I. Pengantar: Mendefinisikan Irisan Waktu Bahasa
Linguistik Sinkronis merupakan salah satu pilar fundamental dalam studi bahasa, yang secara tegas memisahkan diri dari pendekatan historis (diakronis). Inti dari linguistik sinkronis adalah kajian sistem bahasa, termasuk struktur, fungsi, dan relasi internal elemen-elemennya, sebagaimana sistem tersebut berfungsi pada satu periode waktu tertentu. Periode waktu ini sering kali diperlakukan sebagai 'irisan' atau 'potongan melintang' yang statis, memungkinkan peneliti untuk memetakan arsitektur bahasa tanpa campur tangan evolusi historis.
Pemisahan metodologis antara sinkroni dan diakroni, yang menjadi landasan bagi linguistik modern, diformulasikan secara definitif oleh Ferdinand de Saussure dalam karyanya Course in General Linguistics. Saussure menekankan bahwa meskipun bahasa adalah fenomena yang terus berubah seiring waktu (diakronis), untuk memahami bagaimana bahasa beroperasi bagi penutur pada saat ini, kita harus mengkaji hubungan yang ada di antara unsur-unsur dalam sistem tersebut, lepas dari asal-usulnya. Saussure menggunakan analogi sebuah irisan pada batang pohon: diakroni melihat cincin pertumbuhan berturut-turut, sementara sinkroni melihat penampang melintang pada titik tertentu.
Tujuan utama dari studi sinkronis adalah untuk menyusun deskripsi komprehensif mengenai tata bahasa (grammar) sebuah bahasa. Tata bahasa ini mencakup seluruh lapisan analisis, mulai dari unit bunyi terkecil hingga struktur kalimat yang paling kompleks, serta makna yang melekat padanya. Deskripsi ini haruslah internal dan koheren, menjelaskan bagaimana penutur asli menggunakan dan memahami bahasa mereka pada momen spesifik dalam sejarah linguistik.
1.1. Kontras Sinkroni dan Diakroni
Perbedaan mendasar antara kedua pendekatan ini sangat krusial. Studi diakronis (historis) melihat perubahan, melacak etimologi kata, evolusi fonem, atau pergeseran sintaksis dari abad ke abad. Sebaliknya, studi sinkronis mengabaikan sejarah tersebut. Bagi seorang ahli sinkronis, yang penting adalah bagaimana sebuah fonem berinteraksi dengan fonem lain dalam sistem bahasa saat ini, bukan dari mana fonem itu berasal. Sebagai contoh, jika kita mengkaji Bahasa Indonesia kontemporer, kita fokus pada aturan pembentukan kata kerja, bukan bagaimana kata kerja tersebut berevolusi dari rumpun bahasa Proto-Austronesia.
Visualisasi konsep Saussurean: memotong aliran waktu untuk menganalisis sistem secara internal.
1.2. Landasan Teoritis Saussure: Langue dan Parole
Untuk memahami sinkroni, kita perlu membedakan antara Langue dan Parole. Langue (bahasa) adalah sistem abstrak, sosial, dan psikologis, yang di dalamnya terdapat seperangkat aturan dan konvensi yang dikuasai oleh seluruh komunitas penutur. Inilah objek utama studi sinkronis. Parole (tuturan) adalah penggunaan bahasa yang aktual dan individual, manifestasi konkret dan sering kali tidak sempurna dari langue.
- Langue (Sistem): Stabil, kolektif, terstruktur. Merupakan fokus studi sinkronis.
- Parole (Penggunaan): Individual, tidak terstruktur sempurna, bervariasi. Walaupun data berasal dari parole, tujuannya adalah menyimpulkan aturan langue.
Dengan memfokuskan pada langue, linguistik sinkronis mampu mencapai objektivitas dan sistematisasi, mencari hukum-hukum umum yang mengatur pengoperasian bahasa, yang bersifat statis pada titik pengamatan tersebut.
II. Tingkat Analisis Sinkronis Mendalam
Studi sinkronis melibatkan pemecahan bahasa menjadi beberapa tingkat hierarkis, di mana setiap tingkat memiliki unit dasar, aturan kombinasi, dan fungsi relasionalnya sendiri. Analisis harus dilakukan secara sistematis dari unit terkecil (bunyi) hingga unit terbesar (wacana).
