Memahami Jiwa dari Sebuah Lahan Tanaman
Setiap taman yang rimbun, setiap sayuran yang segar, dan setiap bunga yang mekar, semuanya berawal dari satu elemen fundamental: lahan tanaman. Lahan bukan sekadar hamparan tanah kosong; ia adalah ekosistem hidup yang kompleks, fondasi bagi semua kehidupan tumbuhan. Memahami, mempersiapkan, dan merawat lahan tanaman adalah seni sekaligus ilmu pengetahuan yang menjadi kunci keberhasilan setiap pegiat kebun, baik pemula maupun yang sudah berpengalaman. Ini adalah sebuah perjalanan untuk terhubung kembali dengan bumi, memahami bahasanya, dan bekerja sama dengannya untuk menciptakan kehidupan.
Artikel ini akan membawa Anda menyelami dunia lahan tanaman secara mendalam. Kita akan mengupas tuntas segala aspek, mulai dari identifikasi jenis tanah di halaman belakang rumah Anda, memilih lokasi yang paling ideal, hingga teknik-teknik canggih untuk menyuburkan dan menjaga kesehatannya dalam jangka panjang. Anggaplah ini sebagai dialog antara Anda dan tanah Anda, sebuah panduan untuk membangun hubungan yang simbiosis dan produktif.
Bab 1: Mengenal Karakter Dasar Lahan Tanaman
Sebelum kita dapat memperbaiki atau meningkatkan kualitas sesuatu, kita harus terlebih dahulu memahaminya. Lahan tanaman, atau yang lebih sering kita sebut tanah, adalah campuran kompleks dari empat komponen utama: mineral, bahan organik, air, dan udara. Keseimbangan dari keempat komponen inilah yang menentukan struktur, tekstur, dan kesuburan tanah. Mengenali jenis tanah yang Anda miliki adalah langkah pertama yang paling krusial.
Komponen Penyusun Tanah yang Sehat
- Partikel Mineral: Berasal dari batuan yang lapuk selama ribuan tahun, partikel ini terdiri dari pasir, debu, dan liat. Proporsi ketiganya menentukan tekstur tanah.
- Bahan Organik: Ini adalah materi yang berasal dari organisme hidup yang telah mati dan terurai, seperti daun gugur, sisa tanaman, dan jasad hewan. Bahan organik sangat penting untuk nutrisi dan struktur tanah.
- Air: Air mengisi ruang di antara partikel tanah dan melarutkan nutrisi, membuatnya tersedia untuk diserap oleh akar tanaman.
- Udara: Akar tanaman juga membutuhkan oksigen untuk bernapas. Ruang pori dalam tanah yang tidak terisi air akan diisi oleh udara, yang esensial untuk kesehatan akar.
Jenis-Jenis Utama Lahan Tanaman
Secara umum, tanah dapat diklasifikasikan ke dalam beberapa tipe utama berdasarkan ukuran partikel dominannya. Setiap jenis memiliki kelebihan dan kekurangannya masing-masing.
1. Tanah Liat (Clay Soil)
Tanah liat terdiri dari partikel mineral yang sangat kecil dan padat. Ketika basah, ia terasa lengket dan dapat dibentuk. Ketika kering, ia menjadi keras dan retak-retak.
Kelebihan: Sangat kaya akan nutrisi karena partikel kecilnya mampu menahan mineral dengan baik. Ia juga mampu menahan air lebih lama dibandingkan jenis tanah lain.
Kekurangan: Drainasenya buruk, yang bisa menyebabkan akar tanaman busuk. Tanah ini juga lambat menghangat di musim semi dan sulit untuk diolah karena berat dan padat. Kompaksi (pemadatan) adalah masalah umum.
2. Tanah Pasir (Sandy Soil)
Tanah berpasir memiliki partikel yang besar dan kasar. Anda bisa merasakan butiran-butirannya dengan jelas.
Kelebihan: Memiliki drainase yang sangat baik, sehingga mencegah genangan air. Tanah ini mudah diolah dan cepat menghangat di musim semi, memungkinkan penanaman lebih awal.
Kekurangan: Karena partikelnya besar, ia tidak mampu menahan air dan nutrisi dengan baik. Air dan pupuk akan cepat larut dan mengalir ke bawah, menjauh dari jangkauan akar. Tanah ini sering disebut "tanah lapar" karena membutuhkan pemupukan dan penyiraman yang lebih sering.
