Berislam Sepenuh Hati: Sebuah Perjalanan Spiritual Modern

Berislam adalah sebuah perjalanan yang melampaui ritual semata. Ia adalah panduan hidup, cahaya yang menerangi setiap langkah, serta sumber kedamaian dan tujuan di tengah hiruk pikuk dunia modern. Artikel ini akan mengajak Anda menyelami makna mendalam berislam, dari pondasi akidah hingga implementasi akhlak mulia dalam keseharian.

Ilustrasi Lambang Islam Modern

Memahami Hakikat Berislam

Berislam bukan sekadar identitas yang tercatat di kartu penduduk, atau warisan dari orang tua. Lebih dari itu, berislam adalah sebuah pilihan sadar, komitmen mendalam, dan orientasi hidup yang menyeluruh. Ia mencakup keyakinan (iman), praktik ibadah (Islam), dan penghayatan spiritual (ihsan). Ketiga dimensi ini tidak dapat dipisahkan dan saling melengkapi, membentuk pribadi Muslim yang kaffah (menyeluruh).

Dalam konteks modern, berislam seringkali dihadapkan pada berbagai tantangan, mulai dari godaan materialisme, tekanan sosial, hingga arus informasi yang deras dan kadang menyesatkan. Oleh karena itu, memahami hakikat berislam dengan benar menjadi semakin krusial agar keislaman kita tetap teguh, relevan, dan menjadi solusi, bukan masalah. Ia mengajarkan kita untuk tidak hanya memikirkan diri sendiri, tetapi juga kesejahteraan bersama, keadilan, dan kelestarian alam semesta.

Berislam berarti menyerahkan diri sepenuhnya kepada Allah SWT, mengikuti petunjuk-Nya yang termaktub dalam Al-Qur'an dan Sunnah Rasulullah SAW. Ini bukan penyerahan yang bersifat pasif, melainkan penyerahan aktif yang mendorong setiap Muslim untuk berpikir, berkreasi, berinovasi, dan berkontribusi positif bagi kemanusiaan. Ia adalah jalan menuju kebahagiaan sejati, baik di dunia maupun di akhirat.

Pondasi Berislam: Rukun Iman yang Kokoh

Rukun Iman adalah enam pilar keyakinan dasar yang menjadi fondasi keimanan seorang Muslim. Tanpa keenam pilar ini, keimanan seseorang tidak akan sempurna. Pemahaman yang mendalam terhadap rukun iman akan membentuk mentalitas, pandangan hidup, dan sikap seorang Muslim dalam menghadapi berbagai peristiwa.

1. Iman kepada Allah SWT

Ini adalah rukun iman yang paling fundamental. Iman kepada Allah berarti meyakini bahwa Allah adalah satu-satunya Tuhan yang berhak disembah, tiada sekutu bagi-Nya. Dia adalah Pencipta, Pemelihara, Pengatur alam semesta, yang Maha Kuasa, Maha Bijaksana, Maha Pengasih, dan Maha Penyayang. Keimanan ini mencakup tiga aspek penting:

Iman kepada Allah akan menumbuhkan rasa syukur, tawakal, takut, dan cinta yang mendalam kepada-Nya. Ia membebaskan jiwa dari perbudakan makhluk dan memberinya martabat yang tinggi. Dalam setiap musibah, seorang Muslim akan bersabar dan percaya bahwa ada hikmah di baliknya. Dalam setiap kenikmatan, ia akan bersyukur. Ini adalah sumber kekuatan spiritual yang tak terbatas.

2. Iman kepada Malaikat-malaikat Allah

Malaikat adalah makhluk Allah yang diciptakan dari cahaya, senantiasa taat kepada-Nya, dan tidak pernah bermaksiat. Mereka memiliki tugas-tugas spesifik yang telah ditetapkan oleh Allah. Mengimani malaikat berarti meyakini keberadaan mereka, meskipun tidak kasat mata, serta tugas-tugas yang diemban. Beberapa malaikat yang dikenal beserta tugasnya:

Keimanan kepada malaikat mengajarkan kita tentang keteraturan alam semesta dan adanya sistem ilahi yang bekerja di luar jangkauan pandangan manusia. Ini juga mengingatkan kita bahwa setiap tindakan kita, sekecil apapun, selalu dicatat oleh malaikat Raqib dan Atid, sehingga mendorong kita untuk senantiasa berbuat kebaikan dan menjauhi kemaksiatan.