2.1. Fonetik dan Fonologi (Bunyi Bahasa)
Tingkat terendah dalam analisis sinkronis adalah kajian bunyi. Penting untuk membedakan antara fonetik dan fonologi.
A. Fonetik Sinkronis
Fonetik berurusan dengan produksi (artikulasi), transmisi (akustik), dan penerimaan (auditori) bunyi ujaran secara fisik. Dalam kerangka sinkronis, fonetik berfungsi untuk mendokumentasikan secara presisi inventori lengkap bunyi yang dapat dihasilkan oleh penutur suatu bahasa pada saat ini. Misalnya, deskripsi posisi lidah, bentuk bibir, dan getaran pita suara saat mengucapkan vokal atau konsonan Bahasa Indonesia kontemporer.
B. Fonologi Sinkronis: Struktur dan Fungsi
Fonologi, sebaliknya, adalah kajian tentang bagaimana bunyi-bunyi tersebut berfungsi dalam sistem bahasa untuk membedakan makna. Unit dasar fonologi adalah fonem. Analisis fonologis sinkronis mencari hubungan relasional di antara fonem-fonem.
Identifikasi Fonem melalui Pasangan Minimal: Metode utama dalam fonologi sinkronis adalah menemukan pasangan minimal—dua kata yang berbeda hanya dalam satu bunyi pada posisi yang sama, yang menghasilkan perbedaan makna. Ini membuktikan bahwa kedua bunyi yang berbeda tersebut adalah fonem terpisah dalam sistem langue saat ini.
- Contoh Bahasa Indonesia:
/kabar/
vs./kamar/
. Perbedaan antara /b/ dan /m/ di sini membuktikan bahwa /b/ dan /m/ adalah fonem yang berbeda. - Konsep Alofon: Fonologi sinkronis juga mengidentifikasi alofon—variasi bunyi yang tidak membedakan makna. Alofon biasanya berada dalam distribusi komplementer. Misalnya, dalam banyak dialek Bahasa Inggris, pelafalan konsonan letup tak bersuara seperti /p/, /t/, /k/ memiliki varian aspirasi ([pʰ]) di awal kata, tetapi tidak di tengah atau akhir. Bagi penutur, variasi ini hanyalah satu bunyi (satu fonem), sebuah aturan sinkronis yang wajib dikuasai penutur.
Selain fonem segmental (konsonan dan vokal), fonologi sinkronis juga mengkaji fitur suprasegmental, termasuk nada, tekanan (stres), dan intonasi yang berfungsi secara sistemik dalam membedakan makna atau jenis kalimat pada saat ini. Misalnya, dalam Bahasa Indonesia, tekanan pada kata cenderung tidak berfungsi sebagai pembeda makna leksikal, namun intonasi sangat membedakan kalimat berita dari kalimat tanya.
2.2. Morfologi (Struktur Kata)
Morfologi sinkronis berfokus pada struktur internal kata dan aturan yang mengatur bagaimana morfem—unit terkecil yang memiliki makna atau fungsi gramatikal—dikombinasikan untuk membentuk kata-kata baru atau bentuk gramatikal. Objek utama di sini adalah morfem.
A. Morfem Dasar dan Terikat
Analisis ini mengidentifikasi morfem bebas (yang dapat berdiri sendiri sebagai kata, misalnya rumah
, datang
) dan morfem terikat (afiks) yang harus melekat pada morfem lain (misalnya meN-
, -kan
, ke-an
). Morfologi sinkronis mendokumentasikan secara presisi inventori afiks yang aktif dan produktif dalam bahasa saat ini.
B. Morfologi Derivasional dan Infleksional
Pembagian penting dalam studi sinkronis adalah antara derivasi dan infleksi:
- Derivasional (Pembentukan Kata Baru): Membentuk kata leksikal baru, sering kali mengubah kelas kata. Contoh sinkronis yang produktif di Indonesia:
ber-
+jalan
→berjalan
(mengubah kata benda menjadi kata kerja atau menambahkan makna baru). - Infleksional (Penyesuaian Gramatikal): Menambahkan informasi gramatikal tanpa mengubah makna leksikal utama atau kelas kata. Dalam Bahasa Indonesia, infleksi relatif minimal dibandingkan bahasa yang kaya infleksi seperti Latin, tetapi bisa ditemukan pada penanda waktu, aspek, atau jumlah dalam konteks tertentu (walaupun umumnya diekspresikan secara analitis).