3. Tanah Lempung (Loam Soil)
Ini adalah jenis tanah idaman setiap tukang kebun. Tanah lempung adalah campuran seimbang antara pasir, debu, dan liat, dengan tambahan bahan organik yang melimpah.
Kelebihan: Kombinasi sempurna dari semua kebaikan. Ia memiliki drainase yang baik namun tetap mampu menahan kelembapan dan nutrisi yang cukup. Strukturnya gembur, kaya akan udara, dan mudah diolah. Hampir semua jenis tanaman dapat tumbuh subur di tanah lempung.
Kekurangan: Sangat sedikit. Mungkin satu-satunya kekurangan adalah tanah ini tidak selalu tersedia secara alami di semua lokasi.
Metode Sederhana Mengidentifikasi Jenis Tanah Anda
Jangan khawatir, Anda tidak perlu menjadi seorang ilmuwan tanah untuk mengetahui jenis lahan tanaman Anda. Ada dua tes sederhana yang bisa Anda lakukan di rumah.
1. Tes Stoples (The Jar Test)
- Ambil sampel tanah dari beberapa lokasi di kebun Anda, sekitar 10-15 cm di bawah permukaan. Buang batu dan akar.
- Isi sebuah stoples kaca bening sekitar sepertiga penuh dengan sampel tanah Anda.
- Tambahkan air hingga stoples hampir penuh, sisakan sedikit ruang udara di atas.
- Tutup rapat dan kocok sekuat tenaga selama beberapa menit hingga semua gumpalan tanah hancur.
- Letakkan stoples di permukaan yang rata dan biarkan selama 24 jam.
- Setelah 24 jam, Anda akan melihat lapisan-lapisan yang terbentuk. Lapisan paling bawah adalah pasir (partikel terberat), di atasnya adalah debu (silt), dan lapisan paling atas adalah liat (partikel paling halus). Mungkin ada beberapa bahan organik yang mengambang di atas air. Dengan mengamati proporsi setiap lapisan, Anda bisa mendapatkan gambaran kasar tentang jenis tanah Anda. Jika ketiga lapisan hampir sama tebalnya, selamat, Anda memiliki tanah lempung!
2. Tes Remas (The Squeeze Test)
Ambil segenggam tanah yang sedikit lembab (tidak basah kuyup atau kering kerontang). Remas dengan kuat di telapak tangan Anda, lalu buka tangan Anda.
- Jika tanah tetap membentuk gumpalan yang kokoh bahkan setelah Anda menyentuhnya, itu adalah tanah liat.
- Jika tanah hancur berantakan begitu Anda membuka tangan, itu adalah tanah pasir.
- Jika tanah membentuk gumpalan yang bisa pecah menjadi remah-remah kecil saat disentuh dengan lembut, itu adalah tanah lempung.
Bab 2: Memilih Lokasi Lahan Tanaman yang Strategis
Lokasi adalah segalanya. Bahkan tanah terbaik di dunia pun tidak akan produktif jika berada di lokasi yang salah. Memilih titik yang tepat untuk lahan tanaman Anda adalah investasi waktu yang akan terbayar lunas dengan panen yang melimpah. Ada beberapa faktor kunci yang perlu dipertimbangkan.
1. Paparan Sinar Matahari
Sinar matahari adalah sumber energi bagi tanaman melalui proses fotosintesis. Kebanyakan tanaman sayuran dan buah-buahan membutuhkan setidaknya 6-8 jam sinar matahari langsung setiap hari. Ini disebut "matahari penuh" (full sun). Sebelum Anda menggali, luangkan satu hari untuk mengamati halaman Anda. Perhatikan area mana yang mendapatkan sinar matahari pagi (yang lebih lembut) dan sore (yang lebih terik). Catat di mana bayangan dari bangunan, pohon, atau pagar jatuh sepanjang hari.
- Matahari Penuh (6-8+ jam): Ideal untuk tomat, cabai, terong, jagung, labu, dan sebagian besar tanaman buah.
- Matahari Sebagian (4-6 jam): Cocok untuk sayuran daun seperti selada, bayam, kangkung, dan beberapa tanaman umbi seperti wortel dan bit.
- Tempat Teduh (kurang dari 4 jam): Area ini lebih menantang untuk sayuran tetapi bisa digunakan untuk menanam beberapa jenis herbal seperti mint, atau tanaman hias yang toleran teduh.