Ilustrasi Kitab Suci Al-Quran

3. Iman kepada Kitab-kitab Allah

Allah SWT telah menurunkan kitab-kitab suci kepada para Nabi dan Rasul sebagai petunjuk bagi umat manusia. Mengimani kitab-kitab Allah berarti meyakini bahwa semua kitab tersebut berasal dari Allah, berisi kebenaran, dan berfungsi sebagai pedoman hidup. Meskipun hanya Al-Qur'an yang terpelihara keasliannya hingga akhir zaman, kita wajib mengimani kitab-kitab sebelumnya yang pernah diturunkan:

Al-Qur'an adalah kitab suci terakhir dan terlengkap, menjadi mukjizat terbesar Nabi Muhammad SAW. Ia adalah sumber hukum utama Islam, panduan moral, serta ensiklopedia ilmu pengetahuan. Membaca, memahami, menghafal, dan mengamalkan isi Al-Qur'an adalah bagian integral dari berislam. Al-Qur'an bukan hanya kumpulan ayat, tetapi kalamullah yang hidup, yang mampu mengubah jiwa, memberikan petunjuk, dan menumbuhkan ketenangan. Ia adalah pegangan yang kokoh di tengah badai kehidupan modern.

4. Iman kepada Nabi dan Rasul Allah

Nabi dan Rasul adalah manusia pilihan Allah yang diutus untuk menyampaikan risalah-Nya kepada umat manusia. Mereka adalah teladan terbaik dalam setiap aspek kehidupan. Mengimani Nabi dan Rasul berarti meyakini bahwa mereka adalah utusan Allah, membenarkan ajaran mereka, dan mengikuti sunnah (ajaran dan teladan) mereka. Jumlah mereka sangat banyak, namun ada 25 Nabi dan Rasul yang wajib kita ketahui dan imani, mulai dari Nabi Adam AS hingga Nabi Muhammad SAW.

Nabi Muhammad SAW adalah Nabi terakhir dan penutup para Nabi. Ajaran beliau adalah penyempurna dari ajaran para nabi sebelumnya, berlaku universal untuk seluruh umat manusia hingga akhir zaman. Mengikuti sunnah Nabi Muhammad SAW berarti meneladani akhlaknya, cara beribadahnya, cara bermuamalahnya, dan seluruh aspek kehidupannya yang mulia. Beliau adalah 'uswah hasanah' (teladan yang baik) bagi kita semua. Mencintai Nabi berarti mengikuti ajarannya, bukan sekadar memuji-muji tanpa mengamalkan.

5. Iman kepada Hari Akhir (Kiamat)

Hari Akhir adalah hari penghancuran alam semesta dan kebangkitan kembali seluruh makhluk untuk diadili oleh Allah SWT. Mengimani Hari Akhir berarti meyakini bahwa kehidupan dunia ini fana, dan ada kehidupan abadi setelahnya. Ini mencakup keyakinan akan:

Keimanan kepada Hari Akhir menumbuhkan kesadaran akan tanggung jawab atas setiap perbuatan, mendorong untuk beramal saleh, dan menjauhi kemaksiatan. Ia juga memberikan perspektif bahwa dunia ini hanyalah ladang amal untuk kehidupan yang lebih baik dan abadi di akhirat. Ini menghilangkan keterikatan berlebihan pada dunia dan menumbuhkan sikap zuhud (tidak berlebihan dalam mencintai dunia) yang seimbang.

6. Iman kepada Qada dan Qadar (Takdir)

Qada adalah ketetapan Allah yang azali (sejak zaman dahulu tanpa permulaan) atas segala sesuatu, sementara Qadar adalah perwujudan dari ketetapan tersebut pada waktu yang telah ditentukan. Mengimani qada dan qadar berarti meyakini bahwa segala sesuatu yang terjadi di alam semesta ini, baik kebaikan maupun keburukan, telah ditetapkan oleh Allah SWT dengan ilmu dan hikmah-Nya yang sempurna.

