Massa skrotum, atau sering juga disebut benjolan pada buah zakar, adalah pembengkakan atau pertumbuhan tidak normal yang terjadi di dalam skrotum—kantong kulit yang menopang testis. Kondisi ini dapat menjadi sumber kekhawatiran yang signifikan bagi banyak pria, dan sering kali memicu kecemasan akan kemungkinan kanker. Namun, penting untuk dipahami bahwa tidak semua massa skrotum bersifat ganas. Mayoritas benjolan pada skrotum justru bersifat jinak, artinya tidak bersifat kanker dan tidak mengancam jiwa. Meskipun demikian, setiap benjolan baru atau perubahan pada skrotum harus selalu dievaluasi oleh profesional medis. Artikel ini akan membahas secara mendalam berbagai jenis massa skrotum, penyebabnya, gejala yang menyertainya, metode diagnosis, serta pilihan pengobatan yang tersedia. Pemahaman yang komprehensif mengenai topik ini diharapkan dapat memberikan edukasi yang diperlukan dan mendorong individu untuk mencari pertolongan medis tanpa menunda-nunda.
Anatomi Skrotum dan Organ yang Terkandung di Dalamnya
Untuk memahami massa skrotum, penting untuk memiliki pemahaman dasar tentang anatomi skrotum dan organ-organ vital yang berada di dalamnya. Skrotum adalah kantung kulit berotot yang menggantung di belakang penis, berfungsi sebagai pelindung dan pengatur suhu untuk testis. Suhu yang sedikit lebih rendah di dalam skrotum dibandingkan suhu tubuh normal sangat penting untuk produksi sperma yang sehat.
Di dalam skrotum, terdapat beberapa struktur penting:
- Testis (Buah Zakar): Ini adalah dua organ berbentuk oval yang bertanggung jawab untuk memproduksi sperma (spermatogenesis) dan hormon testosteron. Setiap testis melekat pada bagian dalam skrotum dan dilindungi oleh lapisan jaringan fibrosa.
- Epididimis: Sebuah struktur berbentuk seperti koma yang terletak di bagian belakang atas setiap testis. Epididimis berfungsi sebagai tempat penyimpanan dan pematangan sperma sebelum dikeluarkan. Sperma menghabiskan waktu beberapa hari hingga berminggu-minggu di epididimis untuk memperoleh kemampuan berenang dan membuahi.
- Vas Deferens: Tabung berotot yang panjang ini keluar dari epididimis dan membawa sperma dari skrotum menuju saluran ejakulasi di dalam panggul. Vas deferens adalah bagian dari korda spermatika.
- Korda Spermatika: Struktur seperti tali yang meluas dari setiap testis ke rongga perut. Korda spermatika mengandung vas deferens, pembuluh darah (arteri testikularis, vena pleksus pampiniformis), saraf, dan pembuluh limfatik. Berbagai massa dapat timbul dari komponen-komponen korda spermatika ini.
- Tunika Vaginalis: Kantung berselaput dua lapis yang menyelubungi testis dan sebagian epididimis. Di antara kedua lapisan ini terdapat sedikit cairan yang memungkinkan testis bergerak bebas. Kelebihan cairan di ruang ini dapat menyebabkan hidrokel.
Massa skrotum dapat berasal dari salah satu struktur ini atau jaringan di sekitarnya. Karakteristik massa (lokasi, ukuran, konsistensi, gejala yang menyertai) seringkali memberikan petunjuk awal mengenai penyebab yang mendasarinya.
Pentingnya Pemeriksaan Diri Skrotum (PES)
Sama seperti pemeriksaan payudara pada wanita, pemeriksaan diri skrotum (PES) adalah langkah penting dalam deteksi dini masalah pada buah zakar, termasuk massa. Melakukan PES secara rutin memungkinkan pria untuk familiar dengan anatomi normal tubuhnya, sehingga dapat lebih cepat mengenali perubahan atau benjolan yang baru muncul.
Bagaimana Melakukan PES yang Benar:
- Waktu Terbaik: Lakukan PES saat mandi air hangat atau setelah mandi. Panas dari air akan mengendurkan kulit skrotum, membuat testis lebih mudah untuk diperiksa.
- Posisi: Berdiri di depan cermin.
- Langkah 1: Periksa Visual: Perhatikan skrotum Anda. Apakah ada pembengkakan, perubahan warna, atau benjolan yang terlihat jelas pada kulit skrotum?
- Langkah 2: Periksa Setiap Testis: Pegang satu testis dengan kedua tangan. Letakkan jari telunjuk dan jari tengah di bawah testis dan ibu jari di atas.
- Langkah 3: Rasakan dengan Lembut: Dengan lembut gulirkan testis di antara ibu jari dan jari Anda. Testis harus terasa halus, berbentuk oval, dan sedikit kenyal (mirip kekenyalan telur rebus yang sudah dikupas). Jangan panik jika satu testis sedikit lebih besar dari yang lain, atau jika salah satunya menggantung lebih rendah—ini normal.
- Langkah 4: Kenali Epididimis: Di bagian belakang atas setiap testis, Anda akan merasakan struktur seperti tabung yang lembut, ini adalah epididimis. Mungkin terasa sedikit bergulir atau seperti tali. Ini juga normal.
- Langkah 5: Rasakan Korda Spermatika: Di bagian atas epididimis, Anda akan merasakan tabung yang lebih kaku menuju ke atas. Ini adalah korda spermatika.
- Langkah 6: Cari Perubahan: Cari adanya benjolan, pembengkakan, atau area yang tidak biasa, terutama yang terasa keras, kencang, atau nyeri. Perhatikan juga perubahan ukuran, bentuk, atau konsistensi testis.
- Ulangi untuk Testis Lain: Lakukan langkah yang sama untuk testis yang satunya.
Idealnya, PES harus dilakukan setiap bulan. Jika Anda menemukan benjolan baru, pembengkakan, nyeri, atau perubahan lainnya yang mengkhawatirkan, segera konsultasikan dengan dokter. Deteksi dini sangat penting, terutama untuk kondisi seperti kanker testis.
