Mangsai: Menyelami Kekayaan dan Kearifan Lokal Nusantara

Ilustrasi Pohon Mangsai Sebuah ilustrasi sederhana pohon mangsai dengan dedaunan hijau, batang coklat, dan buah merah atau kuning, mewakili keindahan dan kekayaan alamnya.

Di tengah hiruk-pikuk modernisasi dan laju pembangunan yang tak terbendung, seringkali kita melupakan kekayaan alam dan budaya yang tersimpan di pelosok-pelosok Nusantara. Salah satu permata tersembunyi tersebut adalah Mangsai, sebuah nama yang mungkin asing bagi sebagian besar telinga, namun mengandung makna yang mendalam serta menyimpan potensi luar biasa, baik dari segi ekologi, ekonomi, maupun kearifan lokal. Mangsai bukanlah sekadar sebuah nama; ia adalah representasi dari keanekaragaman hayati Indonesia yang tak ternilai harganya, sebuah simbol dari hubungan harmonis antara manusia dan alam yang telah terjalin selama ribuan tahun.

Artikel ini akan membawa kita menyelami dunia Mangsai, sebuah perjalanan untuk memahami apa itu Mangsai, bagaimana ia tumbuh dan berkembang, manfaat apa saja yang diberikannya kepada manusia dan lingkungan, serta peran krusialnya dalam menjaga keseimbangan ekosistem dan melestarikan warisan budaya. Dari identifikasi botani yang mendetail, eksplorasi ekologi yang kompleks, hingga pemanfaatan tradisional yang kaya makna, kita akan mengungkap setiap lapisan dari pohon kehidupan ini. Lebih jauh lagi, kita akan melihat tantangan yang dihadapinya di era modern serta berbagai upaya yang dapat kita lakukan untuk memastikan Mangsai tetap lestari bagi generasi mendatang.

Mari kita mulai petualangan ini, menyingkap tabir Mangsai dan menemukan kembali kekaguman kita terhadap keajaiban alam Indonesia yang tak ada habisnya. Semoga artikel ini tidak hanya menambah wawasan, tetapi juga menumbuhkan rasa cinta dan tanggung jawab kita terhadap pelestarian alam dan budaya Nusantara.

I. Mengenal Mangsai: Identifikasi Botani dan Ekologi

A. Taksonomi dan Klasifikasi Mangsai

Mangsai, meskipun namanya dapat bervariasi di berbagai daerah, umumnya merujuk pada spesies pohon tertentu yang memiliki ciri khas unik. Dalam dunia botani, identifikasi yang akurat sangat penting untuk memahami posisinya dalam kingdom tumbuhan. Meskipun nama "Mangsai" sendiri mungkin merupakan nama lokal atau vernakular yang luas, seringkali ia merujuk pada anggota dari famili tumbuhan tertentu yang terkenal akan ketahanan dan kemampuannya beradaptasi dengan lingkungan tropis. Sebagai contoh, di beberapa wilayah, Mangsai dapat diidentifikasi sebagai anggota dari famili Euphorbiaceae atau Fabaceae, yang keduanya memiliki anggota dengan berbagai manfaat ekologis dan ekonomis.

Secara umum, Mangsai adalah pohon berkayu keras yang mampu mencapai ketinggian sedang hingga tinggi, seringkali tumbuh tegak dengan tajuk yang rindang. Daunnya majemuk atau tunggal, dengan bentuk dan ukuran yang bervariasi tergantung pada spesies spesifiknya. Bunga-bunganya seringkali kecil, berkelompok, dan mungkin memiliki warna yang tidak mencolok namun menarik bagi serangga penyerbuk. Buahnya bisa berupa polong, kapsul, atau drupa, dan seringkali mengandung biji yang keras dan tahan lama, siap untuk disebarkan oleh angin, air, atau hewan.

B. Morfologi dan Ciri Khas Mangsai

Setiap bagian dari pohon Mangsai memiliki karakteristik morfologis yang membedakannya:

C. Habitat dan Distribusi Geografis

Mangsai adalah pohon asli daerah tropis dan subtropis, dengan distribusi yang luas di seluruh kepulauan Nusantara. Ia dapat ditemukan di berbagai ekosistem, mulai dari hutan dataran rendah, hutan hujan tropis, tepian sungai, hingga daerah perbukitan dengan ketinggian tertentu. Kemampuannya beradaptasi dengan beragam kondisi tanah, mulai dari tanah liat, tanah berpasir, hingga tanah berbatu, menjadikan Mangsai sebagai spesies pionir yang penting dalam regenerasi hutan dan rehabilitasi lahan terdegradasi.

