Ilustrasi tanjak Melayu

Melayu Langkat: Permata Budaya di Pesisir Timur

Di pesisir timur Sumatera, terhampar sebuah negeri yang kaya akan warisan budaya, sastra, dan adat istiadat. Inilah Langkat, sebuah nama yang beresonansi dengan keagungan masa lalu dan kelembutan budi pekerti. Budaya Melayu Langkat bukan sekadar rangkaian tradisi, melainkan sebuah falsafah hidup yang terjalin erat dalam setiap sendi kehidupan masyarakatnya, dari buaian hingga liang lahat.

Akar Sejarah dan Perjalanan Negeri Bertuah

Kisah Melayu Langkat berawal dari denyut peradaban di sepanjang aliran sungai, di mana komunitas-komunitas kecil tumbuh dan berkembang. Narasi lisan yang diwariskan dari generasi ke generasi menceritakan tentang para perintis yang membuka lahan, membangun pemukiman, dan meletakkan dasar-dasar tatanan sosial yang kelak menjadi cikal bakal sebuah entitas politik yang disegani. Jauh sebelum peta modern tergambar, Langkat telah menjadi titik temu para pedagang, ulama, dan seniman dari berbagai penjuru dunia Melayu.

Puncak kejayaan peradaban Melayu Langkat ditandai dengan berdirinya sebuah kesultanan yang megah. Institusi ini bukan hanya menjadi pusat pemerintahan, tetapi juga episentrum kebudayaan dan penyebaran ilmu pengetahuan agama. Istana menjadi simbol kemakmuran, tempat para pujangga merangkai kata, para seniman mengukir karya, dan para alim ulama menyebarkan ajaran. Pada masa ini, Langkat dikenal sebagai negeri yang makmur, di mana adat dan syariat berjalan seiring seirama, menciptakan masyarakat yang tertib, beradab, dan menjunjung tinggi nilai-nilai luhur.

Kemakmuran negeri ini menarik perhatian bangsa-bangsa dari seberang lautan. Datangnya pengaruh asing membawa perubahan besar dalam lanskap ekonomi dan politik. Meski menghadapi tantangan zaman, masyarakat Melayu Langkat menunjukkan daya tahan yang luar biasa. Mereka beradaptasi tanpa kehilangan jati diri, menyerap unsur-unsur baru sambil tetap berpegang teguh pada akar tradisi. Istana tetap menjadi penjaga marwah, sementara rakyat terus menghidupkan adat dalam kehidupan sehari-hari.

Pergolakan besar yang melanda nusantara setelah proklamasi kemerdekaan turut membawa dampak mendalam bagi tatanan sosial di Langkat. Sebuah peristiwa sosial yang mengubah struktur masyarakat secara fundamental terjadi, menandai akhir dari sebuah era dan awal dari babak baru. Peristiwa ini meninggalkan luka sekaligus pelajaran berharga tentang dinamika sosial dan politik. Namun, semangat dan identitas ke-Melayuan tidak pernah padam. Ia terus hidup dalam bahasa, kesenian, dan ingatan kolektif masyarakatnya, menjadi fondasi untuk membangun kembali kebanggaan sebagai orang Melayu Langkat di era modern.


Falsafah Hidup dan Adat Istiadat

Jantung dari kebudayaan Melayu Langkat adalah falsafah "Adat Bersendi Syarak, Syarak Bersendi Kitabullah". Ungkapan ini bermakna bahwa segala adat istiadat dan tata cara kehidupan harus selaras dan tidak boleh bertentangan dengan hukum syariat Islam, yang bersumber dari Al-Qur'an dan Sunnah. Falsafah ini menjadi kompas moral yang menuntun setiap perilaku individu dan masyarakat, menciptakan harmoni antara tradisi leluhur dan ajaran agama.

Siklus Kehidupan dalam Bingkai Adat

Adat Melayu Langkat membingkai setiap tahapan penting dalam kehidupan manusia dengan upacara yang sarat makna.

Kelahiran dan Masa Kanak-Kanak

Kelahiran seorang anak disambut dengan penuh syukur. Upacara seperti bertindik (menindik telinga anak perempuan) dan berkhatan (sunat bagi anak laki-laki) bukan sekadar ritual, melainkan penanda transisi menuju kedewasaan. Upacara cukur rambut dan akikah dilaksanakan sebagai wujud syukur kepada Sang Pencipta, diiringi dengan doa-doa agar sang anak tumbuh menjadi pribadi yang saleh, berbakti, dan berguna bagi masyarakat. Dalam prosesi ini, nilai-nilai kebersamaan dan gotong royong sangat terasa, di mana sanak saudara dan tetangga turut serta dalam persiapan dan pelaksanaan acara.