Keimanan ini tidak berarti pasrah tanpa berusaha. Sebaliknya, ia mendorong kita untuk berusaha maksimal (ikhtiar) dan berdoa, kemudian bertawakal (menyerahkan hasil) kepada Allah. Jika hasilnya sesuai harapan, kita bersyukur. Jika tidak, kita bersabar dan yakin bahwa ada hikmah di balik ketetapan-Nya, dan bahwa Allah tidak akan membebani hamba-Nya melebihi kemampuannya. Ini adalah sumber ketenangan jiwa, menghilangkan kecemasan berlebihan, dan menguatkan hati dalam menghadapi ujian.

Rukun Islam: Manifestasi Iman dalam Praktik

Jika Rukun Iman adalah pondasi keyakinan, maka Rukun Islam adalah pilar-pilar praktik ibadah yang menjadi wujud nyata dari keimanan seorang Muslim. Pelaksanaan rukun Islam ini adalah bukti ketaatan seorang hamba kepada perintah Tuhannya.

1. Syahadat (Mengucapkan Dua Kalimat Syahadat)

Syahadat adalah ikrar keimanan, pernyataan paling fundamental bahwa seseorang adalah Muslim. Ia terdiri dari dua kalimat: "Asyhadu an laa ilaaha illallaah" (Aku bersaksi bahwa tiada Tuhan selain Allah) dan "Wa asyhadu anna Muhammadan Rasuulullaah" (Dan aku bersaksi bahwa Muhammad adalah utusan Allah).

Pengucapan syahadat bukan hanya lisan, tetapi harus diikuti dengan keyakinan hati dan pengamalan dalam perbuatan. Ini adalah pintu gerbang menuju Islam. Kalimat pertama menegaskan tauhid, menolak segala bentuk penyembahan selain Allah. Kalimat kedua menegaskan kenabian Muhammad SAW, yang berarti menerima dan mengikuti ajarannya sebagai panduan hidup. Tanpa syahadat, seseorang tidak bisa disebut Muslim.

Syahadat juga memiliki implikasi sosial yang besar. Ketika seseorang bersyahadat, ia secara otomatis menjadi bagian dari komunitas Muslim global, dengan segala hak dan kewajiban yang menyertainya. Ia menjadi dasar persaudaraan Islam, mengikat hati para Muslim di seluruh dunia.

2. Salat (Mendirikan Salat Lima Waktu)

Salat adalah ibadah wajib yang dilakukan lima kali sehari semalam pada waktu-waktu tertentu. Ia adalah tiang agama, yang membedakan seorang Muslim dari yang bukan Muslim. Salat adalah momen di mana seorang hamba berkomunikasi langsung dengan Rabb-nya, mengungkapkan rasa syukur, memohon ampunan, dan meminta pertolongan.

Gerakan dan bacaan dalam salat memiliki makna spiritual dan fisik yang mendalam. Takbiratul Ihram memulai salat dengan membesarkan Allah. Ruku' dan sujud adalah bentuk ketundukan dan kerendahan diri yang paling sempurna. Duduk di antara dua sujud adalah momen untuk merenung dan memohon ampun. Salam mengakhiri salat dengan harapan kedamaian bagi sesama.

Salat secara rutin akan mendisiplinkan diri, membersihkan jiwa dari dosa-dosa kecil, dan mencegah dari perbuatan keji dan munkar. Ia melatih konsentrasi, kesabaran, dan ketenangan batin. Bagi masyarakat modern yang serba cepat dan penuh tekanan, salat menjadi oase spiritual yang memberikan ketenangan dan fokus kembali pada tujuan hidup yang hakiki. Salat berjamaah juga mempererat tali silaturahmi antar Muslim.

Ilustrasi Tangan Memberi Zakat

3. Zakat (Menunaikan Zakat)

Zakat adalah sejumlah harta tertentu yang wajib dikeluarkan oleh seorang Muslim kepada golongan yang berhak menerimanya (mustahik) jika telah mencapai nisab (batas minimal) dan haul (jangka waktu tertentu). Zakat adalah pilar ekonomi Islam yang berfungsi untuk mendistribusikan kekayaan, mengurangi kesenjangan sosial, dan memberdayakan kaum dhuafa.

Ada berbagai jenis zakat, antara lain zakat fitrah (wajib bagi setiap Muslim di bulan Ramadhan), zakat maal (zakat harta seperti emas, perak, uang, hasil pertanian, hasil perniagaan, dll.). Penerima zakat telah ditentukan dalam Al-Qur'an (QS. At-Taubah: 60) yaitu fakir, miskin, amil (pengumpul zakat), mualaf, riqab (memerdekakan budak), gharim (orang yang berhutang), fi sabilillah (orang yang berjuang di jalan Allah), dan ibnu sabil (musafir).