Kapan Harus Mencari Pertolongan Medis?
Meskipun banyak massa skrotum bersifat jinak, ada beberapa tanda dan gejala yang mengindikasikan bahwa Anda harus segera mencari pertolongan medis. Jangan menunda jika Anda mengalami salah satu dari kondisi berikut:
- Benjolan Baru atau Pembengkakan: Setiap benjolan baru yang teraba di skrotum atau testis, bahkan jika tidak nyeri.
- Nyeri Skrotum Akut dan Mendadak: Nyeri parah dan mendadak di skrotum adalah tanda darurat medis yang dapat mengindikasikan torsio testis.
- Nyeri atau Ketidaknyamanan yang Berlanjut: Nyeri yang tidak hilang atau memburuk seiring waktu.
- Perubahan Ukuran atau Bentuk Testis: Salah satu testis menjadi lebih besar, lebih keras, atau berubah bentuk.
- Perasaan Berat di Skrotum: Rasa tidak nyaman atau berat yang konstan.
- Demam dan Nyeri Skrotum: Ini bisa menjadi tanda infeksi seperti epididimitis atau orkitis.
- Mual atau Muntah yang Disertai Nyeri Skrotum: Gejala ini, terutama bersama dengan nyeri hebat, bisa menjadi indikasi torsio testis.
- Darah dalam Urine atau Semen: Meskipun tidak selalu terkait langsung dengan massa skrotum, ini adalah gejala yang perlu dievaluasi.
- Benjolan yang Tumbuh Cepat: Benjolan yang membesar dalam waktu singkat.
- Benjolan yang Terasa Keras dan Tidak Nyeri: Terkadang, kanker testis tidak menimbulkan nyeri pada tahap awal.
Penting untuk tidak melakukan diagnosis diri. Hanya seorang profesional medis yang dapat menentukan penyebab pasti massa skrotum dan merencanakan penanganan yang tepat.
Penyebab Umum Massa Skrotum
Massa skrotum dapat disebabkan oleh berbagai kondisi, mulai dari yang relatif tidak berbahaya hingga yang memerlukan perhatian medis segera. Berikut adalah beberapa penyebab paling umum:
1. Hernia Inguinalis/Skrotalis
Hernia inguinalis terjadi ketika sebagian usus atau jaringan lemak dari rongga perut menonjol melalui titik lemah di dinding otot perut bagian bawah, masuk ke saluran inguinalis. Jika tonjolan ini cukup besar, ia dapat turun ke dalam skrotum, membentuk hernia skrotalis. Ini adalah salah satu jenis hernia yang paling umum pada pria.
Jenis dan Mekanisme
- Hernia Inguinalis Tidak Langsung (Indirect Inguinal Hernia): Ini adalah jenis yang paling umum dan sering bawaan. Terjadi ketika sebagian usus menonjol melalui cincin inguinalis internal yang gagal menutup sepenuhnya setelah testis turun. Ini sering turun ke skrotum.
- Hernia Inguinalis Langsung (Direct Inguinal Hernia): Terjadi ketika sebagian usus mendorong langsung melalui titik lemah di dasar saluran inguinalis, bukan melalui cincin internal. Biasanya terjadi pada pria paruh baya atau lebih tua akibat ketegangan berulang (batuk kronis, angkat berat).
Gejala
Hernia inguinalis skrotalis biasanya muncul sebagai benjolan lunak di selangkangan atau skrotum yang mungkin hilang saat berbaring dan muncul kembali saat batuk, mengejan, atau berdiri. Gejala lain meliputi:
- Pembengkakan atau tonjolan di salah satu sisi selangkangan yang meluas ke skrotum.
- Nyeri atau rasa tidak nyaman di area tonjolan, terutama saat membungkuk, batuk, atau mengangkat benda berat.
- Rasa berat atau tekanan di selangkangan.
- Pada kasus yang parah, nyeri akut, mual, muntah, dan benjolan yang tidak dapat didorong kembali (inkarserasi atau strangulasi) yang merupakan keadaan darurat medis.
Diagnosis dan Pengobatan
Diagnosis biasanya dilakukan melalui pemeriksaan fisik, di mana dokter akan merasakan benjolan dan meminta pasien batuk atau mengejan. Ultrasonografi (USG) dapat membantu mengkonfirmasi diagnosis. Pengobatan standar untuk hernia adalah operasi (herniorafi), di mana jaringan yang menonjol didorong kembali ke dalam perut dan dinding otot yang lemah diperbaiki, seringkali dengan menggunakan jaring (mesh) untuk memperkuat area tersebut. Pembedahan dapat dilakukan secara terbuka atau laparoskopi.
2. Hidrokel
Hidrokel adalah penumpukan cairan di sekitar salah satu atau kedua testis, di dalam tunika vaginalis. Ini adalah penyebab umum pembengkakan skrotum dan biasanya tidak berbahaya.
Penyebab
- Hidrokel Kongenital (Bawaan): Umum pada bayi laki-laki. Terjadi ketika saluran antara perut dan skrotum (processus vaginalis) gagal menutup sepenuhnya setelah testis turun, memungkinkan cairan perut mengalir ke skrotum.
- Hidrokel Akuisita (Didapat): Terjadi pada pria dewasa karena cedera skrotum, peradangan (misalnya dari epididimitis atau orkitis), infeksi, atau sebagai komplikasi operasi (misalnya perbaikan hernia atau varikokel). Kadang-kadang tidak ada penyebab yang jelas.
Gejala
Gejala utama adalah pembengkakan skrotum yang tidak nyeri, seringkali terasa seperti balon berisi air. Ukurannya bisa bervariasi sepanjang hari, seringkali lebih besar di malam hari. Hidrokel biasanya terasa lembut dan tidak nyeri saat disentuh. Dalam beberapa kasus, hidrokel yang sangat besar dapat menyebabkan rasa berat atau ketidaknyamanan.