Di Indonesia, Mangsai dapat ditemukan tersebar hampir di setiap pulau, dari Sumatera, Jawa, Kalimantan, Sulawesi, hingga Papua. Namun, konsentrasi dan keanekaragaman genetiknya mungkin lebih tinggi di wilayah-wilayah yang masih memiliki tutupan hutan yang lebat dan ekosistem yang relatif tidak terganggu. Keberadaannya seringkali menjadi indikator kesehatan suatu ekosistem hutan, karena ia membutuhkan kondisi lingkungan tertentu untuk tumbuh optimal.

II. Peran Ekologis Mangsai: Penjaga Keseimbangan Alam

A. Kontribusi terhadap Keanekaragaman Hayati

Mangsai memainkan peran vital dalam menjaga keanekaragaman hayati. Pohon-pohon besar dan rindang Mangsai menyediakan habitat penting bagi berbagai spesies fauna, mulai dari serangga, burung, mamalia kecil, hingga reptil. Tajuknya yang lebat menjadi tempat bersarang yang aman bagi burung-burung, sementara dedaunannya menjadi sumber makanan bagi ulat dan serangga herbivora lainnya. Buah-buah Mangsai juga seringkali menjadi sumber pakan bagi satwa liar, seperti monyet, kelelawar buah, dan berbagai jenis burung, yang pada gilirannya membantu dalam penyebaran biji dan regenerasi hutan.

Selain itu, Mangsai juga mendukung keanekaragaman hayati mikroorganisme tanah. Sistem perakarannya yang luas menciptakan lingkungan yang kondusif bagi pertumbuhan jamur mikoriza dan bakteri pengikat nitrogen, yang esensial untuk siklus nutrisi tanah. Kehadiran Mangsai dalam suatu ekosistem menunjukkan adanya jaringan kehidupan yang kompleks dan saling bergantung.

B. Konservasi Tanah dan Air

Salah satu fungsi ekologis terpenting Mangsai adalah kemampuannya dalam konservasi tanah dan air. Sistem perakarannya yang kuat mencengkeram tanah dengan erat, mencegah erosi tanah, terutama di lereng-lereng curam atau di tepi sungai. Tajuknya yang lebat juga membantu mengurangi dampak langsung tetesan air hujan ke permukaan tanah, sehingga meminimalkan pengikisan lapisan humus yang subur.

Mangsai juga berperan sebagai "pompa air" alami. Melalui proses transpirasi, pohon ini melepaskan uap air ke atmosfer, berkontribusi pada siklus hidrologi dan menjaga kelembapan udara. Di daerah aliran sungai, Mangsai membantu menjaga kualitas air dan ketersediaan air tanah, bertindak sebagai filter alami yang menyaring polutan dan mencegah pencemaran. Keberadaannya sangat penting dalam menjaga kesehatan daerah tangkapan air.

C. Mitigasi Perubahan Iklim

Seperti pohon-pohon besar lainnya, Mangsai adalah penyerap karbon dioksida (CO2) yang efektif. Melalui fotosintesis, ia menyerap CO2 dari atmosfer dan menyimpannya dalam biomassa kayunya, membantu mengurangi konsentrasi gas rumah kaca dan memitigasi efek perubahan iklim. Hutan Mangsai yang luas memiliki kapasitas yang signifikan untuk menyimpan karbon, menjadikannya aset penting dalam upaya global melawan pemanasan global.

Selain itu, hutan Mangsai juga berkontribusi pada pendinginan lokal. Tajuknya yang rindang menciptakan mikroiklim yang lebih sejuk di bawahnya, mengurangi suhu permukaan dan memberikan keteduhan. Ini sangat penting di daerah tropis yang rentan terhadap peningkatan suhu. Kehadiran hutan Mangsai juga dapat mempengaruhi pola curah hujan, mendukung kelembaban regional, dan mengurangi risiko kekeringan.

