Istilah lebuk, meskipun jarang muncul dalam literatur ilmiah formal yang bersifat global, memiliki makna yang sangat mendalam dan spesifik dalam konteks geografi dan ekologi Nusantara. Secara umum, lebuk merujuk pada area lahan basah berlumpur, biasanya di dataran rendah, delta sungai, atau kawasan pasang surut yang dicirikan oleh akumulasi sedimen halus yang masif dan konsisten. Ini bukanlah sekadar lumpur biasa; lebuk adalah matriks geologis-organik yang hidup, tempat bertemunya air tawar dan air asin, atau setidaknya, kawasan yang mengalami genangan musiman yang signifikan.
Karakteristik paling mencolok dari lebuk adalah teksturnya. Sedimen di lebuk didominasi oleh fraksi lempung dan lanau (silt) yang sangat halus. Ketika tergenang air, lebuk menjadi sangat lunak, kadang-kadang mencapai kedalaman yang berbahaya bagi pejalan kaki, dikenal sebagai ‘lumpur hisap’ atau ‘tanah gemuk’ dalam bahasa lokal. Kepadatan partikelnya, yang lebih rendah dibandingkan tanah mineral padat, memungkinkannya menahan air dalam jumlah besar, menjadikannya gudang kelembapan alami yang tak tertandingi, terutama saat musim kemarau tiba.
1.1. Dimensi Fisik dan Kimiawi Lebuk
Secara fisika, lebuk dicirikan oleh kondisi anaerobik ekstrem. Karena partikel halus menumpuk sangat rapat, sirkulasi oksigen ke dalam lapisan sedimen sangat terbatas. Kondisi anaerobik ini adalah mesin penggerak utama dalam ekosistem lebuk. Di bawah lapisan permukaan yang tipis, di mana terdapat oksigen terlarut, segera ditemukan zona reduksi yang kaya akan sulfida. Bau belerang yang khas, sering tercium di kawasan lebuk, adalah bukti langsung dari proses mikrobiologi reduksi sulfat yang terjadi di kedalaman lumpur tersebut.
Secara kimiawi, lebuk adalah bank nutrisi. Tingginya kandungan bahan organik yang berasal dari daun, akar, dan bangkai biota yang membusuk perlahan, memastikan bahwa lebuk sangat subur. Nitrogen dan Fosfor, unsur penting bagi kehidupan, tersedia melimpah, meskipun seringkali terikat dalam bentuk yang sulit diserap tanaman tanpa bantuan simbiosis mikroba. Keasaman (pH) lebuk seringkali bervariasi, dari netral hingga sedikit asam, tergantung pada tingkat pembusukan materi organik dan adanya pirit.
Definisi ekstensif ini penting untuk membedakan lebuk dari rawa gambut atau hutan mangrove biasa. Meskipun sering tumpang tindih, lebuk secara spesifik merujuk pada substrat lumpur aluvial yang sangat halus dan tergenang, bukan penumpukan materi organik yang tebal (gambut), atau area pasang surut berbatu. Lebuk adalah inti dari lumpur yang bergerak dan bernapas.