Diagnosis dan Pengobatan
Diagnosis dilakukan melalui pemeriksaan fisik dan transluminasi (penyinaran skrotum dengan senter—hidrokel akan menyala karena berisi cairan bening). USG skrotum akan mengkonfirmasi diagnosis dan menyingkirkan penyebab lain. Hidrokel pada bayi seringkali hilang dengan sendirinya sebelum usia 1 atau 2 tahun. Pada orang dewasa, jika hidrokel tidak menimbulkan gejala atau tidak terlalu besar, observasi mungkin cukup. Jika menyebabkan ketidaknyamanan, pembengkakan yang signifikan, atau kecemasan, pengobatan berupa operasi (hidrokelektomi) untuk mengangkat kantung cairan dapat dilakukan.
3. Spermatokel (Kista Epididimis)
Spermatokel adalah kista berisi cairan yang terbentuk di epididimis, biasanya berisi cairan bening atau keruh yang mungkin mengandung sperma mati. Kondisi ini umumnya jinak dan tidak berbahaya.
Penyebab
Penyebab pasti spermatokel tidak selalu jelas, tetapi diperkirakan terjadi akibat penyumbatan pada salah satu tubulus yang mengangkut sperma dari epididimis. Hal ini dapat menyebabkan penumpukan sperma dan cairan yang kemudian membentuk kista.
Gejala
Sebagian besar spermatokel berukuran kecil dan tidak menimbulkan gejala. Jika spermatokel tumbuh lebih besar, dapat menyebabkan:
- Benjolan di bagian atas atau belakang testis yang terasa halus, lunak, dan terpisah dari testis.
- Rasa berat atau penuh di skrotum.
- Ketidaknyamanan ringan atau nyeri tumpul (jarang terjadi).
Diagnosis dan Pengobatan
Diagnosis dilakukan melalui pemeriksaan fisik, di mana dokter dapat meraba kista yang terpisah dari testis. USG skrotum digunakan untuk mengkonfirmasi diagnosis, membedakannya dari massa lain, dan menentukan apakah kista mengandung cairan. Spermatokel biasanya tidak memerlukan pengobatan kecuali jika ukurannya besar dan menyebabkan gejala. Dalam kasus tersebut, pembedahan (spermatoselektomi) dapat dilakukan untuk mengangkat kista. Aspirasi cairan (penyedotan cairan dengan jarum) jarang dilakukan karena kista sering kambuh dan ada risiko infeksi.
4. Varikokel
Varikokel adalah pembengkakan pembuluh darah vena di dalam skrotum yang mengalirkan darah dari testis, mirip dengan varises di kaki. Kondisi ini lebih sering terjadi di sisi kiri skrotum dan merupakan penyebab umum infertilitas pria.
Penyebab
Varikokel terjadi ketika katup di dalam vena skrotum tidak berfungsi dengan baik, menyebabkan darah mengalir kembali dan terkumpul di vena. Hal ini mengakibatkan pembesaran vena dan peningkatan suhu di sekitar testis, yang dapat mengganggu produksi dan kualitas sperma.
Gejala
Banyak varikokel tidak menimbulkan gejala dan ditemukan secara kebetulan saat pemeriksaan fisik. Jika ada gejala, mungkin termasuk:
- Massa atau pembengkakan di skrotum yang terasa seperti "sekumpulan cacing" atau "kantong cacing" (terutama saat berdiri).
- Rasa berat atau nyeri tumpul yang memburuk saat berdiri lama, berolahraga, atau di akhir hari, dan membaik saat berbaring.
- Ukuran testis yang mengecil (atrofi testis), terutama pada sisi yang terkena.
- Masalah kesuburan.
Diagnosis dan Pengobatan
Diagnosis varikokel dilakukan melalui pemeriksaan fisik. Dokter akan meminta pasien untuk berdiri dan mengejan (maneuver Valsalva) untuk melihat atau merasakan pembengkakan vena. USG Doppler skrotum adalah alat diagnostik utama untuk mengkonfirmasi adanya varikokel dan mengukur aliran darah. Pengobatan mungkin tidak diperlukan jika varikokel tidak menimbulkan gejala dan tidak memengaruhi kesuburan. Jika ada nyeri, atrofi testis, atau masalah kesuburan, intervensi dapat dipertimbangkan, seperti:
- Pembedahan (Laparoskopi atau Mikrosurgikal): Ligasi (pengikatan) vena yang terkena untuk mengarahkan aliran darah ke vena yang sehat.
- Embolisasi Perkutan: Prosedur non-bedah di mana kateter dimasukkan melalui pembuluh darah dan koil atau cairan disuntikkan untuk memblokir vena yang terkena.
5. Epididimitis
Epididimitis adalah peradangan pada epididimis, struktur di belakang testis tempat sperma disimpan dan matang. Kondisi ini bisa akut (mendadak dan parah) atau kronis (berlangsung lebih dari 6 minggu).
Penyebab
Penyebab paling umum adalah infeksi bakteri, termasuk:
- Infeksi Menular Seksual (IMS): Pada pria yang aktif secara seksual di bawah usia 35 tahun, penyebabnya seringkali adalah bakteri seperti Chlamydia trachomatis atau Neisseria gonorrhoeae.
- Infeksi Saluran Kemih (ISK) atau Prostat: Pada pria yang lebih tua atau yang tidak aktif secara seksual, bakteri E. coli atau bakteri lain dari saluran kemih dapat menyebar ke epididimis.
- Non-infeksi: Kadang-kadang, epididimitis dapat disebabkan oleh trauma, refluks urine ke dalam duktus ejakulatorius, atau penggunaan obat-obatan tertentu (misalnya amiodarone).
Gejala
Gejala dapat muncul secara bertahap dan meliputi:
- Nyeri dan nyeri tekan pada skrotum (biasanya di satu sisi), yang dapat memburuk saat buang air besar.
- Pembengkakan skrotum yang nyeri dan kemerahan.
- Demam dan menggigil.
- Nyeri saat buang air kecil atau buang air besar.
- Darah dalam semen (jarang).
- Peningkatan frekuensi buang air kecil atau urgensi.
- Pelepasan cairan dari penis (jika disebabkan oleh IMS).