Ahli morfologi sinkronis harus menjelaskan alomorf (variasi bentuk morfem) dan kondisi distribusinya. Contoh klasik Bahasa Indonesia adalah alomorf morfem prefiks nasal, seperti meN-
yang berubah menjadi mem-
(sebelum /b/ atau /p/), men-
(sebelum /d/ atau /t/), meng-
, dan meny-
. Semua varian ini adalah alomorf dari morfem yang sama, sebuah fakta sistemik yang harus dideskripsikan oleh linguistik sinkronis.
2.3. Sintaksis (Struktur Kalimat)
Sintaksis sinkronis adalah studi tentang aturan yang memungkinkan penutur untuk menggabungkan kata-kata menjadi frasa, klausa, dan kalimat yang gramatikal. Analisis ini bergerak melampaui kata tunggal dan fokus pada organisasi linier dan hierarkis unit-unit yang lebih besar.
A. Analisis Konstituen
Metode utama untuk memetakan struktur kalimat dalam studi sinkronis adalah Analisis Konstituen Langsung (Immediate Constituent Analysis - ICA). Ini adalah teknik yang memecah kalimat menjadi konstituen-konstituen yang lebih kecil dan fungsional secara bertahap hingga mencapai tingkat kata. Tujuannya adalah untuk menunjukkan bahwa struktur kalimat bersifat hierarkis, bukan sekadar urutan linear.
Sebagai contoh, analisis sinkronis terhadap kalimat Anak yang rajin itu sedang membaca buku baru
akan membedakan Konstituen Nominal (Anak yang rajin itu
) sebagai subjek dan Konstituen Verbal (sedang membaca buku baru
) sebagai predikat. Analisis ini murni deskriptif terhadap bagaimana kalimat tersebut dikonstruksi secara sah oleh penutur saat ini.
B. Kategori Gramatikal dan Hubungannya
Sintaksis juga mendefinisikan inventori kategori gramatikal (kelas kata) yang ada saat ini (Nomina, Verba, Adjektiva, dll.) dan bagaimana mereka berelasi (misalnya, hubungan subjek-predikat, hubungan modifikasi). Kajian sinkronis akan mengidentifikasi:
- Urutan Kata (Word Order): Bahasa Indonesia umumnya S-P-O. Sintaksis sinkronis mendeskripsikan variasi urutan ini dan kapan variasi tersebut diperbolehkan atau diwajibkan.
- Struktur Internal Frasa: Aturan tentang bagaimana frasa nominal (FN), frasa verbal (FV), dan frasa lainnya dibangun (misalnya, apakah modifikator diletakkan sebelum atau sesudah inti frasa).
- Transformasi: Dalam tradisi tata bahasa generatif (yang pada dasarnya sinkronis), sintaksis juga mempelajari bagaimana struktur dalam (deep structure) dikaitkan dengan struktur luar (surface structure), misalnya, bagaimana kalimat aktif diubah menjadi kalimat pasif secara sistematis.
Hierarki tingkat analisis linguistik sinkronis, bergerak dari unit terkecil ke terbesar.
2.4. Semantik (Makna Bahasa)
Semantik sinkronis menyelidiki makna kata, frasa, dan kalimat dalam sistem bahasa saat ini. Analisis ini harus memisahkan makna linguistik dari makna kontekstual (yang menjadi domain pragmatik).
A. Semantik Leksikal Sinkronis
Fokusnya adalah pada relasi makna di antara kata-kata yang ada dalam leksikon (kosakata) bahasa pada masa kini. Ini mencakup identifikasi dan deskripsi fenomena berikut:
- Sinonimi: Kata-kata yang memiliki makna serupa (misalnya
cantik
danindah
), serta mendeskripsikan perbedaan konotatif yang ada saat ini. - Antonimi: Hubungan kebalikan makna (gradable, complementary, atau relational).
- Hiponimi: Hubungan inklusi makna (misalnya,
mawar
adalah hiponim daribunga
). - Homonimi dan Polisemi: Kata-kata yang terdengar sama tetapi memiliki makna berbeda. Semantik sinkronis harus membedakan apakah sebuah bentuk memiliki beberapa makna yang terkait (polisemi, seperti
kepala
manusia dankepala
surat) atau makna yang sama sekali terpisah (homonimi, sepertibisa
(racun) danbisa
(mampu)).