Menunaikan zakat bukan hanya kewajiban, tetapi juga merupakan bentuk pembersihan harta, menumbuhkan kepedulian sosial, dan mencegah sifat kikir. Dalam masyarakat modern, zakat menjadi instrumen penting dalam mewujudkan keadilan ekonomi dan solidaritas sosial. Ia mengajarkan bahwa harta yang kita miliki bukan sepenuhnya milik kita, melainkan ada hak orang lain di dalamnya.

4. Sawm (Berpuasa di Bulan Ramadhan)

Puasa Ramadhan adalah menahan diri dari makan, minum, dan hawa nafsu lainnya mulai dari terbit fajar hingga terbenam matahari, disertai dengan niat karena Allah. Puasa adalah ibadah yang melatih kesabaran, pengendalian diri, dan empati terhadap sesama yang kurang beruntung.

Selain menahan lapar dan dahaga, puasa juga mengajarkan kita untuk menahan diri dari perkataan kotor, ghibah (menggunjing), dan perbuatan dosa lainnya. Ini adalah bulan pendidikan spiritual, di mana umat Islam dianjurkan untuk memperbanyak ibadah, membaca Al-Qur'an, berzikir, dan bersedekah.

Manfaat puasa tidak hanya spiritual, tetapi juga kesehatan fisik dan mental. Ia memberi kesempatan tubuh untuk beristirahat dan melakukan detoksifikasi. Secara mental, puasa melatih kekuatan tekad dan disiplin. Di era konsumerisme, puasa menjadi pengingat untuk hidup sederhana dan menghargai nikmat Allah.

5. Haji (Melaksanakan Ibadah Haji ke Baitullah bagi yang Mampu)

Haji adalah ibadah mengunjungi Baitullah (Ka'bah) di Mekkah pada waktu-waktu tertentu dengan serangkaian amalan khusus. Ibadah haji adalah kewajiban bagi setiap Muslim yang mampu secara fisik, finansial, dan mental.

Haji adalah puncak dari ibadah, sebuah perjalanan spiritual yang agung. Ia melambangkan persatuan umat Islam dari berbagai penjuru dunia, berkumpul di satu tempat, mengenakan pakaian ihram yang sama, melenyapkan perbedaan status sosial. Melalui thawaf mengelilingi Ka'bah, sa'i antara Safa dan Marwah, wukuf di Arafah, melempar jumrah, dan tahallul, jamaah haji merasakan kedekatan yang luar biasa dengan Allah dan sesama Muslim.

Setelah melaksanakan haji yang mabrur (diterima), seorang Muslim diharapkan kembali dengan hati yang bersih, semangat baru, dan komitmen yang lebih kuat untuk beribadah serta berbuat kebaikan. Haji mengajarkan tentang kesederhanaan, persaudaraan universal, dan pengorbanan demi meraih ridha Allah. Dalam dunia yang terpecah belah, haji adalah simbol persatuan dan kekuatan umat Islam.

Akhlak Mulia: Jantung Berislam

Berislam tidak akan sempurna tanpa akhlak mulia. Rasulullah SAW bersabda, "Sesungguhnya aku diutus untuk menyempurnakan akhlak yang mulia." Akhlak adalah cerminan dari iman dan ibadah seseorang. Ia adalah perilaku, budi pekerti, dan etika dalam berinteraksi dengan Allah, diri sendiri, sesama manusia, dan alam.

1. Ihsan: Beribadah Seolah Melihat Allah

Ihsan adalah tingkatan tertinggi dalam berislam, sebagaimana dijelaskan dalam Hadits Jibril. Ihsan berarti beribadah kepada Allah seolah-olah engkau melihat-Nya, dan jika engkau tidak mampu melihat-Nya, maka sesungguhnya Dia melihatmu. Ini menumbuhkan kesadaran diri dan pengawasan diri yang konstan (murâqabah) dalam setiap tindakan.

Ihsan mendorong seorang Muslim untuk selalu melakukan yang terbaik, dalam ibadah maupun muamalah. Dalam pekerjaan, ia akan bekerja dengan sungguh-sungguh. Dalam hubungan sosial, ia akan berinteraksi dengan keramahan dan kejujuran. Ihsan adalah esensi dari kualitas dan keunggulan.