III. Manfaat Mangsai bagi Kehidupan Manusia

A. Pemanfaatan Tradisional dalam Pengobatan

Selama berabad-abad, masyarakat adat di seluruh Nusantara telah memanfaatkan berbagai bagian dari pohon Mangsai sebagai obat tradisional. Pengetahuan ini diwariskan secara turun-temurun dan menjadi bagian integral dari kearifan lokal. Meskipun penggunaannya bervariasi antar daerah, beberapa manfaat kesehatan yang umum dikaitkan dengan Mangsai antara lain:

Penting untuk dicatat bahwa penggunaan tradisional ini seringkali didasarkan pada pengalaman empiris dan pengetahuan lokal, dan penelitian ilmiah modern diperlukan untuk memvalidasi khasiat dan keamanannya secara klinis.

B. Sumber Pangan dan Hasil Hutan Bukan Kayu (HHBK)

Selain obat-obatan, Mangsai juga dapat menjadi sumber pangan atau bahan baku HHBK yang penting bagi masyarakat:

C. Bahan Bangunan dan Kerajinan

Kayu Mangsai dikenal karena kekuatan, ketahanan, dan keindahannya. Oleh karena itu, kayu ini sering dimanfaatkan sebagai:

Pemanfaatan kayu Mangsai harus dilakukan secara berkelanjutan untuk menghindari eksploitasi berlebihan yang dapat mengancam populasi pohon ini.

IV. Mangsai dalam Budaya dan Kearifan Lokal

A. Mitos, Legenda, dan Cerita Rakyat

Tidak jarang, Mangsai memiliki tempat istimewa dalam mitologi, legenda, dan cerita rakyat masyarakat Nusantara. Di beberapa daerah, Mangsai mungkin dianggap sebagai pohon keramat, tempat bersemayamnya roh leluhur atau dewa penjaga. Ada cerita yang mengisahkan bagaimana Mangsai tumbuh dari tetesan air mata seorang dewi, atau bagaimana batangnya menjadi jembatan penghubung antara dunia manusia dan dunia gaib.

Mitos-mitos ini seringkali berfungsi sebagai alat untuk menanamkan nilai-nilai moral dan etika lingkungan kepada generasi muda. Misalnya, cerita tentang Mangsai yang marah jika batangnya ditebang sembarangan tanpa upacara khusus, secara tidak langsung mengajarkan pentingnya menghormati alam dan melakukan penebangan secara bijaksana. Legenda-legenda ini juga sering menjelaskan asal-usul suatu tempat, nama suku, atau praktik adat istiadat tertentu yang berkaitan dengan Mangsai.

B. Ritual Adat dan Upacara

Kehadiran Mangsai dalam ritual adat dan upacara tradisional menunjukkan kedudukannya yang sakral. Di beberapa komunitas, Mangsai digunakan sebagai pusat dari upacara panen, ritual kesuburan, atau bahkan upacara pemakaman. Daun, bunga, atau buah Mangsai mungkin diletakkan di sesajen, diikat pada jimat, atau digunakan sebagai bagian dari dekorasi upacara untuk memanggil berkah, melindungi dari roh jahat, atau menghormati leluhur.

Sebagai contoh, di sebuah desa terpencil, para tetua adat mungkin melakukan "Ritual Mangsai" setiap tahunnya, di mana mereka berkumpul di bawah pohon Mangsai tertua di desa, memanjatkan doa, dan melakukan persembahan. Ritual ini dipercaya dapat membawa kemakmuran, melindungi desa dari bencana, dan memastikan panen yang melimpah. Prosesi ini tidak hanya memperkuat ikatan spiritual dengan alam, tetapi juga mempererat tali persaudaraan antarwarga.

C. Simbolisme dan Filosofi Hidup

Dalam banyak kebudayaan, Mangsai melambangkan berbagai nilai dan filosofi hidup. Kekuatannya mungkin melambangkan ketahanan dan keteguhan hati dalam menghadapi tantangan. Tajuknya yang rindang bisa melambangkan perlindungan dan naungan bagi sesama. Kemampuannya untuk terus berbuah dan beregenerasi mungkin melambangkan kesuburan, kehidupan abadi, atau siklus kelahiran kembali.

Misalnya, bagi suku tertentu, menanam pohon Mangsai saat kelahiran anak adalah simbol harapan agar anak tersebut tumbuh kuat dan memberikan manfaat bagi banyak orang, seperti pohon Mangsai yang rindang dan berbuah lebat. Filosofi ini mengajarkan tentang pentingnya memberi, ketahanan, dan keterkaitan antara manusia dengan alam semesta. Mangsai menjadi pengingat bahwa manusia adalah bagian tak terpisahkan dari alam, dan kesejahteraan kita bergantung pada kesejahteraan lingkungan.