2. Drainase dan Aliran Air
Tanaman membenci "kaki basah". Akar yang tergenang air akan kekurangan oksigen dan membusuk. Oleh karena itu, drainase yang baik sangatlah penting. Hindari area rendah di halaman Anda yang cenderung menjadi tempat berkumpulnya air setelah hujan lebat. Lahan yang sedikit miring seringkali ideal karena memungkinkan kelebihan air mengalir secara alami.
Tips Uji Drainase: Gali lubang sedalam sekitar 30 cm dan lebar 30 cm. Isi dengan air dan biarkan meresap sepenuhnya. Isi kembali dengan air dan ukur berapa lama waktu yang dibutuhkan hingga air habis. Jika air hilang dalam beberapa jam, drainase Anda bagus. Jika masih ada air setelah 8-10 jam, Anda mungkin memiliki masalah drainase yang perlu diatasi, misalnya dengan membuat bedengan tinggi (raised beds).
3. Akses ke Sumber Air
Tanaman membutuhkan air secara teratur, terutama selama musim kemarau. Pastikan lahan tanaman Anda berada dalam jangkauan selang air atau sumber air lainnya. Membolak-balik membawa ember air dari jarak jauh akan cepat menjadi pekerjaan yang melelahkan dan mungkin membuat Anda malas menyiram. Pertimbangkan untuk memasang sistem irigasi tetes (drip irrigation) jika Anda memiliki area yang luas untuk menghemat air dan waktu.
4. Perlindungan dari Angin
Angin kencang dapat merusak tanaman muda, mengeringkan tanah dengan cepat, dan menghambat penyerbukan oleh serangga. Jika Anda tinggal di daerah berangin, pertimbangkan untuk menempatkan lahan Anda di sisi bangunan yang terlindung atau buatlah pagar angin alami menggunakan semak belukar atau tanaman tinggi yang lebih kokoh di sisi yang berangin.
5. Sejarah dan Kondisi Lahan
Ketahui apa yang ada di lokasi itu sebelumnya. Apakah itu bekas area konstruksi di mana tanah lapisan atas (topsoil) mungkin telah dihilangkan? Apakah ada pohon besar di dekatnya yang akarnya akan bersaing dengan tanaman Anda untuk mendapatkan air dan nutrisi? Hindari juga area di dekat pohon kenari hitam (black walnut), karena akarnya mengeluarkan zat kimia bernama juglone yang beracun bagi banyak tanaman sayuran, terutama tomat.
Bab 3: Persiapan Fundamental: Dari Lahan Kosong Menjadi Kebun Impian
Setelah lokasi ideal ditentukan, saatnya menyingsingkan lengan baju. Tahap persiapan lahan adalah pekerjaan fisik yang paling intensif, tetapi setiap tetes keringat akan sangat berharga. Persiapan yang baik akan menciptakan lingkungan di mana tanaman dapat berkembang dengan mudah selama bertahun-tahun yang akan datang.
1. Pembersihan Lahan (Clearing the Ground)
Langkah pertama adalah membersihkan area dari semua yang tidak diinginkan. Ini termasuk rumput liar, gulma, batu-batu besar, dan puing-puing lainnya. Untuk area yang dipenuhi rumput, ada beberapa metode:
- Penggalian Manual: Gunakan sekop tajam untuk mengangkat lapisan rumput beserta akarnya. Ini adalah cara tercepat tetapi paling melelahkan secara fisik.
- Metode Lasagna atau Sheet Mulching: Ini adalah pendekatan "tanpa gali" yang lebih ramah bagi ekosistem tanah. Tutupi area dengan lapisan kardus (tanpa selotip plastik) atau beberapa lembar koran. Basahi hingga jenuh. Kemudian, tumpuk lapisan bahan organik di atasnya, seperti daun kering, potongan rumput, dan kompos. Dalam beberapa bulan, rumput di bawahnya akan mati dan terurai, dan Anda akan memiliki lapisan tanah baru yang subur dan siap tanam.
- Solarisasi: Untuk gulma yang membandel. Setelah membersihkan area, siram hingga basah, lalu tutup rapat dengan lembaran plastik bening. Tahan tepinya dengan batu atau tanah. Biarkan selama 6-8 minggu di bawah terik matahari. Panas yang terperangkap akan "memasak" dan membunuh sebagian besar gulma dan patogen di dalam tanah.