2. Kejujuran (As-Shidq)

Kejujuran adalah pondasi semua akhlak terpuji. Seorang Muslim harus jujur dalam perkataan, perbuatan, dan niatnya. Jujur berarti menyampaikan kebenaran, tidak menipu, dan tidak berdusta. Kejujuran menumbuhkan kepercayaan dan integritas, baik di tingkat individu maupun masyarakat. Dalam bisnis, kejujuran membawa berkah. Dalam hubungan pribadi, ia membangun fondasi yang kuat.

3. Amanah (Dapat Dipercaya)

Amanah adalah sifat dapat dipercaya, baik dalam menjaga titipan, menjalankan tugas, maupun memegang rahasia. Seorang Muslim yang amanah akan menunaikan janji dan tanggung jawabnya dengan baik. Sifat amanah sangat penting dalam segala aspek kehidupan, mulai dari memimpin negara, mengelola perusahaan, hingga menjaga pertemanan. Kehilangan amanah adalah awal dari kehancuran.

4. Sabar dan Syukur

Sabar adalah kemampuan menahan diri dari keluh kesah dan tetap teguh menghadapi cobaan. Syukur adalah mengakui dan menghargai nikmat Allah, serta menggunakannya di jalan yang diridhai-Nya. Keduanya adalah dua sisi mata uang dalam menghadapi takdir Allah. Ketika mendapat musibah, seorang Muslim bersabar. Ketika mendapat nikmat, ia bersyukur. Kedua sifat ini membawa ketenangan dan keberkahan dalam hidup.

Ilustrasi Tangan Berdoa

5. Tawakal (Berserah Diri)

Tawakal adalah menyerahkan segala urusan dan hasil usaha kepada Allah setelah melakukan ikhtiar maksimal. Tawakal bukan berarti pasrah tanpa berusaha, melainkan kombinasi antara usaha keras dan keyakinan penuh kepada kekuasaan Allah. Ini menghilangkan beban pikiran dan kecemasan, karena seorang Muslim percaya bahwa Allah akan memberikan yang terbaik bagi hamba-Nya.

6. Ukhuwah Islamiyah (Persaudaraan Islam)

Ukhuwah Islamiyah adalah ikatan persaudaraan yang didasarkan pada iman kepada Allah. Seorang Muslim harus mencintai saudaranya seperti mencintai dirinya sendiri, saling tolong-menolong, saling menasihati dalam kebaikan, dan menjaga kehormatan sesama. Dalam masyarakat yang terkadang individualistis, ukhuwah Islamiyah menjadi penting untuk menciptakan komunitas yang kuat dan saling mendukung.

7. Wasatiyyah (Moderasi dan Keseimbangan)

Islam mengajarkan umatnya untuk bersikap moderat dan seimbang dalam segala hal, tidak berlebihan dan tidak pula meremehkan. Wasatiyyah adalah jalan tengah, menghindari ekstremisme dalam beragama maupun dalam kehidupan duniawi. Ini tercermin dalam konsep "ummatan wasathan" (umat pertengahan) dalam Al-Qur'an. Moderasi dalam berislam berarti memahami teks agama dengan konteksnya, beradaptasi dengan realitas tanpa mengorbankan prinsip, dan terbuka terhadap perbedaan pendapat.

Berislam dalam Kehidupan Modern: Tantangan dan Peluang

Berislam di era modern membawa tantangan tersendiri, namun juga membuka banyak peluang untuk syiar Islam yang lebih luas dan relevan.

Tantangan Berislam di Era Modern

  1. Materialisme dan Konsumerisme: Godaan duniawi yang kuat bisa mengikis keimanan dan mengalihkan fokus dari tujuan akhirat.
  2. Individualisme: Kecenderungan untuk hidup mandiri dan kurang peduli terhadap komunitas dapat melemahkan ukhuwah.
  3. Liberalisme dan Sekularisme: Paham yang memisahkan agama dari kehidupan publik atau menempatkan kebebasan individu di atas nilai-nilai agama.
  4. Informasi Berlebihan (Infodemi): Banjir informasi, termasuk informasi agama yang tidak valid atau menyesatkan, dapat membingungkan umat.
  5. Islamofobia dan Stereotip Negatif: Pandangan negatif terhadap Islam di sebagian masyarakat global, seringkali akibat tindakan ekstremis yang mengatasnamakan agama.
  6. Teknologi dan Media Sosial: Di satu sisi alat dakwah, di sisi lain bisa menjadi sumber fitnah, ghibah, dan pemborosan waktu.
  7. Degradasi Lingkungan: Tantangan global yang menuntut peran aktif Muslim sebagai khalifah di bumi.