Diagnosis dan Pengobatan
Diagnosis melibatkan pemeriksaan fisik, analisis urine (untuk mencari infeksi saluran kemih), dan tes IMS (jika dicurigai). USG skrotum dapat digunakan untuk membedakan epididimitis dari torsio testis atau kondisi lain. Pengobatan biasanya melibatkan antibiotik jika penyebabnya adalah bakteri, ditambah dengan istirahat, kompres dingin, obat pereda nyeri, dan penyangga skrotum untuk mengurangi pembengkakan dan nyeri.
6. Orkitis
Orkitis adalah peradangan pada testis itu sendiri. Ini sering terjadi bersamaan dengan epididimitis (epididimo-orkitis).
Penyebab
- Virus: Penyebab paling umum adalah virus gondong (mumps), terutama pada anak laki-laki pra-pubertas dan remaja. Virus lain seperti mononukleosis, coxsackievirus, atau echovirus juga bisa menyebabkan orkitis.
- Bakteri: Mirip dengan epididimitis, bakteri dari ISK atau IMS dapat menyebar ke testis.
- Trauma: Cedera pada testis juga bisa menyebabkan peradangan.
Gejala
Gejala orkitis mirip dengan epididimitis dan meliputi:
- Nyeri parah pada satu atau kedua testis.
- Pembengkakan, kemerahan, dan kehangatan pada skrotum.
- Demam dan menggigil.
- Mual dan sakit kepala.
- Perasaan berat di skrotum.
Diagnosis dan Pengobatan
Diagnosis melibatkan pemeriksaan fisik, riwayat medis (termasuk riwayat gondong), dan tes laboratorium (analisis urine, tes IMS, kadang tes darah). USG skrotum membantu menyingkirkan kondisi lain. Pengobatan tergantung pada penyebabnya:
- Orkitis Virus: Tidak ada pengobatan antivirus spesifik. Perawatan suportif meliputi istirahat, pereda nyeri (anti-inflamasi non-steroid), kompres dingin, dan penyangga skrotum.
- Orkitis Bakteri: Antibiotik diresepkan untuk mengatasi infeksi bakteri.
Penting untuk diingat bahwa orkitis yang disebabkan oleh gondong dapat menyebabkan atrofi testis dan, dalam kasus yang jarang, kemandulan.
7. Torsio Testis (Kegawatdaruratan Medis)
Torsio testis adalah kondisi gawat darurat medis yang terjadi ketika testis berputar pada korda spermatika, memotong suplai darah ke testis. Tanpa penanganan segera, suplai darah yang terputus dapat menyebabkan kerusakan permanen atau kematian testis.
Penyebab
Torsio testis paling sering terjadi pada anak laki-laki antara usia 12 dan 18 tahun, tetapi juga bisa terjadi pada bayi baru lahir atau pria dewasa. Penyebabnya adalah anomali kongenital yang disebut "bell clapper deformity," di mana testis tidak melekat erat pada skrotum, memungkinkannya berputar bebas. Ini bisa dipicu oleh aktivitas fisik, cedera, atau bahkan tidur.
Gejala
Gejala torsio testis sangat khas dan memerlukan perhatian medis segera:
- Nyeri skrotum yang mendadak dan parah, biasanya pada satu sisi, yang dapat terbangun dari tidur atau terjadi setelah aktivitas.
- Pembengkakan skrotum yang cepat.
- Kemerahan pada skrotum.
- Mual dan muntah.
- Testis yang terkena mungkin terasa lebih tinggi atau pada posisi yang tidak biasa di skrotum.
- Tidak ada demam atau gejala saluran kemih lainnya.
Diagnosis dan Pengobatan
Diagnosis torsio testis adalah kondisi klinis yang didasarkan pada gejala dan pemeriksaan fisik. Penundaan diagnosis dan pengobatan dapat memiliki konsekuensi serius. USG Doppler skrotum dapat menunjukkan tidak adanya aliran darah ke testis yang terkena, tetapi jika kecurigaan klinis tinggi, operasi eksplorasi tidak boleh ditunda untuk menunggu hasil USG. Pengobatan adalah bedah darurat. Pembedahan dilakukan untuk memutar kembali testis ke posisi semula dan menjepitnya (orchiopexy) ke dinding skrotum untuk mencegah kekambuhan. Jika dilakukan dalam waktu 4-6 jam setelah onset nyeri, peluang untuk menyelamatkan testis sangat tinggi. Setelah 12-24 jam, peluang penyelamatan menurun drastis.
8. Kanker Testis
Kanker testis adalah pertumbuhan sel ganas yang berkembang di testis. Meskipun relatif jarang, ini adalah kanker paling umum pada pria muda berusia 15-44 tahun dan merupakan salah satu kanker yang paling dapat diobati jika terdeteksi dini.
Faktor Risiko
- Kriptorkismus (Testis Tidak Turun): Ini adalah faktor risiko paling signifikan. Testis yang tidak turun dan tidak diperbaiki memiliki risiko lebih tinggi.
- Riwayat Kanker Testis Pribadi atau Keluarga: Pria yang pernah menderita kanker testis di satu testis memiliki risiko lebih tinggi untuk mengembangkannya di testis yang lain. Riwayat keluarga juga meningkatkan risiko.
- Sindrom Klinefelter: Kelainan kromosom ini meningkatkan risiko.
- Ras: Lebih umum pada pria kulit putih.
Jenis Kanker Testis
Sebagian besar kanker testis adalah tumor sel germinal, yang terbagi menjadi dua sub-tipe utama:
- Seminoma: Biasanya tumbuh lebih lambat dan lebih sering terjadi pada pria berusia 30-an dan 40-an.
- Non-seminoma: Ini adalah kelompok yang lebih agresif, tumbuh lebih cepat, dan sering terjadi pada pria akhir remaja hingga awal 30-an. Jenis non-seminoma meliputi karsinoma embrional, karsinoma kantung kuning telur, koriokarsinoma, dan teratoma.
Gejala
Gejala paling umum adalah benjolan atau pembengkakan yang tidak nyeri pada salah satu testis. Gejala lain dapat meliputi:
- Perasaan berat di skrotum.
- Nyeri tumpul di perut bagian bawah atau selangkangan.