2. Penggemburan dan Aerasi Tanah
Tujuan dari penggemburan adalah untuk memecah tanah yang padat, memungkinkan akar, air, dan udara menembus lebih dalam. Ini sangat penting untuk tanah liat yang berat.
- Penggalian Tunggal (Single Digging): Metode tradisional di mana Anda menggali tanah sedalam mata sekop (sekitar 20-30 cm), membalikkannya, dan menghancurkan gumpalan-gumpalan besar.
- Penggalian Ganda (Double Digging): Teknik yang lebih intensif tetapi sangat efektif untuk menciptakan bedengan yang dalam dan subur. Setelah menggali lapisan pertama, Anda menggunakan garu taman (garden fork) untuk menggemburkan lapisan tanah di bawahnya tanpa membalikkannya. Ini menciptakan zona perakaran yang sangat dalam.
- Pendekatan Tanpa Gali (No-Dig/No-Till): Filosofi ini semakin populer karena terbukti menjaga struktur tanah dan kehidupan mikroba di dalamnya. Alih-alih menggali, Anda cukup menambahkan lapisan kompos setebal 5-10 cm di atas permukaan tanah setiap tahun. Cacing tanah dan organisme lain akan melakukan pekerjaan penggemburan untuk Anda secara alami.
3. Analisis dan Penyesuaian pH Tanah
pH adalah skala untuk mengukur tingkat keasaman atau kebasaan (alkalinitas) tanah, dengan skala dari 0 hingga 14. Angka 7 adalah netral. Sebagian besar tanaman sayuran tumbuh paling baik di tanah yang sedikit asam hingga netral, yaitu dengan pH antara 6.0 dan 7.0. Mengapa ini penting? Karena pH tanah secara langsung memengaruhi ketersediaan nutrisi bagi tanaman. Jika tanah terlalu asam atau terlalu basa, nutrisi penting mungkin ada di dalam tanah, tetapi "terkunci" dalam bentuk kimia yang tidak dapat diserap oleh akar tanaman.
Anda bisa membeli alat tes pH sederhana di toko pertanian atau mengirim sampel tanah ke laboratorium untuk analisis yang lebih detail. Setelah mengetahui pH tanah Anda:
- Untuk Menaikkan pH (jika tanah terlalu asam): Tambahkan kapur pertanian (dolomitic lime) atau abu kayu. Lakukan ini beberapa bulan sebelum menanam untuk memberi waktu kapur bereaksi dengan tanah.
- Untuk Menurunkan pH (jika tanah terlalu basa): Tambahkan sulfur, gambut (peat moss), atau bahan organik seperti mulsa daun pinus. Proses ini biasanya lebih lambat daripada menaikkan pH.
Bab 4: Membangun Kesuburan: Memberi Makan Lahan Tanaman Anda
Lahan tanaman yang sehat adalah lahan yang hidup dan penuh nutrisi. Menambahkan bahan organik adalah cara terbaik dan paling berkelanjutan untuk membangun kesuburan tanah. Bahan organik memperbaiki struktur tanah apa pun—ia mengikat partikel pasir untuk menahan air lebih baik, dan memisahkan partikel liat untuk meningkatkan drainase. Ini adalah solusi universal.
1. Kompos: Emas Hitam bagi Pekebun
Kompos adalah bahan organik yang telah terurai menjadi bahan yang kaya humus dan stabil. Ini adalah amandemen tanah terbaik yang bisa Anda berikan. Kompos melepaskan nutrisi secara perlahan, meningkatkan kapasitas menahan air, memberi makan mikroorganisme tanah yang bermanfaat, dan memperbaiki struktur tanah. Anda bisa membuat kompos sendiri dari sisa dapur (sayuran, buah, ampas kopi, kulit telur) dan sampah halaman (daun kering, potongan rumput). Campurkan lapisan "hijau" (kaya nitrogen) dan "coklat" (kaya karbon) untuk hasil terbaik. Tebarkan lapisan kompos setebal 2-5 cm di atas lahan tanaman Anda setiap kali memulai musim tanam baru.