B. Semantik Kalimat (Komposisionalitas)
Semantik juga menganalisis bagaimana makna kalimat dibentuk secara komposisional dari makna unit-unit penyusunnya. Prinsip komposisionalitas menyatakan bahwa makna kalimat adalah fungsi dari makna kata-kata dan cara kata-kata tersebut digabungkan secara sintaksis. Studi sinkronis menyediakan model formal untuk memprediksi makna sebuah kalimat berdasarkan tata bahasa yang berlaku saat ini.
Misalnya, ahli semantik sinkronis akan mengkaji bagaimana negasi (penolakan) bekerja dalam Bahasa Indonesia saat ini—di mana posisi partikel tidak
atau bukan
, dan bagaimana posisi tersebut memengaruhi ruang lingkup (scope) negasi tersebut, murni dalam konteks penggunaan kontemporer.
2.5. Pragmatik (Penggunaan dan Konteks)
Meskipun inti Saussurean berfokus pada langue (struktur), linguistik sinkronis modern tidak bisa mengabaikan pragmatik, yang mempelajari bagaimana konteks memengaruhi interpretasi makna. Pragmatik berfungsi sebagai jembatan antara sistem bahasa yang abstrak dan penggunaannya yang nyata.
Pragmatik sinkronis mendokumentasikan aturan sosial dan kontekstual yang digunakan penutur pada saat ini untuk membuat pilihan linguistik yang tepat. Ini mencakup:
- Tindak Tutur (Speech Acts): Bagaimana kalimat berfungsi sebagai tindakan (meminta, memerintah, berjanji).
- Deiksis: Bagaimana referensi (misalnya,
di sini
,saya
,kemarin
) terikat pada waktu dan tempat tuturan yang sedang berlangsung. - Implikatur Percakapan (Grice): Aturan tak terucapkan yang diikuti penutur untuk memahami makna tersirat. Misalnya, ketika seseorang mengatakan
Ruangan ini agak panas
, secara pragmatis, dalam konteks sinkronis tertentu, itu dapat diartikan sebagai permintaan untuk menyalakan AC.
Analisis pragmatik sangat penting karena ia melengkapi deskripsi sinkronis sistem dengan menjelaskan bagaimana sistem tersebut digunakan secara efektif oleh komunitas penutur.
III. Strukturalisme dan Konsolidasi Metode Sinkronis
Linguistik sinkronis tidak hanya sekadar metode, tetapi merupakan fondasi bagi aliran pemikiran besar abad ke-20: Strukturalisme. Setelah Saussure, konsep sinkroni menjadi dogma, yang memengaruhi hampir semua mazhab linguistik deskriptif.
3.1. Hubungan Sintagmatik dan Paradigmatik
Kunci untuk memahami struktur sinkronis adalah dua jenis hubungan yang ada di antara unit-unit linguistik dalam langue:
- Hubungan Sintagmatik (Hubungan di Presentia): Hubungan linear, urutan, atau kombinasi antara unit-unit yang hadir secara aktual dalam sebuah rantai ujaran. Ini adalah hubungan "dan... dan... dan..." yang membentuk sintaksis. Contoh: Dalam frasa
rumah baru saya
, urutan dan kombinasi kata-kata tersebut adalah hubungan sintagmatik yang terstruktur. - Hubungan Paradigmatik (Hubungan di Absentia): Hubungan asosiatif atau substitusi yang terjadi di dalam pikiran penutur. Unit-unit yang tidak hadir tetapi berpotensi menggantikan unit yang ada. Contoh: Kata
baru
dapat digantikan olehlama
,indah
, ataubesar
. Semua opsi substitusi ini berada dalam hubungan paradigmatik.
Studi sinkronis harus memetakan kedua sumbu ini. Sebuah kalimat yang gramatikal adalah hasil dari pilihan yang tepat pada sumbu paradigmatik (memilih kata yang tepat) dan kombinasi yang tepat pada sumbu sintagmatik (mengatur urutan yang tepat).