- Perubahan ukuran atau konsistensi testis.
- Nyeri atau rasa tidak nyaman pada skrotum atau testis (jarang terjadi pada tahap awal).
- Pembesaran atau nyeri pada payudara (jarang, karena hormon yang dihasilkan oleh beberapa tumor).
Jika kanker telah menyebar, gejala tambahan dapat termasuk nyeri punggung, sesak napas, nyeri dada, atau pembengkakan kaki.
Diagnosis
Diagnosis kanker testis melibatkan beberapa langkah:
- Pemeriksaan Fisik: Dokter akan merasakan testis dan skrotum untuk benjolan.
- USG Skrotum: Ini adalah pemeriksaan pencitraan utama untuk mengidentifikasi dan mengkarakterisasi benjolan di dalam skrotum.
- Tes Darah (Penanda Tumor): Beberapa jenis kanker testis menghasilkan protein yang dapat dideteksi dalam darah, seperti Alpha-fetoprotein (AFP), Human Chorionic Gonadotropin (HCG), dan Lactate Dehydrogenase (LDH). Tingkat penanda ini membantu dalam diagnosis, staging, dan pemantauan respons terhadap pengobatan.
- Orkiektomi Inguinalis Radikal: Biopsi testis tidak dilakukan melalui skrotum karena risiko penyebaran sel kanker. Diagnosis definitif dibuat dengan mengangkat seluruh testis (orkiektomi) melalui sayatan di selangkangan dan kemudian memeriksanya di bawah mikroskop.
- Staging (Penentuan Stadium): Jika kanker terkonfirmasi, pemindaian CT (computed tomography) dada, perut, dan panggul akan dilakukan untuk memeriksa apakah kanker telah menyebar ke kelenjar getah bening atau organ lain.
Pengobatan
Pengobatan kanker testis sangat efektif dan tergantung pada jenis kanker, stadium, dan penanda tumor. Pilihan pengobatan meliputi:
- Pembedahan (Orkiektomi Radikal Inguinalis): Ini adalah langkah pertama untuk semua jenis kanker testis, di mana testis yang terkena diangkat.
- Radiasi (Terapi Radiasi): Lebih sering digunakan untuk seminoma stadium awal untuk membunuh sel kanker yang mungkin telah menyebar ke kelenjar getah bening terdekat.
- Kemoterapi: Digunakan untuk kanker yang lebih lanjut atau telah menyebar, atau untuk jenis non-seminoma. Protokol kemoterapi yang umum termasuk rejimen BEP (Bleomycin, Etoposide, Cisplatin).
- Surveillance (Pengawasan Aktif): Untuk kasus stadium awal tertentu, terutama seminoma, pengawasan ketat dengan pemeriksaan rutin dan tes darah dapat menjadi pilihan, menghindari terapi tambahan yang tidak perlu.
Prognosis untuk kanker testis sangat baik, terutama jika terdeteksi dan diobati pada tahap awal. Tingkat kesembuhan mendekati 95% atau lebih.
9. Kista Selsai (Sebaceous Cyst)
Kista selsai adalah benjolan kecil yang terbentuk di bawah kulit skrotum. Ini terjadi ketika kelenjar sebaceous (penghasil minyak) tersumbat dan isinya menumpuk.
Penyebab dan Gejala
Kista selsai disebabkan oleh penumpukan sebum (minyak kulit) di kelenjar sebaceous yang tersumbat. Mereka biasanya muncul sebagai benjolan kecil, halus, dan tidak nyeri di permukaan kulit skrotum. Jika terinfeksi, kista bisa menjadi merah, bengkak, dan nyeri.
Diagnosis dan Pengobatan
Diagnosis biasanya melalui pemeriksaan fisik. Kista selsai umumnya tidak memerlukan pengobatan kecuali jika menjadi besar, terinfeksi, atau menyebabkan ketidaknyamanan. Dalam kasus tersebut, dapat diangkat melalui prosedur bedah kecil.
10. Lipoma
Lipoma adalah tumor jinak yang terdiri dari sel-sel lemak. Lipoma dapat muncul di mana saja di tubuh, termasuk di skrotum atau korda spermatika.
Penyebab dan Gejala
Penyebab pasti lipoma tidak diketahui, tetapi cenderung berjalan dalam keluarga. Di skrotum, lipoma terasa sebagai benjolan lunak, kenyal, dan mudah digerakkan di bawah kulit. Mereka biasanya tidak nyeri kecuali jika tumbuh besar dan menekan saraf atau struktur lain.
Diagnosis dan Pengobatan
Diagnosis biasanya berdasarkan pemeriksaan fisik. USG atau MRI dapat membantu mengkonfirmasi sifat lemak dari massa. Lipoma biasanya tidak memerlukan pengobatan. Jika menyebabkan gejala atau jika diagnosis tidak pasti, dapat diangkat melalui operasi.
11. Hematocele
Hematocele adalah penumpukan darah di sekitar testis di dalam tunika vaginalis.
Penyebab dan Gejala
Penyebab paling umum adalah trauma pada skrotum atau testis. Hal ini juga dapat terjadi setelah operasi skrotum. Gejala meliputi pembengkakan skrotum yang cepat dan nyeri, seringkali disertai perubahan warna kulit menjadi kebiruan atau ungu.
Diagnosis dan Pengobatan
Diagnosis dilakukan melalui pemeriksaan fisik dan USG skrotum. Hematocele kecil dapat diobati secara konservatif dengan istirahat dan kompres es. Hematocele yang besar atau bergejala mungkin memerlukan drainase bedah untuk menghilangkan darah dan mencegah komplikasi.
12. Pyocel
Pyocel adalah penumpukan nanah di sekitar testis di dalam tunika vaginalis.
Penyebab dan Gejala
Ini biasanya merupakan komplikasi dari infeksi berat pada testis atau epididimis, seperti epididimitis atau orkitis yang tidak diobati. Gejala termasuk nyeri hebat, pembengkakan skrotum, kemerahan, kehangatan, dan demam tinggi. Skrotum akan terasa sangat lunak dan nyeri saat disentuh.