D. Pengetahuan Lokal tentang Budidaya dan Pemanfaatan

Pengetahuan tentang Mangsai tidak hanya terbatas pada aspek mistis dan ritual, tetapi juga mencakup praktik-praktik praktis dalam budidaya dan pemanfaatannya. Masyarakat lokal telah mengembangkan kearifan tradisional mengenai cara menanam Mangsai, mulai dari pemilihan biji, penyiapan lahan, hingga perawatan pohon agar tumbuh subur. Mereka tahu kapan waktu terbaik untuk menanam, bagaimana melindungi bibit dari hama, dan bagaimana memanen hasil Mangsai tanpa merusak pohon induk.

Selain itu, masyarakat juga memiliki pengetahuan mendalam tentang cara mengolah dan memanfaatkan setiap bagian Mangsai. Mereka tahu resep ramuan obat tradisional, cara membuat kerajinan dari kayunya, atau bagaimana mengolah buahnya menjadi makanan yang lezat dan aman. Pengetahuan ini seringkali bersifat rahasia dan hanya diwariskan kepada anggota keluarga atau kelompok tertentu, menjadikannya warisan budaya yang sangat berharga.

Sayangnya, dengan modernisasi, banyak dari pengetahuan lokal ini yang terancam punah. Generasi muda mungkin kurang tertarik untuk mempelajari praktik-praktik tradisional ini, dan dengan hilangnya para sesepuh, pengetahuan ini bisa hilang selamanya. Oleh karena itu, mendokumentasikan dan merevitalisasi kearifan lokal tentang Mangsai menjadi sangat penting.

V. Tantangan dan Ancaman terhadap Kelestarian Mangsai

A. Deforestasi dan Kehilangan Habitat

Ancaman terbesar bagi Mangsai, seperti halnya banyak spesies pohon lainnya di Indonesia, adalah deforestasi. Konversi lahan hutan menjadi perkebunan kelapa sawit, area pertambangan, pemukiman, atau lahan pertanian monokultur telah menyebabkan hilangnya habitat Mangsai secara masif. Pembukaan hutan, baik legal maupun ilegal, tidak hanya menghancurkan pohon Mangsai yang ada, tetapi juga merusak ekosistem tempat ia tumbuh, termasuk tanah, sumber air, dan keanekaragaman hayati lainnya yang saling bergantung.

Fragmentasi hutan juga menjadi masalah serius. Area hutan yang terpecah-pecah menjadi pulau-pulau kecil rentan terhadap degradasi lingkungan, invasi spesies asing, dan penurunan populasi satwa liar yang bertanggung jawab atas penyebaran biji Mangsai. Akibatnya, kemampuan Mangsai untuk beregenerasi dan menyebar secara alami menjadi terhambat.

B. Perubahan Iklim Global

Perubahan iklim global membawa tantangan baru bagi kelestarian Mangsai. Peningkatan suhu rata-rata, perubahan pola curah hujan, dan kejadian cuaca ekstrem seperti kekeringan berkepanjangan atau banjir bandang dapat mengganggu pertumbuhan Mangsai dan bahkan menyebabkan kematian massal. Beberapa spesies Mangsai mungkin tidak mampu beradaptasi dengan cepat terhadap perubahan kondisi iklim yang drastis, sehingga populasinya terancam.

Kenaikan permukaan air laut juga mengancam Mangsai yang tumbuh di daerah pesisir atau dataran rendah. Salinisasi tanah akibat intrusi air laut dapat merusak sistem perakaran Mangsai dan menghambat pertumbuhannya. Perubahan iklim juga dapat meningkatkan frekuensi dan intensitas kebakaran hutan, yang sangat merusak bagi ekosistem Mangsai.

C. Eksploitasi Berlebihan dan Perdagangan Ilegal

Permintaan akan kayu Mangsai yang kuat dan indah, serta potensi manfaat obat-obatannya, terkadang menyebabkan eksploitasi berlebihan. Penebangan liar dan perdagangan ilegal produk Mangsai, baik kayu maupun bagian lainnya, menjadi ancaman serius bagi kelestarian populasinya. Jika tidak diatur dan diawasi dengan ketat, praktik eksploitasi ini dapat menyebabkan penurunan drastis populasi Mangsai di alam liar, bahkan kepunahan lokal.

Di beberapa daerah, masyarakat mungkin terpaksa melakukan penebangan berlebihan karena tekanan ekonomi atau kurangnya alternatif mata pencarian yang berkelanjutan. Ini menunjukkan adanya keterkaitan antara masalah sosial-ekonomi dan isu konservasi lingkungan.