3.2. Strukturalisme Amerika dan Eropa
Di Amerika, strukturalisme berkembang menjadi pendekatan yang sangat empiris dan anti-mentalistik (Behaviorisme), dipelopori oleh Leonard Bloomfield. Fokusnya adalah pada data yang dapat diamati (parole) untuk menarik kesimpulan tentang struktur (langue) melalui prosedur deskriptif yang ketat, seperti analisis konstituen langsung. Tujuannya tetap sinkronis: mendeskripsikan sistem bahasa Indian Amerika yang terancam punah pada saat studi dilakukan, tanpa merujuk pada sejarah.
Kemudian, strukturalisme Eropa (sekolah Praha) mengembangkan konsep fitur pembeda (distinctive features) dalam fonologi, yang secara eksplisit merupakan analisis relasional sinkronis: sebuah fonem didefinisikan bukan dari substansi fisiknya, tetapi dari bagaimana ia berbeda dari fonem lain dalam sistem pada saat ini.
3.3. Kritik Chomsky dan Lingkarannya yang Sinkronis
Meskipun Noam Chomsky mengkritik strukturalisme empiris, teori Tata Bahasa Generatif yang ia kembangkan adalah murni studi sinkronis. Tujuannya adalah untuk memodelkan Kompetensi (mirip dengan Langue), yaitu pengetahuan internal seorang penutur asli mengenai tata bahasa mereka pada saat ini. Konsep universalitas bahasa yang dikajinya juga merupakan upaya sinkronis untuk menemukan struktur bawaan yang melandasi semua bahasa manusia yang ada saat ini.
Baik strukturalisme deskriptif maupun tata bahasa generatif, meskipun menggunakan metode yang sangat berbeda, sama-sama terikat pada tugas utama linguistik sinkronis: menyusun deskripsi sistematis mengenai bagaimana bahasa diatur pada satu titik waktu, mendokumentasikan apa yang mungkin dan tidak mungkin secara gramatikal bagi penutur pada saat itu.
IV. Metodologi Penelitian Sinkronis
Penelitian linguistik sinkronis membutuhkan metodologi yang ketat untuk memastikan bahwa deskripsi yang dihasilkan benar-benar mencerminkan sistem langue dan bukan sekadar kekeliruan dalam parole. Ada tiga pilar utama dalam pengumpulan dan analisis data sinkronis kontemporer.
4.1. Introspeksi dan Penilaian Gramatikalitas
Terutama dalam tradisi Generatif, introspeksi (penilaian linguis atau penutur asli tentang bahasanya sendiri) adalah alat utama. Penutur asli dapat menilai apakah sebuah kalimat 'gramatikal' (sesuai dengan Langue) atau 'tidak gramatikal' pada saat ini. Data ini adalah data sinkronis murni, karena ia menguji pengetahuan internal penutur mengenai aturan bahasanya saat ini.
Misalnya, seorang ahli sintaksis Indonesia dapat menguji batas-batas pembalikan subjek-objek atau penggunaan preposisi tertentu. Penilaian *Saya ke Pasar kemarin
(versus Saya pergi ke pasar kemarin
) menunjukkan bahwa, secara sinkronis, kata kerja intransitif seperti pergi
sering kali diperlukan, meskipun kata kerja tersebut dapat dihilangkan dalam beberapa konteks dialek. Pembatasan ini adalah fakta sinkronis.
4.2. Metode Elicitasi dan Observasi
Dalam linguistik deskriptif tradisional dan studi bahasa yang kurang terdokumentasi, elicitasi (mendapatkan data secara langsung dari penutur) dan observasi (merekam tuturan alami) sangat penting. Tujuannya adalah mendapatkan korpus parole yang representatif, yang kemudian digunakan untuk menyimpulkan aturan langue.
- Elicitasi: Menggunakan stimulus untuk mendapatkan respons linguistik tertentu, misalnya meminta penutur mengubah kalimat aktif menjadi pasif untuk menguji produktivitas struktur pasif saat ini.
- Observasi: Merekam percakapan alami di berbagai konteks (formal, informal). Analisis ini harus cermat membedakan antara variasi bebas (yang tidak relevan bagi fonologi sinkronis) dan variasi sistematis (yang relevan).