Perkawinan: Menyatukan Dua Keluarga

Perkawinan dalam adat Melayu Langkat adalah sebuah prosesi agung yang melibatkan serangkaian tahapan panjang dan penuh makna, bertujuan untuk menyatukan dua insan sekaligus dua keluarga besar. Proses ini dimulai dengan merisik, yaitu tahap penyelidikan secara diam-diam oleh pihak keluarga laki-laki untuk mengetahui status dan latar belakang si gadis. Jika hasilnya baik, proses dilanjutkan dengan meminang, di mana keluarga laki-laki datang secara resmi membawa tepak sirih sebagai simbol pembuka bicara dan hantaran sebagai tanda ikatan.

Setelah pinangan diterima, ditentukanlah hari baik untuk akad nikah. Ini adalah inti dari seluruh prosesi, di mana ijab kabul diucapkan di hadapan wali, saksi, dan pejabat agama, mengesahkan ikatan suci kedua mempelai. Acara puncak adalah bersanding, di mana kedua pengantin diperlakukan layaknya raja dan ratu sehari. Mereka duduk di atas pelaminan yang indah, menerima ucapan selamat dan doa restu dari para tamu. Selama prosesi ini, berbagai upacara adat lain seperti berinai dan mandi berlimau turut dilaksanakan, masing-masing dengan simbol dan tujuannya sendiri untuk membersihkan diri dan menolak bala.

Kematian: Kembali kepada Sang Khalik

Ketika seseorang meninggal dunia, adat dan syariat kembali berpadu. Prosesi pengurusan jenazah, mulai dari memandikan, mengafani, menyalatkan, hingga menguburkan, dilakukan sesuai tuntunan agama. Setelah pemakaman, keluarga akan mengadakan tahlilan dan doa bersama selama beberapa malam. Ini adalah wujud penghormatan kepada almarhum, sekaligus sebagai sarana untuk menguatkan keluarga yang ditinggalkan dan mempererat tali silaturahmi di antara kerabat dan masyarakat.


Khazanah Kesenian dan Sastra yang Abadi

Melayu Langkat adalah gudang kesenian dan sastra. Kehalusan budi masyarakatnya tercermin dalam setiap gerak tari, alunan musik, dan untaian kata. Kesenian ini bukan sekadar hiburan, melainkan media untuk menyampaikan nasihat, mengisahkan sejarah, dan mengekspresikan perasaan.

Seni Musik dan Tari

Alunan musik Melayu Langkat begitu khas, didominasi oleh suara rebana, biola, akordeon, dan gambus. Irama Zapin yang riang dan penuh semangat sering kali mengiringi berbagai perayaan. Tarian Zapin, dengan gerakannya yang lincah namun sopan, mengandung filosofi pergaulan dan kebersamaan. Setiap hentakan kaki dan liukan tubuh memiliki makna tersendiri.

Yang paling ikonik adalah Tari Serampang Dua Belas. Tarian ini bukan sekadar tarian pergaulan biasa, melainkan sebuah narasi indah tentang perjalanan cinta sepasang anak manusia, mulai dari pertemuan pertama hingga ke jenjang pernikahan. Tarian ini terbagi dalam dua belas ragam gerak yang masing-masing merepresentasikan sebuah tahapan: pandangan pertama, isyarat cinta, rasa gelisah, hingga akhirnya bersatu dalam ikatan suci. Keindahan dan kedalaman makna tari ini menjadikannya salah satu mahakarya seni tari Melayu.

Seni Pertunjukan Tradisional

Panggung-panggung rakyat di Langkat dahulu sering dimeriahkan oleh pertunjukan Makyong dan Mendu. Teater tradisional ini menggabungkan unsur tari, musik, nyanyian, dan lawakan dalam satu pertunjukan. Cerita yang diangkat biasanya berkisar pada kisah-kisah kerajaan, legenda rakyat, atau dongeng-dongeng lama yang penuh dengan pesan moral. Para pemainnya, dengan kostum yang meriah dan dialog yang puitis, mampu memukau penonton selama berjam-jam, membawa mereka larut dalam dunia imajinasi.