D. Kurangnya Penelitian dan Kesadaran Masyarakat

Meskipun Mangsai memiliki potensi besar, penelitian ilmiah mengenai spesies ini masih terbatas. Kurangnya data tentang taksonomi, distribusi, ekologi, potensi genetik, dan senyawa bioaktif Mangsai menghambat upaya konservasi dan pemanfaatan berkelanjutan. Tanpa penelitian yang memadai, sulit untuk mengembangkan strategi konservasi yang efektif atau mengidentifikasi spesies Mangsai yang paling rentan.

Selain itu, rendahnya kesadaran masyarakat tentang pentingnya Mangsai juga menjadi masalah. Banyak orang mungkin tidak menyadari nilai ekologis dan budaya Mangsai, sehingga kurangnya dukungan publik untuk upaya konservasi. Edukasi dan penyuluhan menjadi kunci untuk membangun kesadaran dan mendorong partisipasi masyarakat dalam melindungi Mangsai.

VI. Upaya Konservasi dan Pemanfaatan Berkelanjutan

A. Program Reforestasi dan Rehabilitasi Lahan

Salah satu langkah krusial untuk melestarikan Mangsai adalah melalui program reforestasi dan rehabilitasi lahan. Penanaman kembali Mangsai di area-area yang telah terdegradasi, seperti bekas tambang, lahan kritis, atau kawasan yang terkena deforestasi, akan membantu memulihkan populasi pohon ini dan mengembalikan fungsi ekologisnya. Program ini harus melibatkan masyarakat lokal, memastikan bahwa bibit yang digunakan berasal dari sumber genetik yang beragam dan cocok untuk kondisi lingkungan setempat.

Selain penanaman, upaya rehabilitasi juga mencakup perlindungan terhadap bibit muda dari hama dan penyakit, serta pengendalian gulma. Pendekatan agroforestri, di mana Mangsai ditanam bersama dengan tanaman pertanian atau perkebunan lain, juga dapat menjadi solusi yang efektif untuk menggabungkan konservasi dengan mata pencarian masyarakat.

B. Penelitian Ilmiah dan Pengembangan Data

Untuk mendukung upaya konservasi yang berbasis bukti, penelitian ilmiah tentang Mangsai perlu digencarkan. Ini meliputi:

Pengembangan basis data komprehensif tentang Mangsai, termasuk informasi genetik, ekologis, dan pemanfaatannya, akan sangat membantu para peneliti, pembuat kebijakan, dan praktisi konservasi.

C. Pemberdayaan Masyarakat dan Pendekatan Partisipatif

Konservasi Mangsai tidak akan berhasil tanpa keterlibatan aktif masyarakat lokal. Pemberdayaan masyarakat melalui pendidikan, pelatihan, dan dukungan ekonomi dapat mendorong mereka untuk menjadi penjaga utama Mangsai. Ini bisa dilakukan dengan:

Pendekatan partisipatif memastikan bahwa solusi konservasi relevan dengan kebutuhan dan kondisi lokal, serta didukung penuh oleh komunitas yang hidup berdampingan dengan Mangsai.

D. Kebijakan dan Regulasi yang Mendukung

Pemerintah memiliki peran krusial dalam menciptakan kebijakan dan regulasi yang mendukung kelestarian Mangsai. Ini mencakup:

Kebijakan yang kuat dan penegakan hukum yang efektif adalah fondasi penting untuk melindungi Mangsai dari ancaman yang ada.

VII. Mangsai di Masa Depan: Potensi dan Harapan

A. Potensi Ekonomi Berkelanjutan

Mangsai memiliki potensi besar untuk menjadi sumber ekonomi berkelanjutan jika dikelola dengan bijak. Pengembangan produk turunan dari Mangsai, seperti kayu bersertifikasi, bahan obat-obatan herbal yang terstandarisasi, atau produk pangan olahan, dapat menciptakan nilai tambah ekonomi bagi masyarakat lokal dan daerah.

Ekowisata berbasis Mangsai juga merupakan peluang yang menjanjikan. Dengan mempromosikan keindahan alam dan keunikan budaya yang terkait dengan Mangsai, daerah-daerah dapat menarik wisatawan yang peduli lingkungan, menciptakan lapangan kerja, dan menghasilkan pendapatan tanpa merusak ekosistem. Konsep "hutan Mangsai" sebagai destinasi wisata edukasi atau spiritual dapat menarik minat banyak pihak.