4.3. Analisis Korpus Sinkronis
Dalam linguistik modern, studi sinkronis sangat bergantung pada Korpus Linguistik—kumpulan besar teks atau tuturan yang telah dikumpulkan dan diberi anotasi secara elektronik. Korpus menyediakan bukti empiris frekuensi dan distribusi unit-unit linguistik dalam penggunaan nyata saat ini.
Penggunaan korpus memungkinkan ahli linguistik sinkronis untuk:
- Mengukur produktivitas afiks tertentu (misalnya, seberapa sering awalan
pra-
digunakan dalam bahasa Indonesia modern). - Mendokumentasikan kolokasi (kata-kata yang sering muncul bersamaan, misalnya
sangat antusias
) yang merupakan ciri leksikon sinkronis. - Mengidentifikasi pola sintaksis yang muncul secara dominan pada periode waktu tertentu (misalnya, penggunaan konstruksi kausatif yang meningkat).
Korpus merupakan alat fundamental karena memberikan dasar statistik yang kokoh untuk deskripsi sistem yang kita klaim saat ini adalah stabil.
V. Aplikasi Praktis Linguistik Sinkronis
Studi sinkronis bukan hanya latihan teoritis; temuannya memiliki aplikasi mendasar di berbagai bidang, yang semuanya bergantung pada pemahaman yang akurat mengenai sistem bahasa sebagaimana adanya saat ini.
5.1. Pengajaran Bahasa dan Akuisisi Bahasa Kedua
Semua metodologi pengajaran bahasa yang efektif, baik Bahasa Indonesia sebagai Bahasa Ibu maupun Bahasa Kedua (BIPA), didasarkan pada deskripsi sinkronis. Siswa perlu diajarkan aturan langue yang berfungsi saat ini, bukan aturan historis atau usang. Kontras linguistik (membandingkan sistem bahasa ibu siswa dengan bahasa target, misalnya struktur S-P-O Bahasa Indonesia vs. struktur S-O-P Bahasa Jepang) murni merupakan analisis sinkronis.
Kurikulum didesain berdasarkan tingkat fonologi, morfologi, dan sintaksis sinkronis yang harus dikuasai penutur pada setiap jenjang kemahiran.
5.2. Leksikografi dan Penyusunan Kamus
Proyek leksikografi (pembuatan kamus) adalah tugas sinkronis par excellence. Kamus mendokumentasikan inventori leksikon saat ini, mendefinisikan makna kata (semantik leksikal) saat ini, mencatat kelas kata (sintaksis), dan menyediakan panduan pelafalan (fonologi) dan penggunaan (pragmatik) yang berlaku kontemporer. Para leksikografer harus terus-menerus memantau korpus sinkronis untuk menangkap masuknya kata-kata baru, perubahan makna (pergeseran semantik), atau perubahan status gramatikal kata yang ada.
5.3. Pemrosesan Bahasa Alami (NLP)
Linguistik komputasi dan NLP (Natural Language Processing), yang menjadi tulang punggung teknologi penerjemahan otomatis, pengenalan ucapan, dan analisis sentimen, sepenuhnya bergantung pada model sinkronis. Komputer tidak dapat memproses bahasa jika tidak dilengkapi dengan representasi fonologi, morfologi, dan sintaksis yang akurat dan berbasis aturan (Langue).
Misalnya, algoritma untuk menandai bagian ucapan (POS tagging) harus tahu bahwa kata bermain
adalah kata kerja dalam Bahasa Indonesia kontemporer dan apa saja afiks yang mungkin melekat padanya. Ini adalah pengetahuan sinkronis.
5.4. Sosiolinguistik Deskriptif
Meskipun sosiolinguistik sering mengkaji perubahan bahasa (diakronis mikro), banyak studinya berfokus pada variasi bahasa pada satu titik waktu (sinkronis). Sosiolinguistik sinkronis mendokumentasikan bagaimana variabel sosial (usia, gender, kelas) berkorelasi dengan variabel linguistik (penggunaan alofon tertentu, variasi sintaksis) dalam masyarakat saat ini. Ini mendeskripsikan sistem bahasa yang ada, tetapi dengan mempertimbangkan dimensinya yang berlapis-lapis dalam komunitas penutur.