Puncak Sastra Melayu: Warisan Tengku Amir Hamzah

Berbicara tentang sastra Melayu Langkat, tidak mungkin kita melupakan sosok agung Tengku Amir Hamzah. Pangeran dari Kesultanan Langkat ini dijuluki sebagai "Raja Penyair Pujangga Baru". Melalui karya-karyanya seperti "Nyanyi Sunyi" dan "Buah Rindu", Amir Hamzah mengangkat bahasa Melayu ke tingkat yang paling puitis dan luhur. Puisinya sarat dengan tema cinta, ketuhanan, kerinduan, dan keindahan alam. Ia dengan mahir merangkai kata-kata sederhana menjadi untaian kalimat yang memiliki kedalaman makna spiritual.

"Kalau aku dalam engsulan
Engkau cari dalam hatiku
Kalau aku dalam impian
Sebut namaku sebelum tidur..."

Kutipan di atas adalah secuil dari keindahan liriknya yang menyentuh jiwa. Warisan sastra Tengku Amir Hamzah tidak hanya menjadi kebanggaan Langkat, tetapi juga menjadi pilar penting dalam sejarah sastra Indonesia modern. Karyanya membuktikan bahwa bahasa Melayu memiliki kekuatan ekspresi yang luar biasa.

Seni Kriya: Kehalusan Tangan Pengrajin

Kehalusan budi juga tercermin dalam seni kriya. Tenun Songket Langkat, dengan motif-motif khas seperti pucuk rebung dan bunga tanjung, adalah bukti keterampilan para penenunnya. Setiap helai benang emas atau perak yang disisipkan di antara benang sutra ditenun dengan penuh kesabaran, menghasilkan kain yang mewah dan bernilai seni tinggi. Selain songket, anyaman tikar pandan dan ukiran kayu pada rumah-rumah tradisional juga menunjukkan cita rasa seni yang tinggi dan menyatu dengan alam.


Keunikan Cita Rasa Kuliner Melayu Langkat

Dapur Melayu Langkat adalah tempat di mana rempah-rempah bertemu dengan tradisi, menghasilkan hidangan yang tidak hanya lezat di lidah tetapi juga hangat di hati. Kuliner di sini adalah cerminan dari kekayaan alam dan kearifan lokal dalam mengolah bahan makanan.

Hidangan Utama yang Menggugah Selera

Salah satu hidangan yang paling ikonik adalah Bubur Pedas. Jangan terkecoh dengan namanya, rasa pedasnya seimbang dan dihangatkan oleh puluhan jenis rempah dan dedaunan yang diracik menjadi satu. Bubur ini bukan sekadar makanan, tetapi juga dipercaya memiliki khasiat untuk kesehatan. Biasanya, bubur pedas menjadi menu utama saat bulan puasa atau acara-acara syukuran.

Gulai Asam adalah hidangan lain yang sangat populer. Ikan segar dari sungai atau laut dimasak dengan kuah asam gurih yang berasal dari belimbing wuluh atau asam gelugur, dipadukan dengan kunyit, cabai, dan rempah lainnya. Rasanya yang segar sangat cocok dinikmati dengan nasi putih hangat. Ada pula variasi masakan gulai lain dengan berbagai bahan utama, menunjukkan kekayaan resep warisan turun-temurun.

Penganan dan Kue Tradisional

Untuk penganan ringan, Melayu Langkat memiliki banyak sekali pilihan. Halua adalah manisan yang terbuat dari berbagai jenis buah atau sayuran seperti pepaya, cabai, atau daun-daunan yang dimasak dalam air gula hingga mengkristal. Proses pembuatannya yang rumit menghasilkan manisan yang cantik dan lezat.

Kue-mueh tradisional atau yang sering disebut "penganan" juga sangat beragam. Ada kue talam, pulut inti, kue lapis, dan banyak lagi. Sebagian besar menggunakan bahan dasar seperti beras pulut, santan, dan gula merah, menciptakan cita rasa manis dan gurih yang khas. Penganan ini tidak hanya disajikan untuk kudapan sehari-hari, tetapi juga menjadi bagian penting dari hantaran dalam upacara adat.