Diagnosis dan Pengobatan
Diagnosis didasarkan pada pemeriksaan fisik, tes darah (peningkatan sel darah putih), dan USG skrotum yang akan menunjukkan kumpulan cairan yang kompleks dan tebal. Pengobatan melibatkan drainase bedah nanah dan antibiotik intravena untuk mengatasi infeksi.
Proses Diagnosis Massa Skrotum
Ketika seorang pria menemukan massa di skrotumnya, langkah pertama dan terpenting adalah berkonsultasi dengan dokter. Proses diagnosis yang sistematis akan membantu menentukan penyebab massa dan memastikan penanganan yang tepat.
1. Anamnesis (Pengambilan Riwayat Medis)
Dokter akan mengajukan serangkaian pertanyaan untuk memahami gejala Anda, meliputi:
- Kapan Anda pertama kali merasakan benjolan?
- Apakah benjolan muncul tiba-tiba atau bertahap?
- Apakah ada nyeri? Jika ya, bagaimana karakteristik nyeri tersebut (tumpul, tajam, konstan, intermiten), seberapa parah, dan apa yang memperburuk atau meringankannya?
- Apakah ada perubahan ukuran atau bentuk benjolan?
- Apakah Anda memiliki demam, mual, atau muntah?
- Apakah ada riwayat trauma pada skrotum?
- Apakah ada riwayat infeksi saluran kemih (ISK) atau infeksi menular seksual (IMS)?
- Riwayat kesehatan masa lalu, termasuk riwayat operasi (misalnya perbaikan hernia), kriptorkismus (testis tidak turun), atau riwayat keluarga kanker testis.
- Obat-obatan yang sedang dikonsumsi.
- Aktivitas seksual.
2. Pemeriksaan Fisik
Ini adalah bagian krusial dari diagnosis. Dokter akan melakukan pemeriksaan menyeluruh pada skrotum, testis, dan area selangkangan. Pemeriksaan meliputi:
- Inspeksi: Melihat skrotum untuk tanda-tanda pembengkakan, kemerahan, atau perubahan kulit.
- Palpasi: Meraba testis, epididimis, dan korda spermatika untuk merasakan ukuran, bentuk, konsistensi, lokasi, dan nyeri pada massa. Dokter akan mencoba menentukan apakah massa berasal dari testis itu sendiri atau struktur di luarnya.
- Transluminasi: Dokter mungkin menyinari skrotum dengan senter. Massa yang berisi cairan (seperti hidrokel atau spermatokel) akan menyala, sementara massa padat (seperti tumor atau hernia) tidak.
- Pemeriksaan Hernia: Pasien mungkin diminta batuk atau mengejan untuk memeriksa hernia inguinalis.
- Pemeriksaan Abdomen dan Nodus Limfa: Untuk memeriksa tanda-tanda penyebaran penyakit jika dicurigai kanker.
3. Pencitraan
- Ultrasonografi (USG) Skrotum: Ini adalah pemeriksaan pencitraan pilihan pertama dan paling informatif untuk massa skrotum. USG dapat membedakan antara massa padat (lebih mungkin tumor) dan massa kistik (berisi cairan, seperti hidrokel atau spermatokel). Ini juga dapat menilai aliran darah ke testis (penting untuk torsio testis) dan mengidentifikasi tanda-tanda peradangan.
- CT Scan atau MRI: Jika dicurigai kanker testis, CT scan dada, perut, dan panggul mungkin diperlukan untuk mencari tanda-tanda penyebaran kanker ke kelenjar getah bening atau organ lain. MRI jarang digunakan untuk massa skrotum primer tetapi dapat membantu dalam kasus tertentu.
4. Pemeriksaan Laboratorium
- Tes Darah:
- Penanda Tumor (AFP, HCG, LDH): Penting jika dicurigai kanker testis. Tingkat penanda ini dapat membantu dalam diagnosis, staging, dan pemantauan respons terhadap pengobatan.
- Hitung Darah Lengkap (HDL): Untuk memeriksa tanda-tanda infeksi (peningkatan sel darah putih).
- C-Reactive Protein (CRP): Penanda inflamasi.
- Analisis Urine dan Kultur Urine: Untuk mendeteksi infeksi saluran kemih yang dapat menyebabkan epididimitis atau orkitis.
- Tes Infeksi Menular Seksual (IMS): Jika dicurigai IMS sebagai penyebab epididimitis.
5. Biopsi (Jarang, dan Hanya dalam Kasus Tertentu)
Biopsi langsung pada testis untuk mendiagnosis kanker testis jarang dilakukan melalui skrotum karena risiko penyebaran sel kanker. Jika ada kecurigaan kuat kanker berdasarkan pemeriksaan dan pencitraan, diagnosis definitif biasanya dibuat dengan mengangkat seluruh testis (orkiektomi inguinalis radikal) melalui sayatan di selangkangan, dan kemudian memeriksanya di bawah mikroskop.
Dengan menggabungkan semua informasi dari anamnesis, pemeriksaan fisik, dan tes diagnostik, dokter dapat membuat diagnosis yang akurat dan merekomendasikan rencana pengobatan yang paling tepat.
Pilihan Pengobatan Umum untuk Massa Skrotum
Pengobatan massa skrotum sangat bervariasi tergantung pada penyebab yang mendasarinya. Setelah diagnosis yang akurat, dokter akan merekomendasikan pilihan penanganan yang paling sesuai.
1. Observasi dan Pemantauan
Banyak massa skrotum yang jinak, berukuran kecil, dan tidak menimbulkan gejala, mungkin tidak memerlukan pengobatan aktif. Contohnya meliputi spermatokel kecil, hidrokel kecil yang tidak mengganggu, atau varikokel yang asimtomatik dan tidak memengaruhi kesuburan.
- Indikasi: Massa jinak, asimtomatik, tidak membesar dengan cepat.
- Tatalaksana: Dokter mungkin akan merekomendasikan pemeriksaan diri rutin dan kunjungan tindak lanjut berkala untuk memastikan massa tidak berubah atau memburuk.