VI. Tantangan dan Dinamika dalam Kajian Sinkronis
Meskipun linguistik sinkronis berusaha membekukan bahasa pada satu titik waktu, realitasnya adalah bahwa bahasa selalu berada dalam keadaan flux. Tantangan terbesar bagi ahli sinkronis adalah bagaimana menangani perubahan linguistik yang sedang berlangsung (transisi diakronis) yang hadir dalam data sinkronis.
6.1. Variasi dan Heterogenitas Sinkronis
Konsep langue Saussurean mengasumsikan homogenitas yang sempurna dalam komunitas penutur. Namun, studi empiris menunjukkan bahwa setiap bahasa—termasuk Bahasa Indonesia kontemporer—bersifat heterogen. Ada variasi dialek, sociolek, dan idiolek. Ahli sinkronis modern harus mengkaji variasi ini secara sistematis. Deskripsi sinkronis yang komprehensif tidak hanya mencakup aturan yang berlaku secara umum, tetapi juga inventori aturan-aturan alternatif yang berfungsi dalam sub-komunitas tertentu saat ini.
Misalnya, dalam sintaksis, penggunaan kata pun
memiliki variasi sinkronis yang luas (sebagai penegas, sebagai konjungsi). Deskripsi sinkronis harus memetakan semua penggunaannya yang sah dalam langue saat ini.
6.2. Perubahan In Situ (Perubahan yang Sedang Berlangsung)
Ketika sebuah perubahan linguistik (misalnya, peleburan dua fonem yang dulunya berbeda, atau masuknya kata serapan baru) sedang dalam proses, ia menciptakan ketidakstabilan dalam sistem sinkronis. Pada titik waktu tersebut, penutur yang lebih tua mungkin masih menggunakan sistem lama, sementara penutur muda menggunakan sistem baru.
Ahli sinkronis yang teliti perlu mencatat fenomena ini sebagai ketidaksempurnaan sistem atau kompetisi varian pada saat ini. Misalnya, dalam bahasa Indonesia modern, adanya kecenderungan hilangnya fonem /f/ yang digantikan oleh /p/ di beberapa daerah, merupakan sebuah fakta sinkronis mengenai ketidakstabilan fonemik yang sedang berlangsung. Tugas sinkronis adalah mendeskripsikan batasan (jika ada) variasi tersebut dalam sistem yang diamati.
6.3. Produktivitas dan Non-Produktivitas Morfem
Morfologi sinkronis harus membedakan antara morfem yang masih produktif (yang dapat digunakan penutur untuk menciptakan kata-kata baru saat ini, misalnya ke-an
, ber-
) dan morfem yang tidak produktif (yang hanya tersisa dalam kata-kata warisan, misalnya -wati
, yang jarang digunakan untuk kata-kata baru). Pengetahuan ini sangat relevan. Morfem yang tidak produktif, bagi analisis sinkronis, hampir sama dengan bentuk leksikal tunggal, karena aturan pembentukannya tidak lagi aktif dalam sistem langue saat ini.
VII. Kesimpulan: Pentingnya Sudut Pandang Sinkronis
Linguistik Sinkronis memberikan kerangka kerja yang esensial untuk memahami bahasa sebagai sistem yang terorganisir, mandiri, dan koheren. Dengan memisahkan analisis struktural dari sejarah, pendekatan ini memungkinkan kita untuk membedah setiap lapisan bahasa—dari bunyi hingga makna dan penggunaan—sebagaimana ia beroperasi bagi penutur pada titik waktu tertentu.
Prinsip sinkronis yang berfokus pada langue, hubungan sintagmatik, dan paradigmatik, serta konsep fonem dan morfem, adalah inti dari pemikiran linguistik abad ke-20 dan seterusnya. Tanpa deskripsi sinkronis yang akurat, tidak mungkin ada tata bahasa normatif yang efektif, tidak ada kurikulum pengajaran bahasa yang berhasil, dan tidak ada teknologi bahasa yang berfungsi. Studi sinkronis adalah upaya terus-menerus untuk membuat peta struktural yang paling akurat dari fenomena bahasa yang selalu hidup dan berubah di hadapan kita.
Meskipun bahasa terus berevolusi (diakronis), pada setiap saat, ia harus berfungsi sebagai sistem yang stabil dan teratur bagi komunitasnya. Dan tugas untuk menjelaskan stabilitas dan keteraturan sementara itulah yang menjadi warisan abadi dan relevansi tak terhindarkan dari linguistik sinkronis.