Peluang Berislam di Era Modern

  1. Teknologi sebagai Alat Dakwah: Internet, media sosial, aplikasi Islam, dan platform digital memungkinkan penyebaran ilmu agama yang lebih luas dan mudah diakses.
  2. Peningkatan Kesadaran Islam Global: Semakin banyak orang mencari kedamaian dan tujuan hidup dalam ajaran Islam.
  3. Kontribusi Muslim dalam Ilmu Pengetahuan: Potensi Muslim untuk berinovasi dan berkontribusi dalam berbagai bidang ilmu, sebagaimana sejarah keemasan Islam.
  4. Ekonomi Syariah: Pertumbuhan industri halal dan keuangan syariah yang menawarkan solusi etis dan berkelanjutan.
  5. Gerakan Sosial dan Kemanusiaan: Muslim dapat aktif dalam isu-isu keadilan sosial, lingkungan, dan kemanusiaan, menunjukkan Islam sebagai rahmat bagi semesta alam.
  6. Dialog Antar Agama: Peluang untuk membangun jembatan pemahaman dan kerja sama dengan umat beragama lain.

Berislam dalam Berbagai Aspek Kehidupan

Berislam tidak hanya terbatas pada ibadah ritual, tetapi meresap dalam setiap lini kehidupan seorang Muslim.

1. Berislam dalam Keluarga

Keluarga adalah inti masyarakat, madrasah pertama bagi anak-anak. Berislam dalam keluarga berarti menciptakan lingkungan yang sakinah, mawaddah, wa rahmah.

2. Berislam dalam Bermasyarakat

Seorang Muslim adalah bagian dari masyarakat, memiliki kewajiban sosial.

3. Berislam dalam Bekerja dan Berkarir

Kerja adalah ibadah jika dilakukan dengan niat yang benar dan sesuai syariat.

4. Berislam dalam Menuntut Ilmu

Menuntut ilmu adalah kewajiban bagi setiap Muslim, laki-laki maupun perempuan, dari buaian hingga liang lahat.

Refleksi Akhir: Berislam Sebagai Jalan Kehidupan

Berislam adalah sebuah perjalanan tanpa henti, sebuah proses belajar dan bertumbuh yang berkelanjutan. Ia adalah kompas yang memandu kita melewati labirin kehidupan, memberikan arah, makna, dan tujuan. Ia mengajarkan kita untuk hidup dengan penuh kesadaran akan kehadiran Allah, bertindak dengan penuh tanggung jawab, dan berinteraksi dengan dunia dengan penuh kasih sayang.

Memilih untuk berislam secara kaffah, seutuhnya, berarti menerima Islam bukan hanya sebagai serangkaian ritual, melainkan sebagai way of life, sebuah sistem nilai yang mengatur setiap aspek kehidupan. Dari bangun tidur hingga kembali tidur, dari urusan pribadi hingga urusan publik, Islam memiliki petunjuk dan kearifan yang relevan.

Kita hidup di era yang kompleks, di mana nilai-nilai terus bergeser dan kebenaran seringkali kabur. Di sinilah kekuatan Islam yang kokoh dan abadi menjadi sangat penting. Dengan berpegang teguh pada Al-Qur'an dan Sunnah, seorang Muslim dapat tetap teguh di tengah badai, menemukan kedamaian di tengah kekacauan, dan menjadi agen perubahan positif di dunia.

Marilah kita terus memperbaharui niat, memperdalam ilmu, menguatkan iman, dan mempraktikkan akhlak mulia dalam setiap hembusan napas. Semoga Allah SWT senantiasa membimbing kita dalam perjalanan berislam ini, menjadikan kita hamba-Nya yang taat, bermanfaat bagi sesama, dan meraih kebahagiaan sejati di dunia dan akhirat. Aamiin ya Rabbal 'alamin.

"Katakanlah (wahai Muhammad): Sesungguhnya salatku, ibadahku, hidupku dan matiku hanyalah untuk Allah, Tuhan semesta alam." (QS. Al-An'am: 162)