2. Terapi Obat-obatan
Untuk massa yang disebabkan oleh infeksi atau peradangan, obat-obatan adalah lini pertama pengobatan.
- Antibiotik: Digunakan untuk mengobati infeksi bakteri pada epididimitis atau orkitis. Penting untuk menyelesaikan seluruh dosis antibiotik yang diresepkan, bahkan jika gejala membaik, untuk mencegah kekambuhan atau resistensi.
- Obat Anti-inflamasi Non-Steroid (OAINS): Seperti ibuprofen atau naproxen, untuk mengurangi nyeri dan peradangan yang terkait dengan epididimitis, orkitis, atau cedera.
- Obat Pereda Nyeri: Untuk mengelola ketidaknyamanan.
3. Pembedahan
Pembedahan diperlukan untuk banyak jenis massa skrotum, terutama yang bersifat ganas, menyebabkan gejala signifikan, atau komplikasi.
- Orkiektomi Radikal Inguinalis: Pengangkatan seluruh testis yang terkena melalui sayatan di selangkangan. Ini adalah standar emas untuk diagnosis dan pengobatan awal kanker testis.
- Herniorafi: Perbaikan bedah untuk hernia inguinalis skrotalis, di mana jaringan yang menonjol didorong kembali dan dinding otot diperbaiki, seringkali dengan jaring (mesh).
- Hidrokelektomi: Pengangkatan kantung hidrokel yang berisi cairan.
- Spermatoselektomi: Pengangkatan kista spermatokel.
- Ligasi Varikokel: Pengikatan vena yang terkena untuk mengatasi varikokel. Dapat dilakukan secara terbuka (mikrosurgikal) atau laparoskopi.
- Orchiopexy: Penjepitan testis ke dinding skrotum untuk mencegah torsio testis kambuh. Ini adalah bagian dari operasi darurat untuk torsio testis.
- Drainase Abses/Pyocel: Pembedahan untuk mengalirkan nanah dari abses atau pyocel.
4. Prosedur Non-Bedah
- Embolisasi Perkutan: Prosedur radiologi intervensi untuk varikokel, di mana kateter dimasukkan ke dalam vena dan bahan (misalnya koil) digunakan untuk memblokir aliran darah.
- Aspirasi dan Skleroterapi: Terkadang dilakukan untuk hidrokel atau spermatokel, di mana cairan disedot dengan jarum dan kemudian bahan sklerosing disuntikkan untuk mencegah penumpukan cairan kembali. Namun, ini memiliki tingkat kekambuhan yang lebih tinggi dan potensi komplikasi dibandingkan operasi.
5. Terapi Tambahan untuk Kanker Testis
Selain orkiektomi, pasien dengan kanker testis mungkin memerlukan terapi tambahan tergantung pada stadium dan jenis kanker:
- Kemoterapi: Penggunaan obat-obatan untuk membunuh sel kanker, biasanya diberikan secara intravena. Protokol yang umum termasuk rejimen BEP (Bleomycin, Etoposide, Cisplatin).
- Terapi Radiasi: Penggunaan sinar berenergi tinggi untuk membunuh sel kanker. Biasanya ditargetkan pada kelenjar getah bening di perut atau panggul.
- Surveillance (Pengawasan Aktif): Untuk beberapa kasus kanker testis stadium awal, dokter mungkin merekomendasikan pemantauan ketat tanpa terapi tambahan, dengan pemeriksaan rutin dan tes darah.
6. Perubahan Gaya Hidup dan Tindakan Suportif
Untuk kondisi inflamasi atau nyeri, tindakan suportif dapat sangat membantu:
- Kompres Dingin: Untuk mengurangi pembengkakan dan nyeri.
- Penyangga Skrotum: Untuk memberikan dukungan dan mengurangi ketidaknyamanan.
- Istirahat: Mengurangi aktivitas fisik yang berat.
- Hindari Ketegangan: Untuk hernia, menghindari mengangkat beban berat atau mengejan dapat membantu mencegah perburukan gejala.
Penting untuk selalu mengikuti instruksi dokter dan tidak mencoba mengobati sendiri massa skrotum. Diagnosis yang tepat adalah kunci untuk pengobatan yang efektif.
Dampak Psikologis dan Sosial Massa Skrotum
Menemukan benjolan atau massa di skrotum tidak hanya menimbulkan kekhawatiran fisik, tetapi juga dapat memiliki dampak psikologis dan sosial yang signifikan pada individu. Kecemasan, ketakutan, dan stres adalah respons yang umum, terlepas dari apakah massa tersebut jinak atau ganas.
1. Kecemasan dan Ketakutan
- Ketakutan akan Kanker: Ini adalah kekhawatiran terbesar bagi kebanyakan pria. Bahkan jika hasilnya jinak, proses menunggu diagnosis dan hasil tes dapat sangat menegangkan.
- Ketakutan akan Operasi: Prospek menjalani operasi, terutama di area yang sensitif, dapat memicu kecemasan.
- Kekhawatiran tentang Kesehatan Seksual dan Reproduksi: Banyak pria khawatir tentang bagaimana massa atau pengobatannya akan memengaruhi fungsi seksual, kesuburan, atau citra tubuh.
2. Dampak pada Citra Diri dan Maskulinitas
- Skrotum dan testis adalah simbol maskulinitas dan vitalitas bagi banyak pria. Perubahan pada area ini dapat memengaruhi citra diri dan kepercayaan diri.
- Perasaan malu atau enggan untuk membahas masalah ini dengan pasangan atau teman juga umum terjadi.
3. Masalah Kesuburan
- Kondisi seperti varikokel, torsio testis yang tidak diobati, atau orkitis dapat memengaruhi produksi sperma dan berpotensi menyebabkan infertilitas.
- Pengobatan kanker testis (orkiektomi, kemoterapi, radiasi) juga dapat memengaruhi kesuburan. Pria yang akan menjalani pengobatan kanker testis mungkin ingin membahas opsi pembekuan sperma dengan dokter mereka.
- Kekhawatiran tentang kesuburan dapat menjadi sumber stres yang besar, terutama bagi pria yang berencana memiliki anak di masa depan.