Bahasa dan Dialek: Jiwa Komunikasi Masyarakat

Bahasa adalah jiwa sebuah bangsa. Dialek Melayu Langkat memiliki ciri khasnya sendiri yang membedakannya dari dialek Melayu di daerah lain. Intonasinya yang mendayu dan beberapa kosakata yang unik menjadi penanda identitas yang kuat. Penggunaan partikel penegas seperti "lah" atau "pun" sering terdengar, memberikan nuansa keakraban dalam percakapan.

Kekayaan bahasa ini tidak hanya terlihat dalam percakapan sehari-hari, tetapi juga dalam bentuk sastra lisan. Pantun menjadi alat komunikasi yang sangat efektif dan indah. Berbalas pantun sering dilakukan dalam berbagai acara, mulai dari pertemuan santai hingga upacara peminangan. Melalui pantun, nasihat, sindiran, atau pujian dapat disampaikan secara halus dan sopan, tanpa menyinggung perasaan lawan bicara. Selain pantun, ungkapan, peribahasa, dan pepatah juga sering digunakan untuk memberikan petuah dan pandangan hidup.


Warisan Arsitektur: Rumah yang Menyatu dengan Alam

Arsitektur tradisional Melayu Langkat adalah cerminan dari cara hidup masyarakatnya yang harmonis dengan alam. Bentuk bangunan yang paling umum adalah Rumah Panggung, yaitu rumah yang didirikan di atas tiang-tiang kayu tinggi. Desain ini merupakan adaptasi cerdas terhadap kondisi lingkungan tropis. Kolong rumah yang tinggi berfungsi untuk menghindari banjir, binatang buas, serta memberikan sirkulasi udara yang baik sehingga bagian dalam rumah tetap sejuk.

Setiap bagian rumah memiliki fungsi dan filosofi. Bagian depan atau serambi adalah tempat menerima tamu laki-laki dan melakukan musyawarah. Rumah induk adalah ruang keluarga utama, sementara bagian belakang atau dapur adalah area bagi kaum perempuan. Atapnya yang tinggi dan curam, sering kali berbentuk "lipat kajang" atau "layar", dirancang agar air hujan dapat mengalir dengan cepat. Dinding dan ventilasinya sering dihiasi dengan ukiran-ukiran indah bermotif flora, seperti sulur-suluran atau bunga-bungaan, yang melambangkan kesuburan dan keindahan.

Selain rumah tinggal, warisan arsitektur megah juga dapat dilihat pada bangunan bersejarah seperti Masjid Azizi di Tanjung Pura. Masjid ini merupakan bukti perpaduan harmonis antara arsitektur Melayu dengan pengaruh dari Timur Tengah dan India. Kubahnya yang megah, menaranya yang menjulang, serta ornamen-ornamennya yang rumit menunjukkan tingkat pencapaian seni arsitektur pada masanya. Bangunan-bangunan ini bukan hanya struktur fisik, tetapi juga monumen yang merekam jejak peradaban Melayu Langkat.


Pelestarian Warisan di Era Modern

Di tengah derasnya arus globalisasi dan modernisasi, budaya Melayu Langkat menghadapi tantangan yang tidak ringan. Minat generasi muda terhadap kesenian dan adat tradisional terkadang terkikis oleh budaya populer dari luar. Bahasa dialek lokal pun mulai jarang digunakan dalam pergaulan sehari-hari. Namun, kesadaran untuk melestarikan warisan luhur ini terus tumbuh.

Berbagai upaya dilakukan oleh para tokoh adat, seniman, budayawan, dan pemerintah daerah. Sanggar-sanggar tari didirikan untuk mengajarkan Tari Serampang Dua Belas kepada anak-anak muda. Komunitas sastra berupaya menghidupkan kembali tradisi berbalas pantun dan mengkaji karya-karya Tengku Amir Hamzah. Upacara-upacara adat, meskipun mungkin disederhanakan, tetap dipertahankan sebagai penanda identitas.

Peran teknologi digital juga dimanfaatkan. Kesenian, kuliner, dan sejarah Melayu Langkat didokumentasikan dan disebarkan melalui media sosial, membuka jendela bagi dunia luar untuk mengenal kekayaan budaya ini. Generasi muda kini memiliki peran kunci sebagai pewaris sekaligus duta budaya. Dengan kreativitas mereka, tradisi dapat dikemas dalam bentuk yang lebih relevan dengan zaman, tanpa kehilangan esensi dan nilainya.