B. Pengembangan Farmasi Modern

Dengan kemajuan teknologi farmasi, senyawa bioaktif dari Mangsai yang secara tradisional digunakan sebagai obat dapat diteliti lebih lanjut. Ada kemungkinan Mangsai menyimpan potensi untuk penemuan obat-obatan baru, terutama untuk penyakit-penyakit yang belum memiliki penawar efektif. Investasi dalam penelitian fitokimia dan farmakologi Mangsai dapat membuka jalan bagi pengembangan obat modern yang berasal dari alam, menggabungkan kearifan tradisional dengan ilmu pengetahuan modern.

Namun, penting untuk memastikan bahwa setiap pengembangan farmasi modern dilakukan secara etis dan adil, dengan pembagian manfaat yang merata kepada masyarakat adat yang telah menjaga Mangsai selama berabad-abad.

C. Peran Mangsai dalam Adaptasi Perubahan Iklim

Di masa depan, peran Mangsai dalam adaptasi terhadap perubahan iklim akan semakin vital. Kemampuannya sebagai penyerap karbon yang efisien dan penstabil ekosistem menjadikannya aset penting dalam strategi mitigasi dan adaptasi. Hutan Mangsai dapat menjadi "benteng" alami yang melindungi komunitas dari bencana alam seperti banjir bandang dan tanah longsor, serta membantu menjaga ketersediaan air di tengah kekeringan yang semakin sering terjadi.

Penanaman Mangsai secara masif di daerah-daerah rentan, sebagai bagian dari solusi berbasis alam, dapat menjadi strategi adaptasi yang efektif dan berkelanjutan, memberikan manfaat ekologis dan sosial yang luas.

D. Mangsai sebagai Simbol Kebangkitan Lingkungan

Akhirnya, Mangsai bisa menjadi lebih dari sekadar pohon; ia bisa menjadi simbol kebangkitan kesadaran lingkungan di Nusantara. Kisah Mangsai, dari perannya yang tersembunyi hingga potensi masa depannya, dapat menginspirasi masyarakat untuk lebih menghargai keanekaragaman hayati, melestarikan kearifan lokal, dan mengambil tindakan nyata untuk melindungi alam.

Dengan menjadikan Mangsai sebagai fokus dalam kampanye edukasi dan konservasi, kita dapat menumbuhkan rasa bangga dan tanggung jawab terhadap warisan alam Indonesia. Ini adalah kesempatan untuk menunjukkan kepada dunia bahwa kekayaan sejati sebuah bangsa tidak hanya terletak pada sumber daya alam yang dieksploitasi, tetapi juga pada kemampuan kita untuk menjaga dan merawatnya secara lestari.

Kesimpulan

Mangsai adalah permata tersembunyi dari keanekaragaman hayati Nusantara yang memiliki nilai tak terhingga. Dari identifikasi botani yang kompleks, peran ekologis yang krusial sebagai penjaga keseimbangan alam, manfaat tradisional yang luas bagi kesehatan dan kehidupan manusia, hingga kedudukannya yang sakral dalam budaya dan kearifan lokal, Mangsai adalah representasi nyata dari kekayaan alam dan budaya Indonesia yang harus kita lestarikan.

Namun, Mangsai juga menghadapi berbagai tantangan serius, mulai dari deforestasi, perubahan iklim, eksploitasi berlebihan, hingga kurangnya penelitian dan kesadaran. Ancaman-ancaman ini menuntut perhatian serius dan tindakan kolektif dari semua pihak. Upaya konservasi harus dilakukan secara komprehensif, melibatkan program reforestasi, penelitian ilmiah, pemberdayaan masyarakat, dan kebijakan yang kuat.

Masa depan Mangsai, dan masa depan kita sebagai manusia yang bergantung padanya, ada di tangan kita. Dengan menghargai, melindungi, dan memanfaatkan Mangsai secara bijaksana dan berkelanjutan, kita tidak hanya akan menjaga keberadaan spesies pohon yang luar biasa ini, tetapi juga akan melestarikan warisan budaya yang kaya, menjaga keseimbangan ekosistem, dan berkontribusi pada mitigasi perubahan iklim. Mari bersama-sama menjadi pelindung Mangsai, simbol keharmonisan antara manusia dan alam, demi generasi kini dan yang akan datang.