2. Pupuk Kandang (Manure)
Pupuk kandang dari hewan herbivora seperti sapi, kuda, kambing, dan ayam adalah sumber nutrisi yang sangat baik. Namun, sangat penting untuk hanya menggunakan pupuk kandang yang telah dikomposkan atau lapuk (berusia setidaknya 6 bulan). Pupuk kandang segar terlalu "panas" (kaya nitrogen amonia) dan dapat membakar akar tanaman, serta mungkin mengandung patogen berbahaya. Pupuk kandang yang sudah matang berwarna gelap, bertekstur remah, dan tidak berbau menyengat.
3. Mulsa (Mulch)
Mulsa adalah lapisan bahan apa pun yang disebarkan di atas permukaan tanah. Mulsa organik, seperti jerami, serpihan kayu, daun kering, atau potongan rumput, memberikan banyak manfaat:
- Menekan Pertumbuhan Gulma: Menghalangi cahaya matahari mencapai biji gulma.
- Menjaga Kelembapan Tanah: Mengurangi penguapan air dari permukaan.
- Mengatur Suhu Tanah: Menjaga tanah tetap sejuk di musim panas dan hangat di musim dingin.
- Menambah Bahan Organik: Seiring waktu, mulsa organik akan terurai dan menyatu dengan tanah, menambah kesuburannya.
Terapkan mulsa setebal 5-10 cm di sekitar tanaman Anda, tetapi beri sedikit ruang di sekitar pangkal batang untuk mencegah pembusukan.
4. Tanaman Penutup Tanah (Cover Crops)
Ini adalah teknik yang lebih maju tetapi sangat bermanfaat, sering disebut "pupuk hijau". Tanaman penutup tanah ditanam bukan untuk dipanen, melainkan untuk memberi manfaat bagi tanah itu sendiri. Biasanya ditanam di akhir musim tanam untuk menutupi lahan selama musim dingin.
- Legum (kacang-kacangan): Seperti semanggi atau vetch, tanaman ini memiliki kemampuan unik untuk mengambil nitrogen dari udara dan "memperbaikinya" di dalam tanah melalui nodul di akarnya, sehingga menyuburkan tanah secara alami.
- Rumput-rumputan: Seperti gandum hitam (rye) atau oat, tanaman ini memiliki sistem perakaran yang luas dan berserat yang sangat baik untuk mencegah erosi dan menggemburkan tanah yang padat.
Di musim semi, sebelum tanaman penutup tanah berbunga, mereka dipotong dan dibiarkan di permukaan sebagai mulsa atau dicangkul ke dalam tanah untuk terurai dan melepaskan nutrisinya.
Bab 5: Teknik Pengelolaan Lahan Tanaman Modern dan Berkelanjutan
Mengelola lahan tanaman bukan hanya tentang persiapan awal, tetapi juga tentang praktik sehari-hari yang menjaga kesehatan dan produktivitasnya. Beberapa teknik dapat membuat perbedaan besar dalam jangka panjang.
1. Bedengan Tinggi (Raised Beds)
Bedengan tinggi adalah solusi fantastis untuk banyak masalah kebun. Ini adalah kotak tanpa dasar yang diisi dengan campuran tanah berkualitas tinggi.
Manfaatnya meliputi:
- Drainase Sempurna: Tidak akan pernah ada masalah genangan air.
- Tanah Berkualitas: Anda memiliki kendali penuh atas media tanam, sangat ideal jika tanah asli Anda buruk.
- Tanah Cepat Hangat: Tanah di bedengan menghangat lebih cepat di musim semi.
- Tidak Ada Pemadatan: Anda tidak pernah menginjak tanah tempat tanaman tumbuh.
- Akses Mudah: Lebih sedikit membungkuk, sehingga lebih ramah bagi punggung.
2. Rotasi Tanaman (Crop Rotation)
Menanam jenis tanaman yang sama di tempat yang sama setiap tahun adalah undangan bagi hama dan penyakit spesifik tanaman tersebut untuk berkembang biak. Rotasi tanaman adalah praktik menanam kelompok tanaman yang berbeda di lokasi yang berbeda setiap tahun dalam siklus 3-4 tahun.
Manfaatnya:
- Mengganggu Siklus Hama dan Penyakit: Hama yang mencari tomat tidak akan menemukan makanan jika Anda menanam kacang-kacangan di sana tahun ini.
- Menyeimbangkan Nutrisi Tanah: Beberapa tanaman adalah "pemakan berat" (seperti jagung dan tomat), sementara yang lain "memberi kembali" (seperti kacang-kacangan yang mengikat nitrogen). Rotasi membantu menjaga keseimbangan.
