kehidupan

Pentingnya kunyahan bukanlah konsep satu ukuran untuk semua. Kebutuhan dan tantangannya berubah seiring dengan perjalanan hidup kita, dari masa bayi hingga usia senja. Memahami kunyahan dalam berbagai konteks ini memberikan perspektif yang lebih holistik tentang perannya yang tak tergantikan dalam kesehatan di setiap tahap kehidupan.

Masa Kritis: Kunyahan pada Bayi dan Anak-anak

Bagi seorang bayi, belajar mengunyah adalah salah satu tonggak perkembangan yang paling penting. Transisi dari makanan cair (ASI atau susu formula) ke makanan lumat, dan akhirnya ke makanan padat yang dipotong kecil-kecil, adalah sebuah proses pembelajaran yang fundamental.

  • Pengembangan Otot Oromotorik: Mengunyah adalah latihan intensif bagi otot-otot di sekitar mulut, rahang, dan lidah. Kekuatan dan koordinasi otot-otot ini (dikenal sebagai keterampilan oromotorik) tidak hanya krusial untuk makan, tetapi juga merupakan fondasi penting untuk perkembangan bicara. Gerakan lidah yang kompleks saat memanipulasi makanan di dalam mulut adalah latihan yang sama yang diperlukan untuk membentuk bunyi dan kata-kata dengan jelas. Anak-anak yang mengalami kesulitan mengunyah terkadang juga menunjukkan keterlambatan dalam perkembangan bicara.
  • Penerimaan Tekstur dan Rasa: Memperkenalkan berbagai tekstur makanan pada usia dini—dari yang lembut, sedikit kasar, hingga yang lebih padat—membantu melatih sistem sensorik anak dan mencegah mereka menjadi pemilih makanan (picky eater) di kemudian hari. Belajar mengunyah makanan yang lebih keras seperti potongan wortel rebus atau biskuit bayi membantu mereka menjadi nyaman dengan variasi tekstur.
  • Membentuk Kebiasaan Seumur Hidup: Kebiasaan makan dibentuk sejak usia sangat muda. Orang tua yang mencontohkan makan dengan tenang, duduk bersama di meja, dan mengunyah makanan mereka dengan baik akan menanamkan kebiasaan positif ini pada anak-anak mereka secara alami. Ini adalah warisan kesehatan yang akan mereka bawa hingga dewasa.

Tantangan di Usia Emas: Kunyahan pada Lansia

Seiring bertambahnya usia, proses mengunyah bisa menjadi sebuah tantangan. Perubahan fisiologis dapat mengganggu efisiensi kunyahan, yang berpotensi menyebabkan masalah kesehatan yang serius pada populasi lansia.

  • Masalah Kesehatan Gigi: Kehilangan gigi (edentulisme) adalah masalah umum di kalangan lansia. Gigi palsu, bahkan yang paling pas sekalipun, seringkali tidak memberikan kekuatan gigitan yang sama dengan gigi alami. Gigi palsu yang longgar dapat menyebabkan rasa sakit dan kesulitan dalam mengunyah makanan yang lebih keras, seperti daging, kacang-kacangan, atau sayuran mentah.
  • Penurunan Produksi Air Liur: Kondisi mulut kering, atau xerostomia, sering terjadi pada lansia, baik karena proses penuaan alami maupun sebagai efek samping dari banyak obat-obatan umum (seperti obat tekanan darah atau antidepresan). Kekurangan air liur membuat proses pembentukan bolus menjadi sulit, meningkatkan risiko tersedak, dan juga mengurangi perlindungan terhadap gigi berlubang.
  • Risiko Malnutrisi: Akibat kesulitan mengunyah, banyak lansia yang cenderung memilih makanan yang lunak, yang seringkali merupakan makanan olahan yang tinggi karbohidrat dan rendah nutrisi penting seperti protein, serat, vitamin, dan mineral. Pola makan ini, yang dipicu oleh ketidakmampuan mengunyah secara efektif, dapat menyebabkan malnutrisi, kehilangan massa otot (sarkopenia), dan penurunan kesehatan secara keseluruhan. Oleh karena itu, memastikan lansia dapat mengunyah dengan baik adalah intervensi gizi yang sangat penting.

Kunyahan dan Paradoks Makanan Modern

Gaya hidup modern telah menciptakan sebuah paradoks. Kita memiliki akses ke makanan yang lebih beragam dari sebelumnya, namun kualitas kunyahan kita mungkin telah menurun secara signifikan.

Diet modern sangat didominasi oleh makanan ultra-proses yang dirancang untuk kenyamanan. Roti yang sangat lembut, sereal sarapan yang langsung lumer, smoothie, bubur instan, dan makanan cepat saji lainnya hampir tidak memerlukan usaha untuk dikunyah. Makanan ini sering disebut sebagai "makanan pra-kunyah". Meskipun nyaman, ketergantungan pada makanan lunak ini memiliki konsekuensi.

"Kita telah merekayasa kunyahan keluar dari makanan kita, dan bersamaan dengan itu, kita mungkin telah merekayasa sebagian dari kesehatan kita."

Beberapa antropolog dan ahli biologi evolusi berteori bahwa kurangnya stimulasi pada rahang dari diet modern yang lunak ini mungkin menjadi salah satu faktor yang berkontribusi pada perkembangan rahang yang lebih kecil dan gigi yang berjejal pada populasi modern, yang menyebabkan meningkatnya kebutuhan akan perawatan ortodontik. Dengan tidak lagi "melatih" rahang dan otot-otot kunyah kita dengan makanan utuh yang keras dan berserat, kita mungkin kehilangan manfaat perkembangan dan kesehatan yang dinikmati oleh nenek moyang kita. Mengembalikan makanan utuh—seperti buah-buahan dan sayuran mentah, daging yang perlu dikunyah, dan biji-bijian utuh—ke dalam diet kita bukan hanya tentang nutrisi, tetapi juga tentang mengembalikan fungsi mekanis fundamental dari sistem kunyah kita.