4. Hubungan Interpersonal
- Kecemasan dan stres dapat memengaruhi hubungan dengan pasangan. Komunikasi terbuka sangat penting untuk membantu pasangan memahami dan memberikan dukungan.
- Beberapa pria mungkin menarik diri secara sosial karena rasa malu atau ketidaknyamanan.
5. Dukungan Psikologis
Penting untuk diingat bahwa mencari dukungan psikologis, seperti konseling atau kelompok dukungan, adalah hal yang wajar dan bermanfaat. Berbicara dengan profesional kesehatan mental dapat membantu individu mengatasi kecemasan, depresi, atau masalah citra diri yang mungkin timbul.
Pendidikan yang tepat dari dokter mengenai kondisi tersebut dan pilihan pengobatan dapat mengurangi kecemasan. Mengetahui bahwa mayoritas massa skrotum adalah jinak dan sebagian besar kondisi dapat diobati dengan efektif seringkali memberikan kelegaan yang signifikan.
Pencegahan dan Edukasi
Meskipun tidak semua massa skrotum dapat dicegah, ada beberapa langkah yang dapat diambil untuk mengurangi risiko dan meningkatkan peluang deteksi dini.
1. Pemeriksaan Diri Skrotum (PES) Secara Rutin
Seperti yang telah dibahas sebelumnya, PES adalah alat yang paling efektif untuk deteksi dini. Melakukan PES setiap bulan membantu Anda familiar dengan apa yang normal bagi tubuh Anda dan segera mengenali setiap perubahan.
2. Vaksinasi
Vaksinasi terhadap gondong (bagian dari vaksin MMR) dapat mencegah orkitis yang disebabkan oleh virus gondong, terutama pada anak laki-laki.
3. Praktik Seks Aman
Menggunakan kondom saat berhubungan seksual dapat mengurangi risiko infeksi menular seksual (IMS) yang merupakan penyebab umum epididimitis.
4. Pencegahan Cedera
Meskipun tidak selalu mungkin, hindari cedera pada skrotum dengan mengenakan pelindung atletik yang tepat saat berolahraga atau melakukan aktivitas yang berisiko.
5. Penanganan Kriptorkismus
Pada anak laki-laki dengan testis tidak turun (kriptorkismus), operasi orchiopexy (untuk menurunkan testis ke skrotum) pada usia dini direkomendasikan. Meskipun operasi ini tidak menghilangkan risiko kanker testis sepenuhnya, namun dapat mempermudah pemeriksaan dan deteksi dini.
6. Hidrasi yang Cukup
Minum banyak air dapat membantu mencegah infeksi saluran kemih (ISK) yang dapat menyebar dan menyebabkan epididimitis atau orkitis.
7. Segera Mencari Pertolongan Medis
Jangan menunda jika Anda merasakan benjolan baru, nyeri, atau perubahan lainnya di skrotum Anda. Deteksi dan pengobatan dini seringkali merupakan kunci keberhasilan penanganan banyak kondisi, termasuk kanker testis dan torsio testis (kondisi darurat).
8. Edukasi Diri dan Lingkungan
Meningkatkan kesadaran tentang kesehatan skrotum dan pentingnya deteksi dini di kalangan pria dapat mendorong lebih banyak individu untuk melakukan pemeriksaan diri dan mencari bantuan medis saat diperlukan. Menghilangkan stigma seputar masalah kesehatan pria juga sangat penting.
Dengan menerapkan langkah-langkah pencegahan dan edukasi ini, pria dapat memainkan peran aktif dalam menjaga kesehatan skrotum mereka dan memastikan deteksi dini jika ada masalah yang timbul.
Kesimpulan
Massa skrotum adalah istilah umum untuk benjolan atau pembengkakan di dalam skrotum, dan seringkali menjadi sumber kekhawatiran besar bagi pria. Penting untuk diingat bahwa mayoritas massa skrotum bersifat jinak dan tidak mengancam jiwa. Namun, spektrum penyebabnya sangat luas, mulai dari kondisi umum seperti hernia, hidrokel, spermatokel, varikokel, dan infeksi seperti epididimitis atau orkitis, hingga kondisi yang memerlukan perhatian medis segera seperti torsio testis atau kanker testis.
Kunci utama dalam menangani massa skrotum adalah deteksi dini dan diagnosis yang akurat. Pemeriksaan diri skrotum (PES) secara rutin adalah kebiasaan sederhana namun sangat efektif yang harus dilakukan setiap pria untuk familiar dengan anatomi normal tubuhnya. Setiap benjolan baru, perubahan ukuran atau bentuk, nyeri, atau gejala lain yang mengkhawatirkan harus segera dievaluasi oleh profesional medis. Penundaan dapat memiliki konsekuensi serius, terutama pada kasus torsio testis yang merupakan keadaan darurat bedah, atau kanker testis yang memiliki prognosis sangat baik jika didiagnosis pada tahap awal.
Proses diagnosis melibatkan anamnesis yang cermat, pemeriksaan fisik menyeluruh, dan seringkali didukung oleh pencitraan seperti ultrasonografi (USG) skrotum, serta tes laboratorium spesifik. Setelah diagnosis ditegakkan, pilihan pengobatan akan disesuaikan dengan penyebabnya, mulai dari observasi, terapi obat-obatan, hingga berbagai jenis prosedur bedah atau terapi tambahan seperti kemoterapi dan radiasi untuk kasus keganasan.
Selain aspek fisik, massa skrotum juga dapat menimbulkan dampak psikologis yang signifikan, seperti kecemasan, ketakutan akan kanker, dan kekhawatiran tentang kesuburan atau citra diri. Mendapatkan informasi yang akurat dari dokter dan mencari dukungan jika diperlukan adalah langkah penting untuk mengatasi aspek-aspek ini. Dengan pemahaman yang baik, praktik pencegahan, dan kesediaan untuk segera mencari pertolongan medis, pria dapat menjaga kesehatan skrotum mereka dan memastikan hasil terbaik jika ada masalah yang muncul. Jangan pernah mengabaikan benjolan pada buah zakar; konsultasi medis adalah langkah paling bijaksana.