Contoh siklus sederhana 4 tahun:
Tahun 1: Legum (kacang-kacangan, buncis).
Tahun 2: Tanaman daun (selada, bayam).
Tahun 3: Tanaman buah (tomat, cabai, labu).
Tahun 4: Tanaman umbi (wortel, bawang, kentang).
3. Irigasi yang Cerdas
Cara Anda menyiram sama pentingnya dengan seberapa sering Anda menyiram. Penyiraman yang dalam dan tidak terlalu sering lebih baik daripada penyiraman dangkal setiap hari. Ini mendorong akar untuk tumbuh lebih dalam mencari air, membuat tanaman lebih tahan kekeringan. Waktu terbaik untuk menyiram adalah pagi hari, yang memungkinkan daun mengering sebelum malam tiba, mengurangi risiko penyakit jamur. Hindari menyiram dari atas daun; arahkan air langsung ke pangkal tanaman. Sistem irigasi tetes atau selang rendam (soaker hose) adalah cara paling efisien karena mengantarkan air langsung ke zona akar dengan sedikit penguapan.
4. Menjaga Kehidupan di dalam Tanah
Pikirkan lahan tanaman Anda sebagai kota metropolitan yang dihuni oleh miliaran makhluk hidup: bakteri, jamur, protozoa, nematoda, dan tentu saja, cacing tanah. Sebagian besar dari mereka bermanfaat. Mereka mengurai bahan organik, membuat nutrisi tersedia bagi tanaman, dan menciptakan struktur tanah yang baik. Praktik berkebun organik seperti menggunakan kompos, menghindari pestisida kimia, dan mempraktikkan metode tanpa gali akan mendorong populasi "pekerja tanah" ini untuk berkembang biak, menciptakan ekosistem yang sehat dan berketahanan.
Bab 6: Mengatasi Tantangan: Lahan Tanaman di Ruang Terbatas
Tidak semua orang memiliki halaman belakang yang luas. Namun, keterbatasan ruang tidak seharusnya menjadi penghalang untuk menikmati kegembiraan menumbuhkan makanan sendiri. Prinsip-prinsip lahan tanaman yang sehat tetap berlaku, hanya saja dalam skala yang lebih kecil dan terkontrol.
1. Berkebun dalam Kontainer (Container Gardening)
Balkon, teras, atau bahkan ambang jendela yang cerah dapat diubah menjadi lahan tanaman mini. Kunci sukses berkebun dalam kontainer adalah:
- Ukuran Kontainer: Semakin besar semakin baik. Kontainer yang lebih besar menampung lebih banyak tanah, yang berarti lebih sedikit kekeringan dan lebih banyak ruang bagi akar. Pastikan setiap kontainer memiliki lubang drainase yang cukup.
- Media Tanam: Jangan gunakan tanah kebun biasa, karena akan memadat di dalam pot dan memiliki drainase yang buruk. Beli campuran pot (potting mix) berkualitas atau buat sendiri dengan mencampurkan kompos, vermikulit atau perlit (untuk aerasi), dan sabut kelapa (untuk menahan kelembapan).
- Penyiraman: Kontainer mengering jauh lebih cepat daripada tanah di kebun. Anda mungkin perlu menyiram setiap hari, atau bahkan dua kali sehari saat cuaca sangat panas.
2. Taman Vertikal (Vertical Gardening)
Ketika Anda tidak bisa melebar, tumbulah ke atas! Taman vertikal adalah cara cerdas untuk memaksimalkan ruang. Ini bisa sesederhana memasang teralis untuk tanaman merambat seperti mentimun atau buncis, atau menggunakan sistem kantong tanam gantung, rak bertingkat, atau menara tanam. Teknik ini sangat cocok untuk menanam herbal, selada, stroberi, dan tanaman kecil lainnya.
3. Square Foot Gardening
Metode ini, yang dipopulerkan oleh Mel Bartholomew, menggunakan bedengan tinggi (biasanya ukuran 1.2m x 1.2m) yang dibagi menjadi kisi-kisi berukuran 30cm x 30cm. Setiap kotak ditanami dengan jenis tanaman yang berbeda dalam jumlah tertentu (misalnya, satu tomat, empat selada, atau enam belas wortel per kotak). Metode ini sangat efisien, mengurangi kebutuhan akan penyiangan, dan mempermudah perencanaan kebun di ruang kecil.